Kiamat demokrat sudah dekat, jarak ukurannya tidak sejauh ambang pintu lagi. Terus terang forecasting saya tidak pernah meleset, banyak tulisan saya di Kompasiana ini membuat prediksi dan analisa politik dan tidak beberapa lama kemudian itu yang terjadi. Saya meramalkan Kiamat Demokrat Sudah Dekat dikarenakan ulah mereka sendiri. Sangat disayangkan Demokrat adalah partai yang di-idolakan masyarakat namun sekarang kekecewaan sebagian masyarakat sungguh teramat dalam apalagi umumnya dari kalangan terdidik.
Berbagai upaya pembenahan dan pengembalian citra memang telah terus menerus dilakukan Demokrat. Diakui ataupun tidak? Masyarakat bisa melihat adanya ketidak kompakan di Demokrat meskipun mereka senantiasa bilang Demokrat masih solid. Para petinggi Demokrat memang pastinya harus berbicara demikian dan yang positif. Namun cara tersebut menyatakan masih solid bukan malah membuat sebagian masyarakat percaya melihat perkembangan Demokrat akhir-akhir ini. Adalah lebih baik Demokrat terbuka saja dan bertindak tegas terhadap kadernya yang membuat citranya semakin pudar. Memang secara tersirat dan lambat laun Demokrat mulai mengakui permasalahan ini, recovery harus dilakukan. Sebagai ekonom yang sedikit sedikit mulai belajar menjadi politisi berdasarkan teori ekonomi bahwa jangan sekali-sekali memberi celah kepada tindakan recovery dalam sebuah acara bisnis, karena ongkosnya mahal, maksudnya bisnis plan harus dilakukan dengan benar dan konsisten. Tetapi dalam teori ekonomi juga, jika terpaksa maka harus dilakukan keputusan recovery meskipun ongkosnya mahal demi penyelamatan dan tujuan jangka panjang karena sudah terlanjur melakukan kesalahan. Jadi kesimpulannya Kesalahan itu harus dibayar mahal dan membuat rugi. Tetapi walaupun rugi harus ditanggung daripada dapat nol sama sekali.
Bila Demokrat masih bercita-cita untuk mewujudkan idealismenya semula, maka tidak ada pilihan untuk recovery. Ruhut Sitompul telah melakukan Recovery yang baik melalui ketegasannya dan langsung ke pokok permasalahan/ strike and direct to the point yaitu meminta Anas mundur dan semua yang disebut Nazaruddin. Sepertinya memang statemen daripada Ruhut Sitompul itu adalah upaya bunuh diri namun melihat realita dan kecerdasan masyarakat sekarang justeru tindakan/statemen daripada Ruhut Sitompul yang di-inginkan masyarakat daripada statemen basa-basi, retorika mengingat masyarakat sudah bosan dan alergi terhadap basa-basi ketimbang action yang nyata.
Sekali lagi Demokrat harus berani bertindak meskipun ongkosnya mahal. Demokrat berkali kali menyatakan kapalnya janga sampai karam oleh ulah segelintir orang. Demokrat tahu permasalahannya, namun masih bergaya retorika dan basa-basi dalam bertindak. Jika demikian gaya Demokrat, malah akan menjadi bumerang terhadap persepsi sebagian masyarakat semakin runtuh. Tidak perlu Demokrat membuat analisa super canggih dalam mengukur permasalahan ini, membuat simulasi hitung-hitungan ABCD dalam membuat tindakan nyata sebab persoalan Demokrat sudah mengemuka ke seluruh pelosok Nusantara. Padahal persoalannya sederhana lakukan tindakan nyata sesuai selera masyarakat karena customer/pelanggan Demokrat adalah rakyat jika ingin meraih pangsa pasar alias simpati masyarakat. Berjualan harus mengedepankan apa minat masyarakat pembeli bukan selera penjual. Kecuali Demokrat adalah sekumpulan orang-orang yang berjiwa sosial dan sukarelawan yang ingin membantu masyarakat tanpa pamrih tanpa memikirkan meraih suara alias tidak ikut Pemilu.
Demokrat diambang pintu Kiamat dalam arti tidak akan lagi menjadi Leader, bukan lagi menjadi pemenang dan bahkan berpotensi pecah. Sekali lagi recovery yang ongkos mahal itu harus dilakukan jika masih ingin menjadi pemenang, Pemenang yang mampu mengembalikan citranya, pemenang yang di-idolakan masyarakat oleh kejernihan dan ketulusannya. Melihat isyarat yang diberikan oleh Anas tidak akan mundur, membuat alamat Demokrat akan terbawa arus kencang menuju kiamat. Meskipun Anas pada kenyataannya tidak seperti yang dipersepsikan masyarakat tapi pilihan terpahit harusnya Anas mundur. Anas sudah menjadi Liability sesuai ukuran sebagian masyarakat di Demokrat. Upaya Anas untuk tetap mempertahankan diri malah menjadi alat bunuh diri buat Demokrat menuju kiamatnya. Tulisan saya memang sungguh ekstrim, tetapi bukan bermaksud tendensius, cuma menyatakan penilaian sebagian masyarakat terhadap prahara Demokrat yang semakin terpuruk. Kecintaan masyarakat terhadap Demokrat seyogianya kembali utuh dan bahkan semakin membesar. Partai masa Depan adalah partai yang jernih, terbuka/transparan dan tulus seperti Partai yang saya dirikan Partai Persatuan Orang Miskin (The Unity of Marginalized Groups Party) dengan calon Presidennya Swandi Rupini Simanjuntak. Dengan motto bukan karena uang dan kuasa maka kita menjadi Pemenang, tetapi oleh karena Kasih dan Anugerah Tuhan Yang Maha Esa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H