Mohon tunggu...
Sony Warsono-bin-Hardono
Sony Warsono-bin-Hardono Mohon Tunggu... -

Staff pengajar di FEB UGM

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Fakta dan Dilema IFRS (3): Pengembangan yang Sedikit Terlalu

30 September 2012   22:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:26 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13490453681831614807

SAMBIL MENYELAM MINUM AIR. Kadangkala adalah hal yang dipertimbangkan wajar untuk melakukan 2 pekerjaan secara bersamaan/paralel. Namun demikian, tentu juga terdapat aktivitas-aktivitas yang seharusnya dilakukan berurutan (series). Berikut ini adalah salah satu langkah penting oleh IASB (International Accounting Standards Board) yang mencerminkan peribahasa di atas.

Orang awam sekalipun akan sepakat bahwa pengembangan yang sistematis seharusnya berlandas pada kerangka dasar atau konsep. Terlebih jika ingin mengembangkan sesuatu yang sangat monumental maka keberadaan kerangka dasar atau konsep merupakan keniscayaan. Kerangka dasar atau konsep tersebut dapat dianalogikan sebagai cetak-biru (blueprint) ataupun arsitektur dalam pengembangan gedung-gedung menjulang tinggi. Hal demikian juga dilakukan dalam pengembangan standar akuntansi; IASB mendasarkan diri pada Kerangka dasar (Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements) yang diterbitkan tahun 1989, dan FASB (Financial Accounting Standards Board) yang menyusun standar akuntansi di USA mendasarkan diri pada konsep yang disebut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) yang diterbitkan dalam beberapa tahun.

IASB dan FASB bekerjasama dalam Joint Project dalam rangka konvergensi pengembangan akuntansi keuangan. Salah satu program Joint Project ini adalah pengembangan kerangka dasar atau konsep untuk penyusunan standar-standar akuntansi keuangan. Beragam manfaat diharapkan dapat diperoleh dari keberadaan kerangka dasar atau konsep dalam pengembangan standar akuntansi (Sony Warsono-bin-Hardono, 2011). Pada bulan September 2010 kedua dewan tersebut menghasilkan Conceptual Framework for Financial Reporting (selanjutnya disingkat Kerangka dasar konseptual) sebagai produk dari Joint Project tersebut untuk menggantikan kerangka dasar dan konsep yang sebelumnya digunakan masing-masing dewan. IASB menerbitkan Kerangka dasar konseptual tersebut di dokumen terpisah, sedangkan FASB menerbitkannya dalam SFAC No. 8.

Ada hal yang menarik jika kita melihat Kerangka dasar konseptual (KDK) yang dihasilkan IASB dan FASB. Salah satu fakta yang jelas terlihat, dan dinyatakan demikian oleh kedua dewan, adalah bahwa ternyata KDK tersebut belum lengkap. Berdasar versi SFAC No.8, KDK terdapat 3 Chapter: Chapter 1 (tentang tujuan pelaporan keuangan maksud umum) telah lengkap, Chapter 2 masih kosong (direservasi untuk membahas tentang entitas pelaporan), dan Chapter 3 (tentang karakteristik kualitatif informasi keuangan penuh-guna). Sementara itu, KDK menurut IFRS terdiri dari 4 Chapter yang mana Chapter 1 sampai dengan Chapter 3 sama dengan SFAC No. 8 dan Chapter 4 berisi hal-hal yang terdapat di Kerangka dasar yang ditetapkan di tahun 1989. Ibarat sebuah buku pedoman, KDK yang seharusnya merupakan pijakan dasar dalam penyusunan standar ternyata belum lengkap. Adakah diantara kita ingin membaca buku (jenis apapun) yang belum lengkap, dan justru ketidak-lengkapannya adalah di halaman/bagian tengah? Lebih menariknya lagi, IASB sejauh ini juga terus berupaya untuk menerbitkan ataupun merevisi standar-standar akuntansi yang ada. Padahal, penyusunan standar yang baik seharusnya mengacu pada KDK. Sayangnya, KDK-nya sendiri belum lengkap.

Penulis percaya bahwa sebagian anggota IASB dan FASB bisa jadi adalah mantan perenang unggul sehingga sangat mungkin dapat menyelam sambil minum air. Tetapi nampaknya mereka lupa bahwa penyusunan KDK dan standar bukan sekedar seperti aktivitas berenang, jauh dan sangat jauh lebih kompleks dari itu. Mungkin kita, melalui DSAK misalnya, perlu mengingatkan bahwa penerapan IFRS secara global bagaikan membangun gedung bertingkat 50 yang dibangun di wilayah rawan gempa sehingga perlu blueprint yang sangat memadai, bukan hanya seperti membangun huntara (hunian sementara) untuk korban bencana.

Referensi

FASB. 2010. SFAC No. 8. Conceptual Framework for Financial Reporting. http:// www.fasb.org/cs/BlobServer?blobkey=id&blobwhere=1175822892635&blobheader=application%2Fpdf&blobcol=urldata&blobtable=MungoBlobs diunduh 1 Oktober 2012.

IASB. 2010. Conceptual Framework for Financial Reporting. http:// eifrs.ifrs.org/eifrs/bnstandards/en/2012/framework.pdf diunduh 1 Oktober 2012.

Sony Warsono-bin-Hardono. 2011. Adopsi Standar Akuntansi IFRS: Fakta, Dilema dan Matematika. ABPublisher. Edisi pertama. Fb: akuntamatika@yahoo.com

Sony Warsono-bin-Hardono dan Irene Natalia. 2010. Akuntansi Pengantar 1 Adaptasi IFRS: Sistem Penghasil Informasi Keuangan. ABPublisher. Edisi pertama. Fb: akuntamatika@yahoo.com

Sony Warsono-bin-Hardono. 2012. Fakta & Dilema IFRS (1): Jepang Sebagai Negara Penggagas IFRS. 17 September. http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/ 2012/09/17/fakta-dilema-ifrs-1-jepang-sebagai-negara-penggagas-ifrs/

Sony Warsono-bin-Hardono. 2012. Fakta & Dilema IFRS (2): Mudah Bersepakat, Sulitnya Menjaga. 24 September. http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/09/24/fakta-dilema-ifrs-2-mudah-bersepakat-sulitnya-menjaga/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun