Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Rahasia Kesuksesan Organisasi Yang Luar Biasa, Belajar dari Buku Great by Choice

11 Januari 2025   07:43 Diperbarui: 11 Januari 2025   07:43 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kover buku Great by Choice (sumber: foto koleksi pustaka pribadi)

Tujuan setiap organisasi, entah itu perusahaan besar, LSM, usaha kecil menengah, atau pun negara, adalah meraih kesuksesan lestari (sustainable) alias bertahan lama. Karena itu, di tengah ancaman pelemahan ekonomi yang menghantui berbagai belahan dunia saat ini, satu panduan yang menguraikan rahasia di balik kesuksesan organisasi luar biasa menjadi niscaya.  

Buku Jim Collins, penulis buku manajemen laris Built to Last dan Good to Great, yang berjudul Great by Choice dan diterbitkan sekitar 12 tahun lalu mampu memberikan panduan semacam itu . Hebatnya lagi, buku ini bukan sekadar memberikan resep, tapi meraciknya dengan kombinasi pas antara ketekunan akademis dan pengamatan empiris.

Dalam bukunya ini, Collins menggarisbawahi satu komponen kunci di balik perusahaan hebat: pemimpin (hal.2). Maka itu, Collins lantas melakukan studi terhadap 14 perusahaan dan pemimpin mereka guna mencari karakteristik pemimpin luar biasa yang berhasil menakhodai organisasi mereka mengarungi berbagai krisis hingga layak dijuluki 10Xer. Yaitu, organisasi yang kinerjanya berada di atas rata-rata pasar sebanyak minimal 10 kali (hal. 15). Akhirnya, Collins berhasil menggali tiga karakteristik pemimpin 10X. 

Pertama, pemimpin itu memiliki disiplin fanatik (fanatic discipline). Artinya, pemimpin itu bekerja siang malam tanpa kenal lelah untuk mencapai hasil-hasil terukur secara konsisten. Konsisten di sini berarti sang pemimpin tidak berusaha mencari perubahan drastis atau revolusioner (hal.47). Melainkan, melakukan perubahan secara berangsur-angsur tapi terus tanpa putus. Ibarat kata, ciri ini meyakini lebih baik berjalan 100 meter per hari tapi secara terus menerus, ketimbang berjalan 1 kilometer pada satu waktu namun hanya 50 meter pada waktu lain. Sebab, konsistensi akan menumbuhkan kepercayaan diri, memperkuat stamina, sekaligus menyuburkan harapan bagi pemimpin maupun bawahan.

Kedua, kreativitas empiris. Dalam konteks ini, seorang pemimpin bisa melahirkan ide-ide cemerlang lagi visioner, tapi tidak boleh melupakan realitas lapangan yang ada (hal. 89). Kembali, ini meniscayakan perubahan evolusioner (bertahap) tapi tetap berbekalkan aksi-aksi terobosan. Ibaratnya, Roma tidak dibangun dalam semalam, meskipun ada ide-ide dahsyat di baliknya. Dengan kata lain,
seorang pemimpin harus realistis dalam mencetuskan ide-ide dobarakannya. Jangan sampai ide-ide cemerlang hanya berhenti pada tataran ide dan mustahil diimplementasikan. Dan jika itu terjadi, tentu pemimpin akan frustrasi sehingga berujung pada kegagalan organisasi.

Ketiga, paranoia produktif. Ini adalah kritik bagi para motivator yang kerap menggembar-gemborkan berpikir positif. Memang, positive thinking itu penting, tapi lebih penting lagi adalah bersikap seimbang dengan mengantisipasi berbagai skenario buruk yang mungkin terjadi pada organisasi, pun ketika organisasi itu sedang berjaya. Singkat kata, perasaan ketakutan alias negative thinking (paranoid) itu baik asalkan rasa takut itu digunakan untuk memacu diri sang pemimpin dan organisasi lebih produktif
lagi dalam mencetuskan aksi-aksi brilyan yang menciptakan kinerja lestari bagi organisasi (hal. 115).

Berpijak pada tiga ciri di atas, mafhumlah kita satu organisasi hebat mesti memiliki seorang pemimpin dengan rekam jejak konsisten dalam melakukan perubahan (disiplin fanatik); sering turba (turun ke bawah) untuk melihat realitas lapangan demi mencari solusi kreatif yang layak (feasible) untuk ditempuh (kreativitas empiris), dan menyeimbangkan retorika motivasi pengobar optimisme dengan keinsafan terhadap bahaya-bahaya nyata yang mengancam guna menggalang kekuatan bersama segenap
komponen organisasi untuk merespons bahaya-bahaya tersebut.

Jadi, buku ini---meskipun cukup banyak pengulangan dari buku-buku Collins sebelumnya, Good to Great dan Built to Last---adalah karya klasik  bagi siapa pun yang ingin menjadi atau memilih pemimpin yang tepat bagi organisasi apa pun yang mereka geluti.

Judul: Great By Choice
Penulis: Jim Collins
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Mei 2013
Tebal: xii + 355 halaman
ISBN: 978-979-22-9477-4
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun