Mohon tunggu...
Suyono Apol
Suyono Apol Mohon Tunggu... Insinyur - Wiraswasta

Membaca tanpa menulis ibarat makan tanpa produktif.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Horor] Misteri Celana dalam Beracun yang Dibuang

16 Februari 2016   17:59 Diperbarui: 16 Februari 2016   20:18 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pohon Raksasa di Balik Kabut - Sumber Gambar: caroline1photography.files.wordpress.com"][/caption]Liburan akhir tahun, aku di kampung tempat nenek tinggal. Aku mengajak dua teman kelas delapanku, Narni dan Asti. Pagi itu kami keluar rumah dan tidak jelas mengapa berada di luar rumah yang dingin berkabut. Aku tidak tahu, atau tidak ingat, kami mau ke mana. Suasananya agak aneh. Hening. Kami tidak berbicara sepatah pun. Aku merinding. Kedua temanku tampak asing, seolah mereka habis digigit vampir atau zombie dan sedang berada dalam proses metamorfosis. Atau, mungkin mereka sudah dikuasai alien untuk suatu misi menaklukkan dunia. Mood kami buruk, saling curiga, dan gampang tersinggung.

Aku merogoh sakuku, mengambil beberapa butir permen Kopikau. Sebagian kuberikan kepada Asti yang tanpa bicara memasukkannya ke kantong celananya, sebagian lagi kuberikan kepada Narni yang juga tanpa bicara memasukkannya ke kantongnya kecuali sebutir yang ia masukkan ke mulutnya. Aku merasa seperti ada yang memperhatikan kami. Aku menoleh ke kiri. Astaga, ada seorang kakek berwajah menyeramkan sedang mengernyit, memfokuskan pandangannya mengamati kami. Pada saat yang bersamaan kulihat Narni memegang dan mengurut-urut perutnya, disusul muntah-muntah, dan akhirnya ngusruk ke tanah sambil kejang-kejang. Aku kaget, hanya bisa tertegun melihat Narni tersungkur di hadapanku. Asti membalikkan tubuh Narni. Tampak busa keluar dari mulut Narni. Asti mengangkat wajahnya, terperanjat, seperti melihat monster yang paling mengerikan. Ia berdiri, balik badan, dan kabur secepat-cepatnya. Aku heran, kutoleh ke belakang. Oh, ternyata ada seorang polisi! Bagaimana tiba-tiba bisa ada polisi di kampung yang sepi pada pagi sedingin ini? Aku segera lari ke kanan. Namun, astaga, ternyata polisi itu malah mengejarku, bukankah ia harus menyelamatkan Narni lebih dahulu? Aku berlari di padang rumput. Seingatku dari tadi di situ tidak ada pohon besar, apalagi pohon raksasa seperti yang kini sudah ada di hadapanku. Karena aku tidak hati-hati, kakiku tersandung akar pohon itu dan terjerembab, gelap.

*
Aku terbangun dari mimpi yang menyeramkan itu. Temperatur yang diset di pengontrol AC ternyata adalah 20 derajat Celcius. Pantas dingin sekali. Ada cairan bening tidak berbau yang membasahi celana dalamku. Ibu mengatakan bahwa mungkin aku akan mendapat haid yang pertamaku, yang sudah berusia 13 tahun ini. Ia mengajariku mengenai persiapan menghadapi kedatangannya. Padahal aku ini overqualified dalam hal itu karena aku sharing and connecting di sini. Mungkin ibu benar, pikiranku overloaded oleh pelajaran di sekolah selama setengah tahun ini, ditambah sudah terlalu inginnya berada di kampung nenek, dan adanya faktor premenstrual syndrome, sehingga aku mengalami mimpi yang menyeramkan itu. Mengenai ketakutan kepada polisi itu, ibu mengatakan, mungkin ada pengalaman masa lampau yang tersimpan di bawah sadar, tapi mungkin juga karena naluri umat manusia.

*
Akhirnya aku tiba juga di kampung nenek tapi tanpa Narni dan Asti. Narni berhalangan karena sakit setelah menyeruput es kopi Myanmar di Kafe Mang Olihien. Ia harus dirawat inap di Rumah Sakit H Darwin. Sedang Asti ikut paman dan bibinya berlibur di Sydney, Australia.

Pagi itu cairan yang yang keluar dari vaginaku bukan bening lagi tapi berwarna coklat mengotori celana dalamku. Aku memutuskan akan membuang celana dalam itu di padang rumput. Setelah menyiapkan segala yang diperlukan, aku berangkat dengan ransel di punggung.

Udara dingin berkabut. Hening, sehingga suara langkahku terdengar jelas. Aku berjalan menunduk, penuh konsentrasi. Aku merasa ada pohon di sisi kanan. Aku menoleh. Astaga! Itu adalah pohon raksasa yang persis seperti dalam mimpiku. Jantungku berdetak keras dan cepat, bulu kudukku berdiri. Setelah terpana beberapa saat, aku mengatur pernafasan, dan mengendalikan diri. Aku menghampiri pohon itu dan menemukan akar yang membuatku tersandung dalam mimpi tempo hari.

Aku tahu akan lebih sulit menggali dekat akar itu tapi tanpa alasan yang bisa terpikirkan olehku, aku memutuskan untuk mengubur celana dalamku yang "beracun" itu di situ. Aku menggali tanah menggunakan golok yang kupinjam dari nenek. Aku merasa aneh karena tanah itu tidak sekeras yang kuduga. Akhirnya pertanyaan itu terjawab. Golokku menyentuh benda keras seperti logam. "Hai!"

Aku berdiri, menengok kiri kanan. Berpikir sejenak. Benda itu adalah sepucuk pistol dan beberapa helai dokumen yang dibungkus plastik bening, kelihatannya belum lama ditanam di situ. Benda-benda terbungkus plastik itu kumasukkan ke dalam kantong kresek hitam dan menyimpannya di ranselku. Semua kulakukan dengan berhati-hati tanpa meninggalkan sidik jari di barang bukti. Celana dalam tidak jadi kubuang, cukup kucuci saja nanti pasti bersih. Dibuang? Kelihatannya bukan ide orisinal dariku. Entah ide aneh temuan siapa itu.

Penemuan pistol dan dokumen kulaporkan ke polisi yang memang sedang buntu dalam kasus pembunuhan seorang anggota polisi. Dengan temuan tersebut, polisi dengan mudah menangkap pelakunya. Ketika polisi menunjukkan foto profil polisi yang terbunuh, dengkulku sampai lemas dan semua bulu-bulu halusku berdiri. Ternyata polisi itu adalah polisi yang mengejarku dalam mimpi tempo hari. Lebih mengejutkan lagi, pembunuhnya adalah kakek yang berwajah menyeramkan dalam mimpi yang sama.

Hari itu dengan seribu senyum penuh arti, nenek mengucapkan selamat padaku, bukan karena aku telah sukses membantu polisi tetapi karena hari itu adalah hari datangnya haidku yang pertama.

Sumber Gambar: wordpress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun