Media massa seperti surat kabar merupakan wadah untuk menampung, mencari, mengolah dan menyampaikan informasi. Informasi-informasi yang didapatkan tidak hanya untuk sebagai hiburan atau edukasi kepada masyarakat tertentu, namun informasi-informasi yang didapat tersebut dapat menjadi kontrol sosial juga dapat mempengaruhi pendapat masyarakat terhadap isu tertentu. Dalam menyampaikan informasi, ada batasan-batasan tertentu yang perlu diperhatikan. Dalam pengertian yang lain yaitu beberapa surat kabar tidak memiliki kebebasan atau terbatas dalam menyampaikan kritik terhadap suatu isu. Hal ini dapat dikarenakan posisi surat kabar tersebut dalam kesejajaran politik. Ada surat kabar yang pro kepada pemerintah seperti surat kabar Riyadh yang dianggap pro terhadap pemerintah Saudi. Ada juga surat kabar harian yang independen seperti al-Quds al-Arabi.
Al-Quds al-Arabi adalah sebuah surat kabar harian pan-Arab independen. Surat kabar ini terbit di London pada tahun 1989. Moto dari surat kabar ini adalah يومية، سياسية، مستقلة (harian, politis, independen). Koran ini memuat berita dan peristiwa-peristiwa terkini secara obyektif atau apa adanya. Sesuai dengan motonya, koran ini sangat terbuka terhadap isu-isu hak asasi manusia dan rakyat, termasuk hak-hak perempuan, anak-anak dan pengungsi. Koran ini mengadvokasi hak-hak rakyat Palestina dan menentang kebijakan pendudukan Israel yang disetujui. Selain itu, koran ini menolak sektarianisme, kekerasan dan diskriminasi. Al-Quds tidak berafiliasi terhadap pemerintah. Bahkan al-Quds disebut sebagai kubu penolakan atau paling populis di antara surat kabar Arab besar.
Adapun surat kabar al-Riyadh merupakan surat kabar yang dianggap pro dengan pemerintah Saudi yang berpusat di Riyadh. Al-Riyadh merupakan surat kabar harian pertama yang terbit dalam bahasa Arab di Riyadh. Edisi pertamanya terbit pada tahun 1965 dengan jumlah halaman yang terbatas. Kemudian terbit menjadi publikasi harian dengan 52 halaman, 32 halaman diantaranya adalah halaman berwarna. Surat kabar ini sering dianggap pro pemerintah meskipun al-Riyadh resmi independen karena diterbitkan oleh perusahaan swasta yaitu al Yamamah Press Establishment. Namun, walaupun pemberitaannya selalu dianggap pro terhadap pemerintah, al Riyadh mengekspresikan pandangan yang relatif liberal terhadap suatu isu.
Dari pemaparan tersebut, dapat dilihat adanya perbedaan latar belakang dan lokasi dari kedua surat kabar tersebut. Selain itu, nampak pula perbedaan orientasi politiknya. Al-Riyadh selalu diklaim sebagai surat kabar yang pro pemerintah. Sedangkan surat kabar al Quds adalah surat kabar pan-Arab independen. Kedua surat kabar ini juga memiliki perbedaan dalam menyampaikan kritik dan opini terhadap suatu konflik, khususnya konflik yang berkaitan dengan Israel. Al-Riyadh memiliki cara pandang, nada, dan fokus berita yang berbeda dengan al-Quds walaupun keduanya sama-sama membahas tentang konflik Israel-Palestina. Perbedaan ini diduga dilatarbelakangi oleh adanya orientasi politik yang berbeda pula seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya.
Dalam pemberitaannya, al Riyadh cenderung netral atau lebih berhati-hati dalam memberitakan konflik terkait dengan Israel. Terlebih setelah mengetahui adanya normalisasi hubungan antara Israel dengan negara-negara Arab. Selain itu, al Riyadh cenderung memuat berita yang memperhatikan aspek diplomatik dan regional. Contohnya dalam berita tentang terjadi pertemuan antara negara-negara Arab untuk merespons aksi Israel, Al Riyadh melaporkan resolusi untuk mendesak Dewan Keamanan PBB menghentikan serangan Israel di Gaza dan menyerukan penghentian eskalasi militer serta pelanggaran hukum internasional terhadap warga sipil Palestina, namun dengan bahasa yang lebih formal dan terfokus pada diplomasi regional tanpa eksplorasi narasi anti-Israel yang ekstrem.
Di sisi lain, Al Quds Al-Arabi, yang berbasis di London dan memiliki pandangan yang lebih kritis, sering kali mengedepankan sudut pandang yang lebih keras dalam melaporkan tindakan Israel. Media ini lebih banyak mengekspos dampak langsung serangan terhadap warga sipil Palestina dan melaporkan angka kematian yang tinggi. Dalam laporannya, Al Quds Al-Arabi menyoroti perusakan fasilitas kesehatan, pemadaman listrik, serta penahanan besar-besaran warga Palestina, termasuk anak-anak, oleh Israel di wilayah pendudukan.Â
Kesimpulannya adalah kedua surat kabar baik al-Riyadh maupun al-Quds memiliki perbedaan baik dari segi latar belakang dan orientasi politik yang mempengaruhi kebebasan dalam mengkritik suatu konflik khususnya konflik Israel-Palestina. Surat kabar al-Riyadh lebih cenderung moderat atau netral dalam meliput berita terkait dengan Israel. Al Riyadh yang merupakan media utama Saudi cenderung menggunakan bahasa yang diplomatis, fokus pada peran internasional, serta menghindari nada yang terlalu kritis terhadap Israel, sejalan dengan kebijakan regional Saudi yang semakin moderat. Sebaliknya, Al Quds, dengan latar belakang pro-Palestina yang kuat, mengedepankan narasi yang lebih kritis terhadap Israel. Media ini lebih menyoroti dampak langsung pendudukan Israel terhadap warga sipil Palestina seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya.
Referensi
Al riyadh(Newspaper). (2024). In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Al_Riyadh_(newspaper)&oldid=1248373352
Al-quds(Newspaper). (2024). In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Al-Quds_(newspaper)&oldid=1252589209
Kalangi, J. S. (2017). Kebebasan pemberitaan surat kabar daerah di era pilkada serentak. ACTA DIURNA KOMUNIKASI, 6(1). https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/actadiurnakomunikasi/article/view/15484