Tiba-tiba sesak. Terlintas, mengapa kini kita sejauh ini? Tiba-tiba risih, kenapa bukan kita yang saling berbagi hari ini?
Kenapa bukan kita yang berbagi cerita lelah seperti 3 atau 4 tahun yang lalu? Kenapa bukan kita yang bercerita lagi sampai lupa waktu? Bukan kita yang selalu penuhi memori hp dengan gambar baru?
Sepertinya tak ada tempat untuk namaku di hatimu.
Padahal rindu dariku selalu penuh untuk namamu.
Rasanya ingin egois saja.
Rasanya ingin marah saja.
Saat do'a-do'aku seakan tak pernah sampai.
Saat nama dan wajahmu memuat benci dan rindu dalam satu waktu. Saat rindu memetakan wajahmu utuh, bahkan derai air dari sudut mata yang rabun.
Sejenak aku ingin mengadu.
Tentang pilu, dan duka yang aku tutup selama tak ada kamu. Tentang perasaan yang hidup dalam kematian harap dan percayaku. Tentang betapa buruknya kondisi 3 tahun lalu.
Saat kau memalingkan badan dan menjauh, demi menyelesaikan semua problematika hidupmu yang juga tak terbendung.
Namun peduli sudah mati. Sekarang pun menolak untuk mengingat. Lalu apa iya telinga itu akan mau mendengar cerita. Apa iya tatap itu akan menyambut cerita dengan penuh semangat dan terlihat ceria?
Aku cemburu pada mereka yang masih bisa berbagi denganmu, sementara aku hanya mampu menjaga rasaku dari jauh. Memerhatikan kebahagiaan mereka denganmu tanpa celah seperti yang terjadi padaku.
Aku rindu
Pada kita yang tersenyum
Pada nama-nama kita yang lucu
Pada kehidupan kita yang tak banyak orang tau
Aku ingin bercerita banyak denganmu.
Tentangmu dan si kecil kembaranmu itu.
Tentangku yang selalu harus kamu tau.
Tentang semua arah yang ku tuju itu mengabur.
swastamita, Mei 2020