Mohon tunggu...
Agus YB Susanto
Agus YB Susanto Mohon Tunggu... -

seorang karyawan, pecinta buku dan gitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ini Pesan Khusus Prabowo untuk Jokowi

19 Maret 2014   22:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tensi politik tanah air sedikit meningkat pasca Jokowi mendapat mandat dari Megawati sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan. Prabowo Subiyanto, capres Partai Gerindra, merasa terusik dan dibohongi oleh bekas sekutunya, Megawati. Cita-cita Prabowo untuk menjadi orang nomor 1 di negeri ini bisa kandas karena Megawati tidak memberi dukungan kepadanya. Sedangkan partainya sendiri diyakini tidak mampu memenuhi PT.

Letnan Jenderal (Purn) yang punya karir cemerlang semasa Regim Soeharto, berusaha mengembalikan kejayaan Indonesia di dunia internasional. Indonesia harus kembali menjadi salah satu macan Asia. Begitu yang Prabowo jual lewat iklan-iklan di televisi. Itu juga yang membuat Prabowo, berdasarkan banyak survey, selalu berada pada posisi yang bagus.

Tetapi sayang Prabowo belum cukup kuat untuk mengalahkan kepopuleran Jokowi. Walaupun “serangan” lawan-lawan politik Jokowi datang bertubi-tubi tetapi posisi Jokowi belum goyah. Serangan terselubung lewat media, ulasan pengamat politik, atau pasukan nasi bungkus tetap tidak merubah pandangan masyarakat kepada Jokowi. Mungkin saja masyarakat belum lupa akan ‘dosa-dosa’ Prabowo di masa lalu.

Terbaca di media online bagaimana Prabowo selalu menyindir Jokowi dalam setiap kampanye Partai Gerindra. Jokowi dianggap sosok yang tidak menepati janji dan suka berbohong. Agak aneh juga, mengapa ‘sakit hati’ pada Megawati harus menjelek-jelekan Jokowi? Yang jadi pertanyaan adalah mengapa Prabowo tidak berani menuntut Megawati secara langsung.

Bagaimana dengan Jokowi sendiri? Jokowi tidak mau menanggapi serangan politik yang dilakukan oleh kubu Prabowo. Jokowi sepertinya tahu diri bahwa dirinya bukan mencalonkan diri menjadi calon presiden. Bukan orang yang menawarkan kehebatan dirinya lewat iklan-iklan bombastis di media-media. Jokowi tetap santun dan tidak pernah menjelek-jelekan Prabowo ataupun capres lain.

Sebenarnya mengapa Jokowi akhirnya menerima mandat yang diberikan Megawati untuk duduk sebagai capres dari PDIP? Jika dirunut lebih jauh, sebenarnya adalah Prabowo yang telah menginspirasi Jokowi untuk maju. Ada pesan khusus Prabowo kepada Jokowi yang membuat Jokowi dengan berat hati meninggalkan Jakarta.

“ Kalau bukan sekarang, kapan lagi?..... Jika bukan kita, siapa lagi?...”

Kata-kata itu selalu terngiang di telinga Jokowi setiap ia melihat sebuah iklan politik di televisi. Kata-kata ajakan itu begitu kuat menginspirasi Jokowi. Jika tidak sekarang, belum tentu 5 tahun yang akan datang akan ada kesempatan nyapres. Bukankah selain dirinya saat ini tumbuh pemimpin-pemimpin muda yang juga mumpuni.

Jika tidak sekarang, kapan lagi akan punya kekuatan untuk membenahi Jakarta secara total. Satu setengah tahun sudah cukup membuat Jokowi paham bahwa ada hal-hal diluar jangkauannya yang menjadi penghambat pembangunan Jakarta.

Jika tidak sekarang, Indonesia akan kembali ke tangan regim Orde Baru. Nama-nama seperti Prabowo, ARB, dan Wiranto adalah orang-orang ORBA yang hanya berganti kulit saja. Seorang ARB pun masih bermasalah dengan bencana Lapindo. Wiranto tidak lepas dari masalah HAM di masa lalu.

Begitulah, Akhirnya Jokowi menguatkan tekad “ Jika bukan saya, siapa lagi?” Bukankah banyak survey yang menempatkan ia pada posisi teratas. Itu indikasi bahwa rakyat menginginkan dirinya menjadi presiden berikutnya. Jika bukan saya, siapa lagi yang bersih dari isu-isu korupsi dan kejahatan kemanusiaan di masa lalu? Jika bukan saya, siapa lagi yang berkomitmen memperbaiki birokrasi di Indonesia seperti yang telah ia lakukan di Jakarta?

Jika melihat bahwa sebenarnya pesan Prabowo adalah inspirasi bagi Jokowi adalah tidak etis jika Prabowo harus menjelek-jelekan Jokowi. Sebagai guru bagi Jokowi, seharusnya Prabowo bangga pada Jokowi yang telah menjadi followernya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun