Siapa pun pasti ingin memiliki simpanan uang yang cukup untuk bisa ia gunakan di kala mendesak, saat tua, ataupun untuk memenuhi tujuan tertentu. Adapun salah satu sarana untuk menghimpun simpanan yang memadai adalah dengan melakukan investasi. Hanya sayangnya, sekarang ini banyak sekali tawaran investasi berseliweran. yang sayangnya sebagian justru penipuan.
Karena itu, para calon investor perlu waspada terhadap tawaran-tawaran investasi yang beredar, apalagi di tengah kondisi dunia perekonomian global dan nasional yang masih muram. Nasabah bisa silau dan khilaf apabila mendapatkan tawaran investasi dengan imbal hasil muluk. Hasilnya adalah kerugian yang bisa meludeskan tabungan masa depan yang sudah dihimpun dengan susah payah.Â
Prinsip Babylon Â
Karena itu, bagi siapa pun investor yang ingin sukses berinvestasi, ia harus membekali diri mereka dengan peranti memadai untuk menghindari perangkap investasi tipuan dan melakukan investasi yang aman. Guna keperluan tersebut, kita bisa menengok buku klasik laris The Richest Man in Babylon karangan George S. Clason (1959). Ditulis oleh seorang konglomerat penerbitan terkemuka di AS, buku ini telah menjadi inspirasi bagi jutaan orang dunia modern yang ingin meraih kesuksesan lewat investasi aman.
Menurut Clason, ada lima prinsip kesuksesan investasi yang harus dijunjung tinggi oleh calon investor. Pertama, emas hanya akan mengunjungi orang yang menyisihkan minimal 10 persen dari penghasilannya untuk menciptakan aset. Kedua, emas bekerja bagi pemiliknya yang bijaksana dan mampu menemukan pekerjaan yang menguntungkan bagi emas itu untuk beranak-pinak. Ketiga, emas aman dalam lindungan orang bijak yang menginvestasikannya berdasarkan nasihat orang-orang yang terbukti ahli mengelolanya. Keempat, emas akan lari dari orang-orang yang menginvestasikannya dalam usaha yang tidak diketahui dengan baik. Kelima, emas akan lari dari orang yang memaksanya untuk memberi penghasilan yang mustahil atau yang mengikuti bujukan mulut manis para penipu maupun pemimpi di siang bolong, atau yang tidak berpengalaman dan muluk-muluk dalam berinvestasi.
Konteks Indonesia
Dalam konteks konkret di Indonesia, maka lima prinsip itu bisa diringkaskan sebagai: seruan bagi calon investor untuk menyisihkan penghasilan guna berinvestasi, menempatkannya dalam investasi yang menguntungkan, mempercayakan investasi pada fund manager yang memiliki reputasi dan kompetensi baik, memiliki pengetahuan teknik minimal tentang produk tempat investor akan menempatkan uangnya, dan tidak terlalu tergiur oleh janji muluk para penjaja produk investasi yang menawarkan imbal hasil menggiurkan.
Sayangnya, lima prinsip sederhana itulah yang tampak dilupakan oleh para investor yang pernah terbelit kasus investasi palsu. Kesalahan yang paling sering ditemui adalah mereka dengan mudah terbujuk oleh imbal hasil yang berada di atas rata-rata produk keuangan konvensional, katakanlah reksa dana, saham, obligasi, deposito, dan lain sebagainya. Padahal, kita tahu prinsip no pain, no gain, alias tidak ada keuntungan besar tanpa upaya keras. Artinya, jelas mencurigakan jika ada satu produk yang mampu memberi kita imbal hasil besar tanpa kita harus berjerih payah apa pun selain menyetorkan uang.
Kemudian, para calon investor kerap tidak melek produk finansial meskipun banyak dari mereka punya uang berlebih. Mereka tidak membekali diri dengan pengetahuan teknik yang bisa mereka dapatkan dari buku, pelatihan atau seminar-seminar. Ini sungguh disayangkan mengingat pengetahuan itulah yang sebetulnya bakal memagari mereka ketika terpajan oleh pelbagai simulasi menyilaukan mata dari penjaja produk investasi.Â
Terakhir, para calon investor kerap tidak mau repot menelisik apakah tempat mereka mempercayakan uang investasi mereka memiliki rekam jejak dan kinerja yang baik. Padahal, mereka bisa melakukan itu secara mudah dengan mendatangi otoritas-otoritas terkait investasi, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), otoritas bursa, dan sebagainya. Â