Mohon tunggu...
Suyono Apol
Suyono Apol Mohon Tunggu... Insinyur - Wiraswasta

Membaca tanpa menulis ibarat makan tanpa produktif.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pemikiran Seorang Sufi Tentang Headline dan Trending Article

8 Mei 2015   04:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:16 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1431035650672352358

[caption id="attachment_415878" align="aligncenter" width="600" caption="Sumber Gambar: languagearts.pppst.com"][/caption]

Masing-masing penulis meluncurkan tulisan pertamanya ke Kompasiana dengan tujuan dan ekspektasi yang berbeda-beda. Bisa karena ingin belajar menulis, ingin dikenal, meminta perhatian pihak tertentu, membagikan pengalaman dan pengetahuan, menyebarluaskan informasi, menggiring opini publik, atau sekadar iseng. Ada yang sudah sangat senang melihat tulisannya itu bisa meluncur di halaman publik yang bisa diakses oleh siapa saja di seluruh dunia. Meluncur? Ya meluncur cepat, tidak mejeng lama-lama, untuk kemudian masuk ke dunia arsip Kompasiana. Ada yang bersikap biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa, menganggap hal itu suatu konsekuensi logis, yaitu “kalau aku tulis di sini, akan muncul di situ”. Ada lagi yang menganggap bahwa ia telah berlaku sebagai dermawan yang telah memberikan sesuatu kepada mereka yang membutuhkannya.

Umumnya, pertama kali menulis, seorang kompasianer tidak mengharap tulisannya langsung dipilih oleh admin sebagai HL (Headline) atau TA (Trending Article), bahkan ada saja yang tidak menyadari perkara per-HL dan TA-an ini. Setelah beberapa kali menulis, bagi sebagian partisipan, adalah wajar kalau mulai berharap, “seandainya judul tulisanku menghiasi kolom HL atau TA.” Demikianlah ia mulai memikirkan strategi dan memperbaiki kwalitas dan aktualitas tulisannya. Apa yang harus ia fokuskan?

Saya bukanlah seorang sufi, juga bukan pengharap-harap HL atau TA, tapi mencoba berbagi pemikiran yang saya kira dipikirkan oleh seorang sufi.

Pada tahap paling awal, seseorang memperbaiki tulisannya dengan memikirkan apa yang menurutnya terbaik.Mulai dengan mencari topik yang disukai dan dikuasainya. Menentukan poin-poi n yang akan dijabarkannya dalam bentuk tulisan. Pada tahapan ini terkadang pencarian data (browsing) lewat internet sudah diperlukan, misalnya untuk memastikan konteks dan latar belakang, juga untuk menambal lubang-lubang data yang diperlukan. Selanjutnya, ia menulis dengan senang dan nyaman. Tulisan akan mengalir dengan sedirinya seperti air yang ditarik olah gaya gravitasi. Berpikir dengan runtut dalam paragrap-paragrap. Kalau semua gagasan sudah dituangkan, ia memeriksa ketepatan data, tata bahasa, pilihan kata, dan ejaannya. Ilustrasi pun dibuat menarik. Pada tahap standar ini kwalitas tulisan meningkat sesuai dengan selera penulis, satu dimensi.

Pada tahap berikutnya, penulis tersebut mulai mempelajari tulisan-tulisan seperti apa saja yang menjadi HL dan TA, singkatnya menduga-duga selera admin. Aktualitas, topik, data dan karakter penulis yang sudah berhasil, saat (timing) peluncuran, dan sebagainya diamati dan dipelajari. Pada tahap ini, sang penulis mulai keluar dari sekadar seleranya, ia melihat dari sudut pandang yang lebih variatif, dua dimensi.

Akhirnya, pada taraf seorang sufi, penulis tersebut masuk ke dimensi ketiga, yaitu ia melihat dari ketinggian. Dari situ ia melihat Kompasiana secara utuh dan terang. Seorang sufi bukan hanya sebagai pekerja, tapi ia mengandaikan kalau Kompasiana itu miliknya, apa yang ia perbuat? Kalau sang sufi menulis, apa yang ia tulis? Ia melihat Kompasiana sebagai satu dari sekian banyak situs yang bersaing. Ia memikirkan yang terbaikbuat Kompasiana di mata dunia, bukan hanya memikirkan tulisannya menjadi HL atau TA, yang kalau medioker, apa kata dunia?

I searched for HL & TA and found only myself. I searched for the best website and found only Kompasiana. – “Sufi” proverb

— •oo 0θ Φ θ0 oo• —

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun