Bulan kemarin, kita dibuat heboh oleh dua berita besar, menggemparkan, menyedihkan sekaligus mengharu biru. Disebut menggemparkan karena terbitnya beberapa foto di Koran Kompas yang memuat gambar seseorang yang sangat mirip dengan Gayus H Tambunan seorang pegawai Ditjen Pajak Kemenkeu tengah nyengir nonton pertandingan tenis WTA di Nusa Dua Bali.
Terbitnya foto foto itu tidak saja menyentak kita sebagai orang Indonesia yang tengah berada pada titik terendah dalam sejarah kepercayaan pada penegakkan hukum, namun juga menggelikan, dan membuat amarah memuncak (meski tidak sampai pada dorongan berbuat anarkis).
Gayus entah siapapun dia yang ada dalam foto itu, yang pasti dia telah berhasil membuat kita semakin sadar bahwa ada yang tidak beres di negara ini dan tentu saja kita menuntut "pemberesan" secepatnya dan dalam waktu yang sesingkat singkatnya. Tercatat pemberitaan tentang seseorang yang amat sangat mirip Gayus ini menyita perhatian kita.
Sosok lain minggu ini yang begitu menyita perhatian media adalah Barrack "Barry" Husein Obama Jr. Presiden Amerika Serikat yang ke 44 ini begitu lekat dalam ingatan orang Indonesia, pun sebaliknya, Obama seperti yang diakuinya adalah bagian dari republik ini. "Indonesia adalah bagian dari hidup saya," begitu kata Obama dalam pidatonya di Balairung Kampus UI Depok Kamis lalu. Obama dengan bahasa Indonesia yang masih lancar dan amat bersemangat berpidato dan tentang masa depan hubungan dan kerjasama Indonesia dengan negara yang dipimpinnya. Obama sekali lagi merasuki ruang ruang baca dan bahkan pribadi kita setelah pada tahun 2008 lalu menghentikan perlawanan John McCain seorang Republikan pada Pilpres AS.
Obama dan Gayus adalah dua kutub pemberitaan yang amat jauh berbeda, yang satu menjadi cerita dan buah pena kaum jurnalis karena kehebatannya dalam mengelola opini publik di bidang politik, yang satu lagi menjadi buah cerita dan pena karena "kehebatannya" menumpuk kekayaan hingga puluhan miliar rupiah di usia yang masih sangat muda. Obama dan Gayus telah menjadi ikon pemberitaan dan fenomenal di dunianya masing masing.
Obama Jr, seorang ayah dua putri, pemimpin negara adidaya, kehadirannya di tunggu publik sejak lama, setidaknya dua kali meng-cancel kunjungan ke Indoneisa dan dimaafkan, adalah bukti bahwa kedatangannya (kembali) ke Indonesia amat penting artinya. Beda dengan Bush Jr, pendahulu Obama, kedatangan Barry yang lengkap dengan keramahannya dan juga "Ke-Indonesia-anya membuat kita tertawa lepas, senang dan juga terharu (maupun pura pura) bahwa ia masih sedikit Indonesia. Obama bahkan memakan bakso, sate, kerupuk emping dan mengenang Sarinah dan Menteng Dalam untuk membuktikan itu bahwa ia masih menjadi bagian dari anak Jakarte. kita bangga dan bertepuk senang karenanya.
Lain halnya dengan Gayus, lengkapnya Gayus Halomoan Tambunan, anak muda yang sekilas terlihat cengengesan, tapi kaya raya itu telah membuat kita geram, marah dan begitu benci tidak hanya kepadanya, tapi juga kepada pengelola negara ini. Gayus telah menjungkir balikkan semua kepercayaan kita yang memang telah miring kepada aparat hukum, penyelenggara negara lainnya. Gayus juga telah meruntuhkan puing puing kepercayaan yang kita pertahankan sedemikian kuatnya, namun ia dengan menjentikkan jari meruntuhkan semuanya dalam sekejab. Kita geram dan memaki sejadi jadinya.
Sejenak marilah kita lupakan Gayus, Obama, atau duka lara akibat letusan Gunung Merapi di Jogja, Tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai atau Banjir Bandang di Wasior Papua Barat, kita sejenak berpaling ke Cinta Laura. A ha, kenapa Cinta Laura, apa hubungannya antara Cinta Laura, dengan Obama, atau Gayus ?. Memang tidak ada hubungannya, Cinta Laura meski berbapak bule, bapaknya bukan American, atau ibunya bukan dari marga Tambunan seperti marga bapaknya Gayus. Cinta Laura menjadi menarik saya bahas karena Obama Jr.
Ya, Presiden AS yang anak Menteng Dalam itu begitu fasih berbahasa Indonesia, ucapannya seperti "Assalamualaikum", "Selamat Pagi", "Selamat Sore", "Terima kasih" dan bahkan "Pulang Kampung Nich" atau "Indonesia adalah bagian dari diri saya", dan tentu saja kalimat pamungkas, "Saya ingin mengungkapkan", memperlihatkan betapa ia masih Indonesian meski menjadi Presiden bagi jutaan anak keponakan "Abang Sam".
Obama tidak seperti Cinta Laura yang dengan pronounce-nya terdengar aneh di telinga kita. Taruhan, jika Obama kita suruh bertanding pidato dalam bahasa Indonesia melawan Cinta Laura, saya yakin Obama lebih lancar berbahasa Indonesia dibanding si artis kemarin sore itu.
Lihat dan dengarkan suara Cinta Laura di TV, atau suaranya ketika menyanyi, awww, aneh benar bunyinya. Saya hanya berdoa semoga Cinta Laura mendapatkan guru bahasa Indonesia yang top dan hebat dan bukan guru bahasa Inggris yang pandir dan sok british. Semoga.