Mohon tunggu...
Sony Warsono-bin-Hardono
Sony Warsono-bin-Hardono Mohon Tunggu... -

Staff pengajar di FEB UGM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Al-Qur’an & Akuntansi (7): Seputar Islamization Of Knowledge

11 Oktober 2012   22:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:55 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

JANGANLAH MEMBENARKAN SESUATU KARENA BIASA, MARILAH MEMBIASAKAN SESUATU KARENA BENAR. Begitulah kira-kira untaian kata indah yang baru-baru ini penulis dengar dari beberapa pemerhati pengetahuan di negeri ini. Faktanya, meski banyak ribuan tahun kehidupan manusia telah berlangsung tetapi perkembangan pengetahuan sebagai cermin usaha manusia menemukan kebenaran tidak selalu menuju ke arah kebenaran. Dengan demikian, bagaimanakah kerangka dasar pengembangan pengetahuan yang seharusnya?

Kira-kira dalam dua dasawarsa ini gagasan Islamization of knowledge (pengislaman ilmu) menggelinding cepat bagai bola salju menuju arah lembah. Gagasan Pengislaman Ilmu mencerminkan betapa umat Islam di berbagai penjuru dunia menyadari arti penting pengetahuan. Salah satu asa dari gagasan ini adalah menunjukkan kepada dunia bahwasanya pengetahuan-pengetahuan yang ada dewasa ini sebenarnya selaras atau dapat dirujuk kepada ajaran Islam dengan harapan selanjutnya umat Islam juga tergugah berkontribusi dalam pengembangan ilmu di masa datang. Dari sisi lain, gagasan Pengislaman Ilmu menyisakan celah yang perlu disadari oleh umat Islam. Pertama, Prof. Kuntowijoyo (2007) mengingatkan bahwa Pengislaman Ilmu berisiko memunculkan terjadinya penempatan ilmu sebagai kebenaran itu sendiri. Padahal sesungguhnya banyak hal yang saat ini diklaim sebagai ilmu cukup besar berpeluang untuk diperbarui, direvisi, atau bahkan dinyatakan salah. Kedua, jika ingin mengislamkan ilmu maka umat Islam harus sudah memiliki ilmu yang memadai agar dapat membedakan manakah yang sesungguhnya merupakan ilmu dan manakah yang hanya semu. Sayangnya, fakta menunjukkan bahwa labelisasi ilmu sebagai hal yang islami (dengan penggunaan terminologi “syariah”, misalnya) justru marak bahkan terhadap permasalahan-permasalahan dalam kehidupan yang jelas-jelas masih diperdebatkan kesesuaiannya dengan ajaran Islam. Dalam kondisi ketidak-jelasan ataupun ketidak-berdayaan umat Islam seperti ini maka islamisasi pengetahuan dapat berubah menjadi sebuah proses semu. Singkat kata, gagasan Pengislaman Ilmu bagai menyusuri sungai yang memiliki arus dalam dan penuh halangan terjal. Kita harus sangat hati-hati melakukannya.

Solusi yang ditawarkan Prof. Kuntowijoyo (2007) adalah dengan mengubah paradigma “Pengislaman ilmu” menjadi “Pengilmuan Islam”. Dalam hal ini, Pengilmuan Islam bergerak dari teks ke konteks, bukan sebaliknya dari konteks ke teks sebagaimana ditengarai terjadi dalam Pengislaman Ilmu. Sebatas menguatkan gagasan yang dilontarkan Prof. Kuntowijoyo ini, adalah tepat jika gagasan ini dinyatakan lebih spesifik sebagai “Pengilmuan Al-Qur’an”. Pertama, kitab suci Al-Qur’an merupakan sumber kebenaran sehingga Pengilmuan Al-Qur’an yang dilakukan umat Islam dalam hal ini merupakan cermin upaya manusia meraih kebenaran hakiki. Kedua, Al-Qur’an merupakan kitab suci yang secara tunggal dipegang oleh setiap umat Islam sehingga walaupun dapat dilihat dari beragam perspektif tetapi semuanya menuju pada satu hal sama. Ketiga, gagasan ini menjadikan umat Islam akan selalu berlandas Al-Qur’an dalam mengawali, menjalani, mengakhiri pengembaraannya dalam rangka mengungkap ilmu pengetahuan.

Mungkinkah Pengilmuan Al-Qur’an juga dapat diterapkan di bidang akuntansi? Setidak-tidaknya langkah kecil telah dimulai. Daripada membenarkan mekanisme debet kredit sebatas karena sudah biasa digunakan dan telah berlangsung berabad-abad, marilah diantara kita merenungi kembali gagasan mekanisme debet kredit sebagai aplikasi matematika yang selanjutnya mencerminkan penerapan sistem berpasangan yang sangat banyak diurai dalam kitab suci Al-Qur’an (lihat Sony Warsono-bin-Hardono, 2011, 2012).

Referensi:

Kuntowijoyo. 2007. Islam Sebagai Ilmu – Epistemologi, Metodologi, dan Etika. Edisi kedua. Tiara Wacana.

Sony Warsono-bin-Hardono. 2011. Adopsi Standar Akuntansi IFRS: Fakta, Dilema, dan Matematika. ABPublisher. Edisi pertama. Fb: akuntamatika@yahoo.com

Sony Warsono-bin-Hardono. 2012. Al Qur’an & Akuntansi: Menggugah Pikiran Mengetuk Relung Qalbu. ABPublisher. Edisi pertama. Fb: akuntamatika@yahoo.com

Sony Warsono-bin-Hardono. 2012. Al-Qur’an & Akuntansi (1) Asal-usul Debet Kredit. 31 Agustus. Website: http://sosbud.kompasiana.com/2012/08/31/al-quran-akuntansi-1-asal-usul-debet-kredit/

Sony Warsono-bin-Hardono. 2012. Al-Qur’an & Akuntansi (2): Sistem Pencatatan Berpasangan. 7 September. Website: http://sosbud.kompasiana.com/2012/09/07/al-quran-akuntansi-2-sistem-pencatatan-berpasangan/

Sony Warsono-bin-Hardono. 2012. Al-Qur’an & Akuntansi (4): Kiri Kanan Cermin Keadilan. 21 September. http://sosbud.kompasiana.com/2012/09/21/al-qur%E2%80%99an-akuntansi-4-kiri-kanan-cermin-keadilan/

Sony Warsono-bin-Hardono. 2012. Al-Qur’an & Akuntansi (5): Terimakasih Luca Pacioli. 28 September. http://sosbud.kompasiana.com/2012/09/28/al-quran-akuntansi-5-terima-kasih-luca-pacioli/

Sony Warsono-bin-Hardono. 2012. Al-Qur’an & Akuntansi (6): Pengetahuan yang Rahmatan lil ‘alamin. 5 Oktober. Website: http://sosbud.kompasiana.com/2012/10/05/a-quran-akuntansi-6-pengetahuan-yang-rahmatan-lil-alamin/


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun