Mohon tunggu...
didik suyuthi
didik suyuthi Mohon Tunggu... -

Nahdliyin, media planner

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Dukung 4 Track KRL Jabotabek

23 Maret 2015   19:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:11 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah pengguna aktif KRL. Sejak 2 tahun terakhir mobilitas berangkat-pulang kerja selalu saya tempuh menggunakan kereta rel listrik (KRL). Saya tinggal di Citayam. Tempat kerja saya di bilangan Senayan. Jadi setiap hari saya berangkat naik KRL Bogor-Tanah Abang dan lanjut menggunakan KRL Tanah Abang-Serpong turun di Stasiun Pal Merah.

Saya rasakan, masyarakat pengguna KRL makin hari makin banyak. Terbukti dengan makin berjejalnya penumpang terutama tiap jam jam berangkat dan jam pulang kerja. Sebagai laki-laki muda, saya sudah terbiasa berdiri penuh sesak diantara penumpang.

Yang saya kasihan, adalah ibu-ibu dan para kaum perempuan. Jumlah penumpang perempuan yang saya kira hampir sama kalau diprosentase dengan penumpang laki-laki. Paling-paling di kisaran 45 persen perempuan dan 55 persen laki-laki. Dengan prosentase ini, tentu saja gerbong khusus perempuan dan anak yang disediakan di rangkaian paling depan dan paling belakang tidak bisa mencukupi.

Di jam padat pada pagi atau petang hari, para pengguna KRL tentu bisa membayangkan bagaimana penuh sesaknya gerbong KRL Tanah-Abang-Bogor atau sebaliknya. Tidak banyak yang bisa saya perbuat melihat kaum perempuan harus berjejal berhimpitan, bahkan tak jarang terlibat saling dorong dengan sesama penumpang lain agar cepat sampai di tujuan.

Pada situasi ini, sudah tidak ada lagi rumus etika, kemanusiaan, atau belas kasihan. Bahkan mohon maaf, dalam satu gerbong yang super over load terkadang kita para penumpang tidak nampak lagi seperti manusia. Kalau paket barang saja masih dilindungi dengan pembungkus agar tidak rusak atau pecah saat sampai di tujuan, ini tidak. Dan anehnya kita mayoritas maklum dengan itu.

Menurut data commuterline jabodetabek 2014, KRL lintas Bogor/Depok (jurusan Tanah Tanah Abang dan Jakarta Kota) sebanyak 33 loop (rangkaian kereta) dengan total 294 perjalanan per hari. Lebih dari 250 ribu orang tiap hari terangkut melalui rute perjalanan ini.

Informasi yang saya dapatkan, PT KCJ selaku operator KRL Jabodetabek menargetkan memiliki 1.440 unit kereta pada 2019 dari 860 unit yang dimiliki saat ini. Targetnya, ke depan dapat mengangkut minimal 1,2 Juta penumpang perhari. Saya selalu mendukung semangat perbaikan pelayanan KRL Jabodetabek. Namun saya kira rencana ini perlu dievaluasi.

Saat ini saja dengan total 294 perjalanan per hari, jarak waktu antar jadwal perjalanan berkisar antara 4 sampai 9 menit. Bagaimana kalau volume perjalanan ditambah? Tentu harus dipikirkan juga dampak ikutannya pada pemadatan arus kendaraan pada perlintasan sebidang, pada kesiapan stasiun utama, stasiun pendukung, dan seterusnya.

Saya cenderung berpendapat, untuk mengatasi super over load penumpang sekaligus menghadapi peningkatan volume penumpang KRL yang terbukti terus naik tiap tahun, perlu ditambahkan jalur lintasan atau track KRL. Jika saat ini sudah ada double track maka yang dibutuhkan ke depan adalah 4 atau quadruple track.

Berdasarkan pengamatan saya di lapangan, yang dibutuhkan orang adalah bisa berangkat tepat waktu dan pulang tepat waktu. Berangkat kerja pada jam normal dan pulang kerja pada jam normal. Dengan kata lain, dibuthkan armada KRL dengan kapasitas angkut lebih banyak pada satu waktu yang sama. Katakan saja jika jumlah daya angkut KRL 600 – 800 orang untuk sekali keberangkatan pada pukul 06.00 pagi, sementara calon penumpang yang antre berkisar 4000 -  5000 orang, maka dengan penambahan jadwal keberangkatan baru setelah jam 06.00 pagi, tidak akan mengurangi jejalan penumpang dan penumpukan antrean calon penumpang yang ingin berangkat jam 06.00 pagi.

Jika rute KRL Bogor-Tanah Abang memiliki quadruple track saya optimis masalah ini bisa diatasi. Saya bisa bayangkan jika pada jam-jam tertentu pada waktu yang sama terdapat 2 atau 3 jadwal keberangkatan KRL (yang intensitasnya bisa diatur meyesuaikan dengan animo/potensi ledakan penumpang), betapa indahnya naik KRL. Semoga!

@didiksuyuthi

Cc @krlmania @KRL_Jabotabek @IgnatiusJonan  @EdiSukmoro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun