Menanggapi Amira, Aji menulis, parpol mendukung tanpa transaksi politik adalah "mimpi".
Tentang istilah "didukung", menurut Aji kata itu salah. Ahok tidak perlu dukungan parpol untuk maju. Jadi kata yang benar adalah "diboncengi".
Sejak awal, Aji meyakini integritas Ahok sebagai pejabat yang bersih, lurus, tidak kompromis dan tidak mau "hanya enaknya saja". Integritas ini klop dengan anak-anak muda yang idealis, militan, dan "bersedia repot" dan "siap cuti sehari". Perpaduan dua sifat inilah yang Aji yakini akan membawa Ahok ke kursi DKI-1 melalui jalur independen, karena jalur parpol TIDAK AKAN PERNAH BERSIH DARI KEPENTINGAN POLITIK PRAKTIS.
Sampai sekarang, Aji masih yakin akan integritas Ahok dan teman-temannya (TA). Tetapi belakangan banyak sekali tulisan yang berusaha menggoyahkan keyakinannya itu, termasuk artikel penulis. Aji tidak sependapat bahwa Ahok akan mengkhianati hati nuraninya dan hati nurani teman-temannya hanya demi "jalan tol menuju DKI-1". Â Menurutnya, Ahok tidak serendah itu.
Menanggapi kalimat dalam artikel, "banyak orang lupa bahwa tujuan Teman Ahok meyediakan jalur perseorangan buat Ahok adalah agar Ahok bisa maju menjadi calon gubernur, bukan ingin bersaing dengan partai," Aji menulis: Rasa-rasanya, dulu kalimatnya berbunyi, "Ahok ingin maju menjadi calon gubernur melalui jalur independen, agar tidak terperangkap sebagai petugas partai".
Tentang sikap parpol, Aji menulis bahwa ia ragu kalau dibilang Nasdem, Hanura dan Golkar BERBEDA dengan PDIP. Mereka berbeda dalam hal dukungannya kepada Ahok. Tetapi sebagai partai politik, sikap dan kebijakannya "sama dan sebangun".
* Pebrianov
Sama dengan Jos Rampisela, kalau Ahok didukung parpol, Pebrianov jelas kuciwa, demikan tulisnya.
* Mbak Yun
Kalau Ahok dg PDIP, kekhawatiran bahwa Ahok dijegal ditengah jalan bisa saja terjadi.
Kalau Ahok menang lewat independen, dengan dukungan Nasdem, Hanura dan Golkar (24 kursi), apakah sudah cukup kuat mendukung Ahok di DPRD nantinya? Apakah mereka juga bisa dipegang komitmennya?