Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mau Terhindar dari Penipuan Investasi, Berikut Enam Resepnya

7 Januari 2025   20:47 Diperbarui: 7 Januari 2025   18:50 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Salah satu momok mengerikan di dunia keuangan adalah penipuan investasi. Tak terhitung berapa banyak orang harus menderita dan kehilangan simpanan mereka seumur hidup---bahkan ada yang sampai berutang---ketika terjebak dengan godaan investasi bodong

 Kejadian masyarakat tertipu tawaran investasi bukan hanya terjadi di Indonesia. Di negara maju seperti Amerika Serikat (AS) pun banyak juga kasus penipuan, bahkan sampai menjerat investor berpendidikan tinggi. Dalam skandal penipuan investasi terbesar sepanjang sejarah, yaitu penipuan investasi oleh Bernard Madoff, para korbannya tidaklah main-main. Ada yang dari firma investasi besar, para konglomerat, bahkan satu negara Timur Tengah.

Merujuk Diana Henriques dalam The Wizard of Lies (St Martin's Griffin, 2017), Bernie Madoff mampu menjerat calon investor dalam skema penipuannya karena ia berpenampilan sangat perlente, berwawasan luas, dan memiliki hubungan baik (rapport) dengan para calon korban. Banyak dari korbannya adalah teman masa kecilnya dan teman sesama aktivis penggalangan dana yang tak menyangka Madoff akan tega menipu mereka.  

Madoff selama berpuluh-puluh tahun menjalankan satu trik penipuan klasik bernama skema Ponzi. Inilah satu skema investasi bodong di mana pengelola dana membiayai pembayaran hasil investasi kepada nasabah lamanya dengan cara mencari dana dari calon investor baru. Bahasa mudahnya, skema Ponzi menjalankan prinsip gali lubang, tutup lubang. 

Bisa dibayangkan skema seperti ini pada satu titik tentu akan hancur berantakan karena jumlah dana baru yang masuk tidak akan mampu membiayai tunggakan imbal hasil investasi plus dana pokok dari investor-investor lama. Adapun Madoff mampu menjalankan skema ini secara puluhan tahun karena ia menawarkan imbal hasil pasti (fixed-return) yang moderat, yaitu sekitar beberapa persen saja di atas inflasi. Sehingga, para investor kelas menengah atas itu merasa skema Madoff masuk akal, tanpa menyadari mereka sedang masuk ke dalam jebakan penipuan yang dibalut dengan kenecisan citra sang manajer investasi.

Enam resep

Oleh karena itu, kita harus memegang teguh enam resep utama untuk memagari diri dari potensi investasi beraroma penipuan. Pertama, percaya hanya kepada diri sendiri dalam hal investasi. Ini sesuai dengan ajaran suhu manajemen Seth Godin bahwa saat kita dalam kondisi kesulitan keuangan, kita menganggap akan ada banyak orang akan datang menolong, padahal kenyataan pahitnya adalah tidak ada satu pun yang datang. Makanya, kita harus berani berkata tidak kepada satu tawaran investasi, bahkan jika itu datang dari orang terdekat, apabila kita merasa skema investasinya tidak masuk akal.

Kedua, imbal hasil tinggi pastilah memiliki risiko yang juga tinggi (high risk, high return). Tidak ada di dunia ini yang namanya makan siang gratis (there is no such thing as free lunch), di mana investor bisa berleha-leha dengan modal mini dan kerja minim sembari menunggu imbal hasil besar. Itulah sebabnya investasi yang menjanjikan imbal hasil pasti seperti tabungan, deposito, maupun obligasi hanya menjanjikan bunga dan kupon yang kecil. Ingatlah kata-kata emas ini, if it's too good to be true, then indeed it's too good to be true. Artinya, jika suatu produk investasi menjanjikan imbal hasil terlalu indah, bisa jadi produk itu memang terlalu muluk untuk jadi kenyataan. Jadi, jika ada produk investasi yang menjanjikan imbal hasil pasti dengan modal terlalu rendah dan kerja begitu mudah, produk itu kental bersifat penipuan.  

Ketiga, jangan berutang untuk berinvestasi. Sebab, kalau kita berutang, itu berarti kita belum "selesai" dengan diri sendiri alias belum mampu memenuhi kebutuhan dasar. Orang dengan kondisi seperti ini belumlah layak berinvestasi. Prioritas mereka adalah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan harian terlebih dulu. Setelah kebutuhan terpenuhi dan ada duit menganggur (idle funds), barulah kita bisa mulai berinvestasi.

Keempat, jangan memakai uang kebutuhan pokok seperti tabungan pendidikan anak, dana pensiun, dana cadangan, dan lain sebagainya untuk berinvestasi. Pastikan uang investasi Anda adalah uang yang benar-benar menganggur. Sehingga, jika kita mengalami kerugian investasi, hal itu tidak akan mengganggu pemenuhan kebutuhan utama kita.

Kelima, jangan berinvestasi pada sesuatu yang tidak kita pahami. Kita harus mempelajari dulu cara kerja instrumen investasi tempat kita akan menempatkan uang. Sebab kalau tidak, kerugian akan menanti kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun