Mohon tunggu...
Swandi Rupini Simanjuntak
Swandi Rupini Simanjuntak Mohon Tunggu... -

Perintis dan Pionir Calon Presiden Republik Indonesia sehingga banyak orang sadar bahwa siapapun bisa jadi Presiden, Deklarator Komnas PKP (Pemantau Kinerja Aparatur Pemerintah) dan pendiri Partai Persatuan Orang Miskin (Unity of Marginalized Groups Party)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Oh... Oh... Oh...

24 April 2012   01:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:13 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekian lama menahan akhirnya tak tertahankan jua, jebol juga barang ini untuk menyeruduk. Hasrat ingin ini itu akhirnya harus terlampiaskan juga guna melegakan nafsu yang sudah memuncak. Ereksi pemikiran memuncak sampai ke ubun ubun, adrenalin  semakin terpacu oleh liuk liuk pemerintah dan politisi yang menggodaku untuk memulai meresepon irama permainan ini.Siapa bilang, ada keseriusan dalam memerintah dan berkehidupan bernegara ini kecuali sudah menjadi sebuah permainan? memang sudah terasa kalau serius sudah menjadi tidak enak. Permainan itu kadang tidak melihat waktu dan tempat, bahkan terasa lebih nikmat dilakukan dipagi hari, atau dini hari membuat suasana tegang apalagi makin terdesak dan kepepet. Coba lihat, kegenitan pemerintah sebentar buka-bukaan, sebentar naik turunkan membuat tensi masyarakat naik turun. Yang lebih parah sekali, saat dibukan dikit bahkan masih dalam omongan (wacana), reaksi barang-barang segera melambung naik dan gak mau turun turun, Kadangkala masalahnya disini, taatkala pemerintah menggoda untuk akan menaikkan BBM, masih ancang-ancang masyarakat pasar sudah menyergap gak karuan. Rangsangan yang genit ini membuat masyrakat kehilangan akal dan tak mampu mengendalikan diri.Permainan, saya sebut demikian karena memang untuk serius seakan tidak bisa dinikmati alias monoton. Sebuah barang langka dan hampa kalau sebuah "GAME" dilakukan dengan serius. Masyarakat dan pemerintah sudah lupa, bahwa dalam keseriusan dapat juga seru dan nikmat, karena keindahan dapat ditata kelolakan (di manage). Tidak perlu grasak grusuk, tetapi tenang bahkan bisa menjadi romantis. Tidak perlu sampai ter-engah engah, Oh...Oh...Oh..., semua dapat berlangsung dengan "silent" cukup dengan mendesis rasa dan hasilnya juga lebih pas ketimbang semua diburu selepas itu letoy.Mengapa pemrintah tidak mempersiapkan infrastrukturnya dulu sebelum melakukan tindakan? mengapa tidak membuat sebuah rencana dan rencana A, B, C untuk alternative? Ada apa? Serius atau main-mainkan pemerintah ini dalam menjalankan tujuan bernegara yaitu demi kesejahteraan rakyat?Kesan dan pesan yang disampaikan pemerintah saat saat sekarang menjadi hambar, kasus-kasus besar gak pernah tuntas, belum lagi kasus kasus teri pasti sama sekali dilupakan, semua bisa terjadi, lama-lama tak beres dan tak karuan. Kadang-kadang kenyataan yang terjadi justeru anti klimaks, semua menunggu dan menuju ada kepuasan yang terjadi, mencapai sebuah orgasme yang benar-benar klimaks namun kenyataannya orgasme tidak pernah tercapai. Sadarkah pemerintah jika hanya berbuat demikian, rakyat akan bisa dingin dan bahkan akan selingkuh yang ujung-ujungnya minta cerai. Saya tidak tahu, PEMERINTAH yang TOLOL atau RAKYAT yang TOLOL? Oh....oh...oh...semoga tidak pernah terjadi, mari intospeksi, gak usah kaget dan hanya berucap, "Oh....oh....oh, ternyata Swandi Rupini Simanjuntak yang miskin itu, yang tidak terkenal itu, yang jelek itu ternyata bisa buat Partai? Bahkan mencalonkan diri jadi Presiden Republik Indonesia pula??? Oh...oh...oh...tidak nyangka ya???Selamat pagi dan selamat menikmati hari-hari yang indah maupun jelek, usahakan mampu bersyukur dalam segala hal. Horas dan Amen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun