Aku sedang tertawa, menanti kesedihan.Memanen tawa sebanyak-banyaknya, persiapan sebelum ratap. Aku sedang berpura-pura buta, padahal jarak luka hanya sepersekian centi di kedua kelopak. Melambai, memberi isyarat "siapkan ku tempat".
Aku mulai egois dan tak lagi peduli pada sakit-sakit yang terencana. Pada sakit yang akan datang sesuai perjanjian di sekitar angka 20-an.
Aku mencoba melupakan perasaan takut memasuki hari-hari kedepan. Padahal mentalku merayap tak siap berdiri tegak jika nanti harus berhadapan dengan satu-satunya sepasang mata yang paling ingin ku ketahui sejak lama dan sekaligus menjadi sepasang mata yang paling ingin ku hindari.
Tapi akhirnya memberanikan diri.
Ya, aku kembali. Memainkannya.
Memainkan lakon jahat, pada perasaan dan hati seperti hari kemarin. Melukai diri sendiri.
Seakan lupa sakitnya nanti. Yang aku mau hanya hari-hari sebelum semua berakhir nihil, aku tak sendiri. Aku sudah begitu menghindari.
Aku sudah mengurai semua frasa, dari mulut ku yang dusta bilang tak suka, padahal aku mulai menerimanya. Ku katakan saat itu semua yang bisa membuatnya pergi, namun pintuku di ketuk semakin tak berhenti. Sampai aku kalah pada rasaku sendiri.
Aku mulai terbiasa lagi pada celotehnya tentang semua hal yang dulu tak pernah absen dia ceritakan. Diam-diam ku dapati kerisihan jika kehilangan kabarnya di 24 jam hari yang berjalan. Ku tahan sekuat tenaga.
Aku menikmati semua kefanaan dari balon udara siap meledak bernama kebersamaan. Semua canda tawa adalah jarum yang siap menikam jika tujuan terbang ini akan berubah di pertengahan. Kita pun akan jatuh bersama. Kau bersama kebencian dan aku bersama kesakitan. Setelahnya kau akan paham aku tidak pernah berubah. Dan aku kembali sadar aku akan selalu menyakitkan. Siapa pun diantara kita tidak akan pernah benar-benar memahami maksud hati masing-masing.
Kita akan pergi dengan meninggalkan kesan sendiri-sendiri. Semisal pun kau tak merasa sakit, kau tetap akan memberi angka 10 untuk membenci dan merasa dimainkan untuk niatmu yang tidak main-main.
Sedang dalam diamku yang tak siapapun tahu, aku mengulang lagi penyembuhan atas luka hati yang pernah menaruh rasa besar padamu. Tanpa harus kau ketahui.
swastamita, 16 November 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H