Mohon tunggu...
Suyono Apol
Suyono Apol Mohon Tunggu... Insinyur - Wiraswasta

Membaca tanpa menulis ibarat makan tanpa produktif.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Tanggapan Atas “Mayweather vs Pacman, Stop Boxing Fraud”

6 Mei 2015   12:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:19 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1430890287653422493

[caption id="attachment_415460" align="aligncenter" width="600" caption="Floyd Mayweather vs Manny Pacquiao; Luxexposed.com"][/caption]

Kemarin (5/5/2015) Saya melihat artikel “Mayweather vs Pacman, Stop Boxing Fraud” ditulis oleh rekan kompasianer Walliet. Penjelasannya sangat minim sekali tetapi kesimpulannya konklusif sekali, yaitu telah terjadi kecurangan, dan harus dihentikan. Sumbernya hanya satu, yaitu tulisan seseorang yang kecewa setelah menonton pertandingan itu lalu ingin mengajukan petisi. Walliet memberikan tautan ke artikel yang dibuat oleh pembuat petisi itu.

Saya membaca artikel yang dibuat oleh Deborah Alvarez tersebut, judulnya “STOP Boxing Fraud - DEMAND of PPV refund!”. Bu Deborah adalah seorang penulis freelance yang hidupnya nomaden, bisa sampai San Luis Potosi, Mexico di selatan, atau sampai Chicago, Illinois di utara. Ia mengakui sebagai seorang yang terlalu spontan, dan terkadang menggunakan bahasa yang “colorful”.

Ia menonton pertandingan tinju Floyd Mayweather vs Manny Pacquiao yang menghebohkan itu. Ia mendapati bahwa Mayweather tidak pernah diberikan hukuman pengurangan angka setelah berulang kali melanggar aturan bertinju, seperti: 1. Memukul di bawah pinggang; 2. Menghantam menggunakan bahu, lengan, atau sikut sebagai pertahannya; 3.memukul lawan pada belakang kepala atau leher, atau pada arah ginjal; 4. Menahan (hold) dan memukul lawan pada saat yang bersamaan; 5. Memukul lawan ketika wasit memisah dari rangkulan, padahal seharusnya ia mundur selangkah penuh begitu wasit minta “break”.

Bu Deborah berkesimpulan bahwa seharusnya Pacquiao adalah pemenangnya. Menurutnya Mayweather menang karena pukulan-pukulan ilegalnya dihitung, masuk skor, juga karena diabaikannya tindakan-tindakan ilegal dan keberkelitannya (kebalikan dari agresif yang harusnya dinilai tinggi).

Ia menilai Mayweather tidak bakal kalah karena Mayweather memiliki banyak uang dan kepemilikan di Vegas. Setiap orang di Vegas menghasilkan banyak uang karena Mayweather dan status tak terkalahkannya. Paling sedikit ada empat pertandingan yang menurutnya Mayweather jelas kalah kalau aturan yang benar seperti di atas diterapkan.

Ia merasa telah terjadi kecurangan dan ia terdorong untuk membuat petisi menghadapinya. Karena ia menontonnya berdasarkan PPV (pay-per-view) yang harganya $90 untuk SD (standard definition) atau $100 untuk HD (high definition), maka ia menuntut agar uang PPV itu dikembalikan. Jadi ujung tombak yang disasar petisi itu adalah HBO/Showtime yang telah menjual pertandingan yang dinilainya penuh kecurangan.

Memasuki hari ketiga dari petisinya, pada saat tulisan ini dibuat, baru ada 138 orang yang menandatangani petisi itu dengan adanya beberapa nama ganda. Ia menargetkan 5.000 orang dari seluruh dunia menandatangi petisi itu sebelum ia secara resmi mengajukannya. Penanda tangan berpartisipasi dari Amerika Serikat , Inggris, Filipina, India, Guam (termasuk AS), dan sebagainya, bahkan dari Indonesia. Ternyata untuk mencapai 100 orang saja tidak mudah. Kemudian ia menambahkan amunisi baru berdasarkan berita bahwa Pacquiao telah menyembunyikan fakta bahwa bahu kanannya cedera. Menurutnya, fakta itu tidak boleh disembunyikan kepada penonton yang mau membayar demi pertarungan mereka yang berada dalam kodisi prima. Untuk itu, ia telah meng-update petisinya.

Akankah Bu Deb berhasil mengumpulkan cukup tanda tangan? Berapa lama? Bisa menangkah? Kita tunggu saja hasilnya. Kalau bicara soal teknis, seperti pukulan masuk, dan sebagainya, di era teknologi tinggi ini, penyelenggara merekam pertandingan dari berbagai arah secara simultan, dan bisa mengolahnya pada komputer. Tentu saja kebohongan tidak akan bisa dibatasi oleh apapun, termasuk oleh teknologi. Seperti, polisi dan maling adu pintar dari zaman nenek moyang sampai zaman cucu moyang kita. Entah kalu soal-soal nonteknis, seperti cedera bahu salah satunya...

— •oo 0θ Φ θ0 oo• —

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun