Siapa pun presiden negeri ini, termasuk Presiden Prabowo Subianto sekarang, pasti akan dihadapkan dengan deretan permasalahan klasik seperti bencana alam hingga kemiskinan dan korupsi. Oleh karena itu, seorang presiden harus menjadi presiden yang efektif dan efisien dalam bekerja. Untuk itu, kita bisa belajar dari Amerika Serikat (AS)
 Mengapa demikian? Sebab AS, yang juga menganut sistem pemerintahan presidensial seperti Indonesia, pernah mengalami masalah serupa seperti kita saat ini. Itulah sewaktu Amerika Serikat berada di bawah kepemimpinan presiden ke-7 Andrew Jackson (1767 --- 1845) yang menjabat dua periode pemerintahan (1829-1837). Bayangkan saja, sewaktu Jackson---salah satu presiden paling sukses di Amerika yang menjadi inspirasi bagi banyak presiden AS legendaris seperti Lincoln, Roosevelt, dan Kennedy---menjabat, konflik horizontal terjadi di mana-mana. Juga, negara-negara bagian menuntut otonomi luas hingga taraf kebablasan. Belum lagi masalah krisis ekonomi yang meruyak kala itu. Puncaknya, negara bagian South Carolina mengancam angkat senjata membela hak mereka menolak Undang-undang (UU) federal, sebuah tanda-tanda gerakan separatisme yang akut.Â
 Geram memikirkan gunungan masalah ini, Jackson dikisahkan mengalami perasaan kesal yang memuncak, menggebrak meja dan berkata, "Kita harus habisi siapa yang berani memecah-belah bangsa ini." Sebagaimana diceritakan sejarawan AS Jon Meacham dalam American Lion: Andrew Jackson in the White House (2008), inilah awal munculnya Proclamation to the People of South Carolina (Maklumat bagi Rakyat South Carolina) yang terkenal itu. Yaitu, maklumat di mana pemerintah mengancam akan bertindak tanpa kompromi untuk melibas negara bagian yang menunjukkan tanda memberontak.Â
Dari segi ekonomi pun, Jackson tanpa gentar menutup Bank of the United States. Sebab, ia menuding bank itu terlalu bebas mengucurkan kredit konsumtif kepada warga tanpa memikirkan konsekuensi mengerikan dari utang yang mereka hamburkan. Lagi pula, Jackson meyakini bahwa sektor finansial di Amerika memang korup, bejat, dan buruk bagi kesehatan perekonomian Amerika secara keseluruhan, persis seperti yang negara Abang Sam (AS) itu alami lagi sekarang ini. Berbekal tindakan-tindakan berani inilah, Jackson kemudian mampu menebar benih bagi perjalanan Amerika menjadi bangsa besar. Tak heran pula jika dia mendapatkan julukan Sang Singa Amerika (American Lion).
 Lantas, apakah benih yang menjadi warisan (legacy) abadi Jackson? Pertama, ketegasan seorang pemimpin. Jackson sadar bahwa akomodasi dan pragmatisme politik kerap membawa nasib suatu bangsa terpuruk ke dalam lubang hitam permasalahan yang kian berlarut-larut. Oleh karena itu, Jackson menyadari dia harus berani mengambil tindakan yang dirasanya perlu bagi rakyat. Baginya, konsekuensi politik dan pragmatisme jabatan adalah urusan belakangan. Sebab, jika rakyat merasa kebijakan pemerintahan baik bagi mereka, tentu mereka akan berada di belakang sang pemimpin, demikian logika Jackson yang terbukti mengena di hati rakyat Amerika.Â
 Kedua, keberpihakan Jackson kepada aspirasi mayoritas rakyat. Jadi, bukan kepada sesama elit penguasa. Dalam sistem politik AS yang presidensial dan memilih presidennya secara langsung, Jackson mencanangkan bahwa presiden sejatinya adalah perwakilan langsung rakyat. Selain itu, dia meyakini bahwa kehendak mayoritaslah yang harus mengatur Amerika. Memang, dia menyadari kehendak mayoritas bisa salah, tapi itu pastilah selalu tidak disengaja. Seringnya, kehendak mayoritas rakyat berada di jalur yang benar karena kehendak itu selalu dirumuskan lewat pembiakan opini publik yang didiskusikan secara terkelola.
Dalam kata-kata Jackson sendiri, "Kebijaksanaan dan kecerdasan rakyat kita akan memberikan penebusan dan pembebasan dari masalah-masalah yang mengepung kita serta bahaya yang mengancam institusi kita." Artinya, Jackson tidak pernah takut mengambil kebijakan karena tersandera kepentingan politik para elit penguasa dan pengusaha. Sebaliknya, Jackson selalu tegas bertindak asalkan dia yakin bahwa opini rakyat mendukung di belakangnya.Â
Konteks Indonesia
Nah, apabila dipetakan ke dalam konteks Indonesia masa kini, Presiden Prabowo Subianto bisa mengamalkan dua tindakan utama yang diteladankan Andrew Jackson. Pertama, bertindak tegas laksana singa mengamuk dalam berbagai isu tanpa khawatir akan tersandera oleh berbagai pertimbangan pragmatisme politik yang hanya menguntungkan segelintir elit penguasa. Kedua, mendengarkan dan mengikuti aspirasi rakyat lewat penyerapan suara publik mayoritas melalui berbagai cara, seperti kunjungan langsung, diskusi intensif dengan para perwakilan resmi kelompok masyarakat, dan lain sebagainya. Dengan demikian, semoga negeri ini bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.