Batang (7/2) - Mahasiswa KKN Tim 1 Universitas Diponegoro menginisiasi kegiatan pemberdayaan pengolahan sampah rumah tangga menjadi pupuk kmpos di Desa Dlimas, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang.
Kebiasaan masyarakat masyarakat membakar dan membuang sampah di sungai menyebabkan beberapa dampak negatif untuk lingkungan, diantaranya yaitu polusi udara dan sungai menjadi kotor. Sampah yang dibakar dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Pembuangan sampah di sungai menyebabkan sungai menjadi kotor, juga memicu terjadinya sungai meluap disaat hujan lebat karena adanya penyumbatan sampah.
Bermula dari permasalahan tersebut, mahasiswa KKN Universitas Diponegoro yang dipelopori oleh Agra S Mahardhika, Muh Nur Alim, M Zaki Dhiya, Desti Winda dan Sri Wahyuti Nuri M melakukan pemberdayaan masyarakat mengolah sampah rumah tangga menjadi pupuk.
Sampah rumah tangga dipilah antara pupuk organik dan anorganik. Sampah organik berupa dedaunan dan sisa sayur ini yang akan diolah menjadi pupuk kompos. Sampah dedaunan akan dipotong kecil-kecil dan dicampur dengan EM4. Terakhir sampah akan dimasukkan ke dalam lubang yang sudah dibuat di pekarangan rumah.Â
Kegiatan ini terbagi menjadi dua yaitu edukasi dan praktik. Kegiatan edukasi dilakukan sepekan sebelumnya terkait pemilahan sampah organik dan anorganik. Acara ini diikuti oleh kader kesehatan Desa Dlimas. Kemudian pada Hari Jumat, 7 Februari 2020 dilakukan kegiatan praktik pembuatan pupuk kompos.
"Saya baru tau cara buat pupuk kompos. Selama ini biasanya saya bakar. Ya semoga kegiatan seperti ini terus ada, bisa ditindaklanjuti oleh PKK sebagai program kerja" ujar Bu Puji selaku kader kesehatan.
Melalui kegiatan sederhana seperti ini diharapkan dapat mengurangi pembakaran sampah dan pembuangan sampah di sungai. Secara tidak langsung dapat mengurangi pencemaran udara dan pencemaran air di Desa Dlimas. Selain itu, dapat juga menambah pendapatan masyarakat apabila dijual.
"Ya kami awalnya karena melihat banyak sampah yang dibakar dan dibuang ke sungai. Terus mencari solusinya gimana, salah satunya dengan dibuat pupuk kompos ini. Nanti harapannya setelah kami selesai KKN disini, kegiatan ini masih terus berlanjut" ungkap Agra selaku koordinator KKN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H