Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dua Kartunis Dunia Memandang Sepak Bola

6 Januari 2025   04:30 Diperbarui: 6 Januari 2025   04:20 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selama ini, perhatian para pencinta sepak bola sebagai olahraga terpopuler di dunia seakan hanya tertuju kepada pemain maupun pelatih. Sementara mereka yang berkiprah di bidang lain sering terlupakan. Padahal, di bidang seni kartun misalnya, ada dua kartunis yang dengan tekun menggali hal-hal jenaka dalam sepak bola. Hebatnya lagi, selain mengundang senyum, karya-karya dari dua kartunis dunia ini mampu menguak—meminjam istilah filsuf Michael Polanyi dalam Sisi Tak Terungkap Ilmu Pengetahuan (Gramedia, 1990)—“pengetahuan tersembunyi” (tacit knowledge) dalam sepak bola. Yaitu, betapa sepak bola begitu memesona miliaran warga dunia karena sifatnya yang misterius, absurd, dan penuh kejutan.

Pertama, Guillermo Mordillo (1932 - 2019). Dia adalah kartunis kelahiran Argentina yang banyak mengabdikan kartun-kartunnya untuk membahas tema olahraga, khususnya absurditas sepak bola. Kartun-kartunnya tentang sepak bola kemudian dikumpulkan menjadi dua buku, yaitu Mordillo Football (1981) dan Football (2019). Di Indonesia, karya Mordillo juga sangat terkenal, sampai-sampai di era 1970 hingga 1980-an banyak merek buku tulis di Indonesia menggunakan kartun-kartun Mordillo sebagai sampul depan. Saya sendiri sangat terkesan dengan salah satu buku tulis yang saya miliki saat mengenyam pendidikan sekolah dasar pada 1980-an. Kover buku itu adalah kartun Mordillo yang menggambarkan para pemain sepak bola kebingungan untuk melanjutkan pertandingan karena harus mengambil bola mereka yang tercebur ke air. Masalahnya, pertandingan diadakan di lapangan yang berbatasan dengan jurang sehingga mengambil bola menjadi masalah hidup dan mati!

Satu lagi contoh kartun absurd Mordillo menampilkan pertandingan sepak bola yang diadakan di medan berat lagi rumit, yaitu di tanah berbukit-bukit! Ketika mengambil setting lapangan hijau di dunia nyata pun, kartun Mordillo tak kalah menggelitik. Dalam satu halaman komik tiga panel, Mordillo menggambarkan seorang kiper yang pengecut karena harus menangkal eksekusi penalti. Saking ketakutan, sang kiper meniarapkan badannya ketika eksekutor menendang. Untungnya, kaki kanan sang kiper secara kebetulan terangkat ke atas, sehingga tendangan penalti pun dapat digagalkan dan sang penjaga gawang menjadi pahlawan.

Dengan kata lain, sepak bola dalam pandangan Mordillo adalah wahana misterius di mana segala sesuatu mungkin terjadi, seperti dalam kasus sang kiper pahlawan. Juga, sepak bola menjadi suatu permainan yang begitu menyedot perhatian pencintanya sehingga mereka rela bermain di medan apa pun, entah itu di tebir jurang ataupun di tanah berbukit.

Kedua, Hanung Kuncoro alias Nunk (1961 - ). Kartunis senior tabloid dan harian Bola  ini bahkan dinobatkan pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) Jaya Suprana sebagai satu-satunya kartunis khusus sepak bola di tanah air. Nunk konsisten menggarap secara eksklusif tema sepak bola selama 30 tahun, yaitu bermula dari kartun strip “Sepakbola la la la” pada 1988 sampai edisi terakhir tabloid Bola pada 2018. Nunk bisa dibilang melebihi Mordillo dari segi kartun sepak bola karena Nunk sudah melahirkan enam buku kumpulan kartun strip sepak bola sejak 1992, yang rata-rata mencapai status best-seller.

Absurditas dan misteriusnya sepak bola juga menjadi tema yang diolah secara kocak oleh Nunk. Dalam strip “Total Football” (Sepakbola Ria 1, Elex Media Komputindo, 1996), misalnya, Nunk menggambarkan tafsir mengejutkan dari skema Total Football legendaris besutan Rinus Michels dan Johan Cruyff itu: sebelas pemain beramai-ramai membentuk barisan ala formasi prajurit dan bergerak serempak menuju gawang lawan untuk melesakkan gol. Inilah penyampaian secara jenaka dan penuh kejutan yang mencoba menangkap esensi total football sebagai skema di mana semua pemain harus menjaga kekompakan dan bisa bermain di segala posisi. Artinya, satu tim hebat harus menyajikan ketidaktertebakan atau misteri sebagai salah satu kekuatan.  

Akhirulkalam, sepak bola itu laksana mata air yang tak kunjung habis bagi kita, termasuk dua kartunis dunia di atas, untuk menimba inspirasi dan mengulik misteri. Ini sesuai dengan fitrah manusia yang selalu menyimpan rasa ingin tahu dan keterpesonaan ketika berhadapan dengan misteri, apalagi tatkala misteri itu bernama sepak bola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun