Mohon tunggu...
Suyono Apol
Suyono Apol Mohon Tunggu... Insinyur - Wiraswasta

Membaca tanpa menulis ibarat makan tanpa produktif.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mobil-mobilan Biru Idaman Febrian

15 Juni 2016   19:59 Diperbarui: 15 Juni 2016   21:36 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Meskipun ia berasal dari keluarga yang penuh keterbatasan, Febrian dikenal sebagai anak yang paling ceria dan aktif di PAUD Kumbang Patriot Nusa Indah (Kumpanusina) itu. Dalam kesederhanaannya, ada banyak hal yang diingininya --dan tak terpenuhi; tetapi ia tidak pernah meminta-minta, menuntut, atau --apalagi-- berbuat curang. Ia juga tidak manja. Bagaimana mau manja, ayahnya telah meninggal dua tahun lalu, sedang waktu ibunya banyak tersita berjualan gorengan dan mencuci-gosok pakaian orang.

Meskipun sibuk, ibunya penuh perhatian dan komunikatif dengan Febrian. Ibunya seolah bisa membaca pikiran Febrian. Misalnya, setahun yang lalu, ketika mereka lewat sebuah toko mainan, sang ibu bisa melihat kalau Febrian begitu menginginkan mobil-mobilan RC sporty berwarna biru yang harganya pasti di luar jangkauannya. Febrian tidak merajuk, bahkan meminta saja tidak, tapi ibunya tahu apa yang menguasai pikiran Febrian. Seperti tidak terjadi apa-apa, mereka berlalu dari hadapan toko itu. Hanya saja, air mata hangat meleleh menyusuri pipi sang ibu, tanda ketidakberdayaan dalam mengemas kasih sayang terhadap anaknya.

Keesokan harinya, setelah blusukan di pasar tradisional, sang ibu berhasil menemukan mobil-mobilan kayu yang berukuran kira-kira sama dengan yang ada di toko mainan. Hanya ada warna merah, putih, hitam, dan hijau. Tidak ada biru. Ia membelinya yang berwarna hijau.

Malam harinya, menjelang waktu tidur, sang ibu memberikan mobil-mobilan hijau itu kepada Febrian. Seperti biasa, Febrian bersikap biasa-biasa saja kalau menerima pemberian, hanya mengucap terima kasih. Tapi sang ibu tahu kalau Febrian sangat gembira dan terharu. Febrian tertidur sambil mendekap mobil-mobilan itu.

Setengah jam kemudian, sang ibu melihat Febrian masih mendekap mobil-mobilan itu. Dengan perlahan dan hati-hati, ia mengurai tangan Febrian, kemudian meletakkan mobil-mobilan itu di pojok dipan, merapat dinding. Tampak sesungging senyum di bibir Febrian. Sang ibu memandanginya beberapa menit.

Beberapa hari berlalu.

"Bu, Febrian mau jualan gorengan di PAUD."

"Nak, kamu masih terlalu kecil untuk jualan. Kamu harus belajar ilmu hitung dulu. Dan setahu ibu, ibu guru di PAUD tidak mengizinkan orang berjualan di sana."

"Biar nanti Febrian yang minta izin kepada ibu guru."

Dan benarlah, permintaan itu ditolak, malah ibu Febrian dipanggil untuk bertemu ibu guru. Ibu Febrian menjelaskan kepada ibu guru tentang tekad Febrian menabung untuk bisa membeli mobil-mobilan idamannya. Sebetulnya ibu guru itu kurang setuju kalau mobil-mobilan sampai menjadi target, tapi ia ingat masa kecilnya yang juga banyak mengalami masa sulit dan tidak kalah uniknya. Akhirnya, ia setuju dengan beberapa perubahan dan pembatasan. Jajanannya bukan gorengan dan harus disetujui Kepala PAUD terlebih dahulu. Ujung-ujungnya ibu guru malah membantu memasarkan dagangan Febrian dan ibunya.

Itu setahun yang lalu. Kini Febrian sudah memiliki uang yang cukup untuk membeli mobil-mobilan biru idamannya. Ia dan ibunya sudah berada di dalam toko mainan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun