Langit menjingga, temaram menyekap. Kita diam tapi bicara pada mata yang mega. Saling menyelami dalam waktu yang tak memberi ampun. Tapi ragu apa mampu menemukan yang kita mau?
Senja pamit pulang, meninggalkan siluetmu yang kian terpeta dan menghitam pekat. Kamu mulai mengatur langkah mengikuti matahari masuk, menciptakan kosong jalanan ditengah yang semakin lebar.
Ya. Kamu, aku. Dan jarak. Itu yang kamu coba bentuk. Tak masalah, aku setuju. Setelah kita menemukan apa yg kita mau, jangan lupa! aku menunggumu di simpang berdebu untuk berjalan sepayung.
swastamita, 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!