Mohon tunggu...
Swan Dito
Swan Dito Mohon Tunggu... -

Seorang calon manula yang ingin hidup praktis, sederhana tapi membawa ketentraman dan kedamaian batin. Hidup sehat dan bahagia adalah pilihan saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menemukan Kebahagiaan di Rumah Pohon

16 Februari 2016   19:07 Diperbarui: 17 Februari 2016   18:19 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber foto :swandito."][/caption]Ide untuk menulis tentang rumah pohon ini muncul saat saya membuka file2 foto di hard disk komputer jadul ini. Teringat akan kenangan bagaimana saya membangun sebuah rumah pohon itu seorang diri, sedikit demi sedikit, pelan2, sampai akhirnya selesai dan bisa untuk tempat bersantai dan tempat merenung.

Ceritanya berawal saat saya pulang kekampung halaman ditahun 1990 untuk memulai hidup baru. Hidup adalah pilihan, demikian kata pepatah. Nah, saya memilih pulang kampung dan memulai hidup baru, daripada di ibu kota tapi hidup melarat dan sengsara. Walaupun hidup dikampung tetap miskin, tapi hidup saya jadi tenang dan tenteram. Setiap pagi dan sore selalu ada waktu untuk duduk santai menikmati alam dan udara segar. Apakah itu berupa jalan kaki sekitar perumahan atau duduk2 dilantai disamping rumah. Sejak kembali kekampung halaman, saya mengerjakan segala sesuatu tidak harus berkejaran dengan waktu. Tidak ada rasa ter buru2 karena dikejar waktu, target atau dead line.

Kembali kesoal rumah pohon. Tahun 1995(?) kalau tidak salah, saya menanam  sebuah pohon mangga dibelakang rumah. Maksudnya agar rumah lebih teduh dan siapa tahu ada buahnya yang bisa dinikmati nantinya. Ternyata setelah sekitar lima tahun, pohon kecil yang tingginya hanya sekitar satu meter kala itu, telah berubah menjadi sebuah pohon besar. Tingginya sudah melampui genting rumah, batangnya sudah sebesar badan saya.

Dulu sebelum ada rumah pohon tsb, setiap musim buah, saya selalu memanjat untuk memetik buahnya. Banyak sekali buahnya, pernah sampai tiga keranjang penuh. Lumayan, bisa dibagi2kan kepada orang2 sekitar. Yang matang bisa langsung di konsumsi, yang setengah matang bisa dibikin manisan mangga. Oh, ya...codot, kalong atau kelelawar pun ikut menikmati buah2 yang matang dipohon.

Suatu hari timbul gagasan, mengapa tidak sekalian dibuat sebuah rumah pohon. Khan bisa dipakai untuk duduk2 santai dipagi hari dan disore hari. Dorongan untuk membuat sebuah rumah pohon semakin hari semakin kuat. Mulailah saya memikirkan bagaimana cara membangunnya, bahan2nya apa saja. Dulu seingat saya, mengumpulkan bahan2nya sedikit demi sedikit. Dapat jok bekas dari mobil mini bus, lalu beli papan lantai dasarnya ditukang kayu pinggir jalan yang khusus membuat papan2 untuk alas lantai di pabrik2. Balok kayu penyangga ukuran 4x6 cm beberapa batang. Untuk pengikat atau gantungan diperlukan besi beton cor ukuran sebesar jari kelingking sehingga mudah dibengkokkan dengan tangan dan cukup kuat untuk menggantungkan papan lantainya (bisa dibeli lonjoran). Saya juga menggunakan dua batang bambu panjang sebagai dasar/alas penyangga.

Kesulitan muncul saat saya mulai mengerjakan. Pertama saya bukan seorang tukang kayu, dan lagi usia saya sudah tidak muda lagi, ditambah saya hanya seorang diri. Pengalaman beberapa kali tangan kepukul martil atau hampir jatuh dari pohon juga saya alami. Tapi sekali lagi seperti kata pepatah, hidup adalah PERJUANGAN, sekali berjuang, harus tetap berjuang (kecuali didepan ada tembok besi, barulah balik kanan), jangan mudah putus asa...hehehe. Setiap hari saya mencoba mengerjakan apa saja, sedikit demi sedikit, semampunya. Ada kalanya saya juga merasa bosan, dan terpaksa berhenti atau libur ber hari2. Untung semangat untuk menyelesaikan selalu timbul kembali. Kalau tidak salah pekerjaan ini memakan waktu sekitar setengah bulan, saya sudah lupa tepatnya. 

Sebetulnya akan saya buat dinding triplex dan atap seng, tapi nanti jadinya malah menutup pemandangan. Setelah saya timbang2, lebih baik saya biarkan terbuka seperti ini saja. Yang penting bagi saya adalah suasana alam yang terbuka tapi tidak panas dan pemandangan yang bebas kesegala arah. Untuk antisipasi datangnya musim hujan, saya sudah menyiapkan lembaran plastik lebar untuk menutup kursi supaya tidak basah oleh air hujan (lembaran plastik terlipat dibawah tempat duduk).

Setelah selesai pembuatan 'tempat lesehan' ini, hampir setiap pagi sore dan malam hari saya selalu nangkring dan nongkrong ditempat tsb. Pagi hari, sebelum subuh, saya sudah berada disitu, mendengarkan burung2 bebas berkicau, sebentar kemudian matahari mulai memancarkan sinarnya dari ufuk timur (dari sisi sebelah kiri). Benar2 suatu keindahan dan kenikmatan hidup yang saya rasakan, menghirup udara pagi hari, sekalian menyambut datangnya sang mentari. Nanti siang hari, saya sering juga tidur disitu, bahkan tidak jarang saya membawa makanan dan minuman. Diwaktu maghrib, tempat ini sering saya gunakan untuk meditasi dan merenung.

Foto diatas adalah raket nyamuk yang selalu siap sedia membantu saya melawan nyamuk yang datang mengganggu dimalam hari. Alasan mengapa saya memajang foto raket nyamuk ini adalah sebagai rasa penghargaan terhadap mereka yang telah menciptakan alat canggih pembunuh nyamuk tsb, sehingga kita tidak perlu lagi tersiksa oleh rasa gatal oleh gigitan nyamuk.

Saya juga memasang lampu disitu sehingga suasananya menjadi lebih enak untuk membaca buku. Terkadang saya juga suka melamun saat berada diatas pohon tsb dimalam hari. Memandang bintang2 bertebaran dilangit luas dari sela2 dedaunan, saya suka bertanya didalam hati, apakah benar ada 'surga' diatas sana...hehehe.

Demikianlah secuil cerita tentang aktivitas kehidupan seorang manula yang menjalani hidup prihatin seorang diri. Jauh dari hiruk pikuk keramaian duniawi, jauh dari pergaulan dengan sesama manusia, namun sangat dekat dengan kehidupan alam. Tapi malah disitulah dia menemukan ketenteraman dan kedamaian hidup. Ternyata hidup bahagia tidaklah harus menjadi kaya raya dan banyak harta. Didalam kemiskinanpun kita bisa hidup bahagia. Banyak hal2 kecil disekitar kita yang bisa membuat hidup kita bahagia. Terserah kepada kita masing2 untuk menentukan pilihan yang benar2 tepat demi kebahagiaan hidup kita sendiri.

 

Salam.

Sumber foto :swandito.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun