[caption id="attachment_417018" align="aligncenter" width="600" caption="Topi Polisi; disdik.depok.go.id"][/caption]
Pergantian Kapolri masih sekitar setahun lagi, tetapi yang berkepentingan, dalam hal ini terutama Polri itu sendiri, tentu sudah mempersiapkannya, bahkan sejak jauh sebelum hari ini. Simak saja misalnya mutasi 5 Maret 2015. Ditengarai dalam bulan Mei ini akan terjadi mutasi lagi. Mengantisipasi itu, tulisan ini dibuat untuk merekam keseimbangan kekuatan sebelum terjadinya mutasi Mei 2015 itu. Tulisan ini membahas tentang pencarian dan pemilihan calon Kapolri sesuai dengan aturan yang baku. Tetapi aturan tidak pernah eksak, ada keluwesan yang memang bagaikan pintu darurat yang sudah disediakan sejak awal. Sebagai contoh, mengenai batasan umur, Kompolnas mengatakan agar calon Kapolri masih memiliki sisa masa aktif minimal dua tahun, tetapi itu bisa diabaikan dalam keadaan mendesak. Berikut ini adalah proses eliminasi sampai mendapatkan calon Kapolri 2016 yang memenuhi persyaratan.
Bintang tiga yang pensiun sebelum Badrodin
Kapolri Jenderal Pol Drs Badrodin Haiti adalah angkatan 1982 dan akan pensiun pada 24 Juli 2016. Ada tiga orang jenderal bintang tiga yang mendahului Badrodin pensiun, yaitu:
·Kepala BNPT Komjen Pol Drs H Saud Usman Nasution, SH, MH, MM, angkatan 1981, pensiun pada 25 Februari 2016;
·Kabaintelkam Komjen Pol Drs Djoko Mukti Haryono, MM, angkatan 1981, pensiun pada 17 April 2016; dan
·Kalakhar BNN Komjen Pol Dr Anang Iskandar, SH, MH, angkatan 1982, pensiun pada 18 Mei 2016.
BNPT dan BNN merupakan badan di luar kepolisian tetapi kepalanya adalah jenderal polisi bintang tiga aktif yang merupakan bagian dari mutasi dalam Polri yang pasti mengakibatkan pergeseran pada beberapa personel jenderal polisi bintang dua atau tiga.
Bintang tiga yang pensiun setelah Badrodin tapi sisa masa bakti kurang dari dua tahun
Kompolnas berulang kali menggarisbawahi bahwa dalam merekomendasikan calon Kapolri berpegang pada persyaratan bahwa calon tersebut masih memiliki masa aktif minimal dua tahun terhitung sejak saat pelantikannya. Kompolnas melanggar aturan ini ketika mengikutsertakan Badrrodin Haiti dalam daftar calon Kapolri dengan alasan keadaan darurat, yaitu terjadi kekosongan jabatan Kapolri setelah Jenderal Sutarman diberhentikan pada 16 Januari 2015.
Ada tiga jenderal bintang tiga yang masih aktif setelah Jenderal Badrodin Haiti pensiun tetapi masa aktifnya kurang dari dua tahun. Mereka adalah:
·Irwasum Komjen Pol Drs Dwi Priyatno, SH, angkatan 1982, pensiun pada 12 November 2017;
·Wakapolri Komjen Pol Drs Budi Gunawan, SH, MSi, PhD, angkatan 1983, pensiun pada 11 Desember 2017; dan
·Kabareskrim Komjen Pol Drs Budi Waseso, angkatan 1984, pensiun pada 19 Februari 2018.
Karena tidak ada hal-hal luar biasa atau darurat, Kompolnas tidak akan merekomendasikan Dwi Priyatno, Budi Gunawan, dan Budi Waseso sebagai calon Kapolri karena tidak memenuhi persyaratan memiliki masa aktif minimal dua tahun. Selain itu, Budi Gunawan pernah dibatalkan pelantikannya sebagai Kapolri yang akan menjadi aneh kalau ia menjadi bisa dilantik kelak. Sementara itu, Budi Waseso memiliki kendala lain, yaitu ia tidak pernah menjadi Kapolda Tipe A (Irjen) atau Tipe A-K (Metro Jaya), ia hanya sekali menjadi Kapolda Tipe B (Brigjen), yaitu sebagai Kapolda Gorontalo pada 2012-2013.
Tiga jenderal bintang tiga dan tiga jenderal bintang dua yang potensial
Cuma ada tiga jenderal bintang tiga tersisa yang memenuhi persyaratanmemiliki masa aktif minimal dua tahun. Selain itu ada tiga jenderal bintang dua tetapi kini menjabat sebagai Kapolda elite yaitu Metro Jaya, Jawa Timur, dan Jawa Barat. (Sebagai catatan, Kapolda Jawa Tengah dan Kapolda Sumatera Utarasisa masa aktifnya kurang dari dua tahun setelah Badrodin pensiun.) Penyertaan para jenderal bintang dua ini penting mengingat selama kurun waktu dari sekarang sampai Badrodin pensiun akan ada tiga jenderal bintang tiga pensiun yang secara pasti membuat promosi-promosi dan pergeseran-pergeseran jabatan.
Keenam jenderal itu, mulai dari yang paling tua, adalah:
·Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Dr Drs H Anas Yusuf, Dipl.krim, SH, MH, MM, angkatan 1984, pensiun 11 September 2018;
·Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Drs Unggung Cahyono, angkatan 1985, pensiun 9 April 2019;
·Kalemdikpol Komjen Pol Drs Syafruddin, MSi, angkatan 1985, pensiun 14 April 2019;
·Kabaharkam Komjen Pol Drs Putut Eko Bayuseno, SH, angkatan 1984, pensiun 28 Mei 2019;
·Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Drs Mochammad Iriawan, SH, MM, MH, angkatan 1984, pensiun 31 Maret 2020; dan
·Sekretaris Utama Lemhamnas Komjen Pol Drs Suhardi Alius, MH, angkatan 1985, pensiun 10 Mei 2020.
Jadi, dalam keadaan normal, atau tidak ada percepatanberskenario khusus, pada sekitar bulan Juni-Juli 2016 nanti Kompolnas akan mempelajari dan mendalami profil, rekam jejak, kinerja dan prestasi keenam jenderal tersebut dalam memilih calon Kapolri pengganti Jenderal Badrodin.
Siapakah yang paling berpeluang?
Seperti menilai posisi catur, pihak mana yang unggul padahal masih jauh dari babak akhir, apalagi dalam hal ini pemerannya sangat banyak dan sangat dinamis dari waktu ke waktu. Secara tentatif, bisa diurutkan mulai dari yang paling berpeluang (untuk sikon saat ini), sebagai berikut:
1. Komjen Pol ★★★ Syafruddin
Lahir di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, 14 April 1961. Berpengalaman sebagai Ajudan Wapres RI 2004-2009, Kapolda Kalimantan Selatan 2010-2012, Kadiv Propam Polri 2012-2015, dan Kalemdikpol 2015-sekarang. Kelebihannya, ia dekat Jusuf Kalla dan Budi Gunawan. Kekurangannya, ia belum pernah menjadi Kapolda Tipe A atau Tipe A-K (A+).
2. Irjen Pol ★★ Unggung Cahyono
Lahir di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, 9 April 1961. Berpengalaman sebagai Kapolda Kalimantan Barat 2011-2012, Kakor Brimob Polri 2012-2013, Kapolda Jawa Timur 2013-2014, dan Kapolda Metro Jaya 2014-sekarang. Kelebihannya, ia memiliki jabatan-jabatan bergengsi sebelum mencapai bintang tiga.
3. Irjen Pol ★★ Mochammad Iriawan
Lahir di Jakarta, 31 Maret 1962. Berpengalaman sebagai Wadir I/Kamtranas Bareskrim Polri 2009-2010, Kapolda Nusa Tenggara Barat 2012-2013, dan Kapolda Jawa Barat 2013-sekarang.
4. Irjen Pol ★★ Anas Yusuf
Lahir di Brebes, Jawa Tengah, 11 September 1960. Berpengalaman sebagai: Dir Tipiter Bareskrim Mabes Polri 2011-2012, Kapolda Kalimantan Timur 2012-2013, Wakabareskrim Polri 2013-2014, dan Kapolda Jawa Timur 2014-sekarang.
5. Komjen Pol ★★★ Putut Eko Bayuseno
Lahir di Tulung Agung, Jawa Timur, 28 Mei 1961. Berpengalaman sebagai Ajudan Presiden RI 2004-2009, Kapolda Banten 2011, Kapolda Jawa Barat 2011-2012, Kapolda Metro Jaya 2012-2014, dan Kabaharkam 2014-sekarang. Pernah bersinar sangat terang, tapi kini tanpa daya dorong dari SBY, ia praktis seperti kehabisan bensin.
6. Komjen Pol ★★★ Suhardi Alius
Lahir di Jakarta, 10 Mei 1962. Berpengalaman sebagai Kadiv Humas Polri 2012-2013, Kapolda Jawa Barat 2013, Kabareskrim Polri 2013-2015, dan (Sekretaris Utama Lemhanas 2015-sekarang). Dulu pernah melejit bagai meteor, tapi kini setelah ditempatkan di luar institusi Polri, tipis kemungkinan ia akan ditarik kembali. Kalaupun akan dimutasi, ia mungkin akan digeser ke BNN yang juga di luar institusi Polri.
Antiklimaks, Budi Gunawan Kapolri
Sampai paragraf di atas, semua data dan alasan jelas. Tapi yang akan terjadi belum tentu sesuai dengan alur yang baku. Cerita bisa keluar pakem. Isi paragraf ini akan bertentangan dengan uraian runtut di atas. Intinya, tidak tertutup kemungkinan Komjen Pol Budi Gunawan yang akan menjadi Kapolri 2016, sementara yang diplot menjadi Wakapolri adalah Komjen Pol Syafruddin. Kompolnas yang sering bilang bahwa masa aktif calon Kapolri minimal dua tahun, praktis akan ikut arus. Kalau dibutuhkan, masa bakti Budi Gunawan bisa diperpanjang selama setahun. Wanjakti bukanlah dewan keramat dan eksak yang membahas tabel jenjang karier, pangkat, dan sebaran tugas, serta matriks prestasi. Sebagai gambaran, pada pemilihan Budi Gunawan sebagai calon Wakapolri, semua calon lainnya mundur memberi jalan kepada Budi Gunawan sebagai calon tunggal sementara Budi Gunawan sendiri merupakan anggota Wanjakti.
Hanya presiden yang bisa menentukan hasil akhirnya. Sebagai contoh, Pada tahun 2010, Wanjakti sudah menyiapkan Kalemdikpol Komjen Imam Sudjarwo dan Irwasum Nanan Sukarna sebagai calon kuat Kapolri, tetapi pada tanggal 4 Oktober 2010 terjadi beberapa kejutan sekaligus. Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri yang siang itu mau mengikuti rapat kabinet di Istana Negara tiba-tiba harus kembali ke Mabes Polri dan pada sore harinya melantik Irjen Timur Pradopo menjadi Kabaharkam dengan pangkat Komjen. Timur Pradopo yang baru empat bulan menjadi Kapolda Metro Jaya itu mengaku kaget karena baru tahu kenaikan pangkatnya pada hari itu. Belum hilang kekagetan masyarakat, malam hari itu juga presiden SBY sudah memberi tahu DPR secara resmi bahwa Timur Pradopo adalah calon tunggal Kapolri 2010. Kembali ke masa kini, apakah presiden Jokowi akan setegas itu, atau membiarkan antiklimaks terjadi?
— •oo 0θ Φ θ0 oo• —
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H