Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sedang Punya Masalah? Berjalan Kakilah!

8 Januari 2025   23:24 Diperbarui: 8 Januari 2025   23:24 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jalan kaki boleh jadi merupakan aktivitas olahraga terpopuler di dunia karena murah dan praktis. Apalagi bagi kebanyakan orang, jalan kaki juga merupakan kegiatan sehari-hari untuk mobilitas. Namun mungkin belum banyak yang tahu bahwa berjalan kaki dapat berfungsi sebagai sarana terapi bilateral untuk meningkatkan kreativitas dan membantu proses pemecahan masalah.

Terapi Bilateral

Sebagaimana diungkapkan Thom Hartmann dalam Walking Your Blues Away (2006), terapi bilateral adalah terapi yang melibatkan gerakan bilateral. Itulah gerakan yang menyebabkan impuls-impuls saraf melintasi otak dari belahan kiri ke belahan kanan dan sebaliknya pada kecepatan dan irama tertentu. Nah, berjalan kaki itu persis merupakan gerakan bilateral alamiah! Betapa tidak, ketika orang berjalan mereka melakukan apa yang dalam senam otak disebut "gerakan silang" (Paul E Dennison dan Gail Dennison, Brain Gym, 2008).  Coba saja amati: tangan kanan mengayun ketika kaki kiri melangkah dan demikian pula sebaliknya. Alhasil, belahan otak kanan dan kiri terstimulasi secara maksimal dengan cara ini.

Studi-studi ilmiah kontemporer pun memperkuat hubungan antara berjalan kaki bilateral dan kreativitas pemecahan masalah ini. Misalnya, studi dari Jung-Beeman dan Nowden ("New Approaches to Demistifying Insight," Scientific Mind Journal, 2005) menyatakan bahwa belahan otak kiri berperan sebagai alat penerapan aturan praktis dalam memecahkan masalah. Sementara, belahan otak kanan mewakili proses tidak sadar (unconscious) yang memberikan wawasan (insight) dan inspirasi bagi pemecahan masalah.

Bahasa awamnya, ide kreatif untuk memecahkan masalah akan terpantik ketika belahan otak kanan mengirimkan solusi kepada belahan otak kiri, yang kemudian menerjemahkan solusi tersebut ke dalam istilah-istilah logis yang mudah dicerna. Berdasarkan ini, berjalan kaki persis merupakan gerakan yang merangsang dan mensinergikan kedua belahan otak itu secara optimal.

Yang perlu digarisbawahi, prinsip utama dari terapi berjalan kaki bilateral adalah berjalan kaki secara rileks dan tenang, bukan tergesa-gesa sebagaimana banyak dilakukan orang. Berjalan kaki bilateral dapat disamakan dengan karakter kesukaan filsuf Walter Benjamn, le flaneur. Yaitu, karakter orang yang menenggelamkan dirinya ke dalam kerumunan orang dan menggunakan bentang-kota sebagai landasan untuk menerbangkan imajinasinya (Marco Kusumawijaya, Jakarta Metropolis Tunggang Langgang, 2004).

Manfaat Konkret

Konkretnya, berjalan kaki bilateral untuk proses kreatif dan pemecahan masalah bisa diterapkan secara praktis sesuai dengan langkah-langkah berikut. Pertama, tentukan masalah apa yang akan Anda bawa berjalan kaki. Itu bisa berupa masalah bisnis atau keuangan, problem rumah tangga, dilema pekerjaan, kesulitan dalam studi, dan lain-lain.

Kedua, sambil berjalan kaki secara rileks, kembalikan selalu pikiran Anda pada masalah Anda. Kemudian, pada saat yang sama biarkan pikiran Anda bebas mengembara. Lepaskanlah pikiran Anda berkelana secara acak sambil berjalan kaki.

Ketiga, pada saat yang sama pikiran Anda mengembara bebas, dengan niatan penuh bawalah imajinasi Anda tersebut kembali sesering mungkin pada masalah yang dihadapi. Harapannya, keseluruhan rangkaian proses ini akan memberikan ruang pada proses kreatif sadar (belahan otak kiri) maupun bawah sadar (belahan otak kanan) Anda demi memicu ide-ide kreatif atau solusi terhadap masalah yang Anda hadapi.

Sebagai contoh keampuhan berjalan kaki, tak kurang dari filsuf masyhur Jerman Friedrich Nietzsche secara tidak sadar telah merasakan keampuhan terapi ini. Dalam Ecce Homo (terjemahan Pustaka Pelajar, 2004), ia bercerita bahwa mahakaryanya Thus Spake Zarathustra lahir saat dia sedang berjalan kaki. Nietzsche kemudian menuliskan konsep untuk buku itu saat berjalan-jalan pada 1883 dan beberapa minggu kemudian ia mampu menuliskan seluruh bagian pertama dari buku itu hanya dalam waktu 10 hari! Menggambarkan efektivitas berjalan kaki bilateral ini, Nietzsche mengatakan, "Orang mendengar, orang tidak mencari; orang menerima, orang tidak bertanya siapa yang memberi; seperti halilintar, sebuah pikiran melintas, dengan mendesak, tanpa keraguan menyangkut bentuknya---saya tidak pernah punya pilihan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun