Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Humanis yang Mendehumanisasi, Kritik Ali Syari'ati Terhadap Karl Marx

21 Januari 2025   20:35 Diperbarui: 21 Januari 2025   20:44 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kover buku Kritik Islam atas Marxisme karya Ali Syari'ati (Sumber: koleksi pribadi)

Terlepas dari runtuhnya Uni Soviet dan Jerman Timur di era 1980-an akhir dan 1990-an awal, ajaran Karl Marx masih cukup populer di berbagai belahan dunia. Daya pikatnya juga kuat di kalangan anak muda, barang kali karena ajaran ini mampu memuaskan gejolak darah panas di dalam diri anak muda yang berjiwa pemberontak (rebellious). Jadi, ajaran Marx mungkin sudah wafat dalam praktik institusional bernegara, tapi ia masih laku sebagai pisau analitis untuk mengkritik mode produksi kapitalistis, yang kini bertransformasi menjadi kapitalisme neoliberal global.

 Filsafat Marx juga masih memukau karena bertujuan mulia: ingin mengembalikan fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Sebagaimana dijelaskan sosiolog Arief Budiman dalam Sistem Pancasila dan Ideologi-Ideologi Dunia (Gramedia, 1981), Marx memiliki asumsi bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang menjalani kehidupan secara adil dan setara. Hanya sayangnya, kedatangan kapitalisme dan sistem pasar bebas yang memungkinkan manusia mengumpulkan kekayaan telah membuat manusia menyimpang menjadi makhluk serakah yang egoistis lagi individualistis. Karena itu, Marx mencita-citakan penghapusan hak milik produksi dan kediktatoran proletariat dalam sosialisme untuk membuat manusia kembali sebagai makhluk sosial. Dari sini, kita bisa mengatakan filsafat Marx adalah filsafat humanis yang ingin memulihkan kembali watak kemanusiaan dari manusia. Untuk jelasnya, bisa dilihat diagram dari Arief Budiman sebagai berikut

Diagram asumsi manusia dari Karl Marx sebagaimana disarikan Arief Budiman (Sumber: koleksi pribadi)
Diagram asumsi manusia dari Karl Marx sebagaimana disarikan Arief Budiman (Sumber: koleksi pribadi)

 Namun, Ali Syari'ati mengkritik tajam filsafat humanis Marx ini. Menurut Syari'ati dalam Kritik Islam Atas Marxisme (Mizan, 1983), filsafat humanis Marx ini justru tidak humanis. Sebab, Marx  menampik sumber dari norma-norma moral kemanusiaan yang bisa membuat manusia kembali otentik. Marx telah menampik Tuhan sebagai sumber norma moral kemanusiaan karena Tuhan dan agama hanya dianggap sebagai candu. Tuhan hanyalah hasil dari mode produksi kapitalistis dalam infrastruktur ekonomi.

Setelah menampik Tuhan, demikian juga Marx mereduksi manusia secara mekanistis menjadi sekadar hasil dari infrastruktur ekonomi. Manusia jadinya tidak memiliki otonomi maupun kehendak bebas untuk menciptakan norma moralitas kemanusiaannya. Singkat kata, manusia menjadi terdehumanisasi.

Maka itu, ajaran Marx memang masih berguna sebagai pisau analitis membedah kapitalisme modern. Akan tetapi, filsafat Marx tidak bisa diikuti secara membuta. Sebab, itu hanya akan menempatkan manusia di labirin eksistensi tak berujung dan membuat manusia justru terdehumanisasi serta hampa dari hakikat kemanusiaannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun