Cerita ini adalah kelanjutan dari karya monumental D'kils Difa berjudul "Kolor Ajaib Mang Peb" yang bisa dibaca gratis di sini.
 ##
 Hujan sudah lama reda. Dwi, Nuey, dan Didi masih beristirahat sambil rebahan di saung Pak Haji Armand sampai dini hari, masuk hari Minggu.
"Gimana kalo celana ijo itu kita embat sekarang aja?" Dwi melontarkan gagasan nakalnya.
"Iya, gua juga udah gak sabar. Lu yang ambil tuh celana, gua ngawasin di wetan, Didi ngawasin di kulon," sahut Nuey semangat.
Di TKP (tempat kejadian perkara), operasi perlu improvisasi karena tidak ada plan B. Ternyata Mpok Minah menjahit semua jemurannya ke tali jemuran, sehingga Dwi harus membawa semua jemuran berikut talinya.
"Ada bagusnya juga. Seudah kita ambil celana ijonya, jemuran kita pasang lagi tapi di halaman rumah tukang martabak, biar terjadi salah paham dan kegaduhan," Didi mengeluarkan jurus pengalihan TKP-nya.
Seusai itu mereka kembali ke rumah masing-masing. Dwi yang membawa pulang celana hijau hasil curian.
 ##
"Juleha, ini A'a mau mampir, bawa belimbing kesukaan nyak," pagi-pagi Dwi sudah menelepon.
"Belimbing boleh metik di po'on Pak Haji Armand ya? Lagian nyak sedang ke pasar koq," jawab Juleha tanpa antusias.
Kebetulan nih ibunya pergi, demikian pikir Dwi yang jadi bersemangat. Ia segera mandi dan mengenakan pakaian rapi termasuk celana hijau Mang Peb, terus bergegas ke rumah Juleha.
Tapi ia terlambat. Lho? Begini ceritanya.