Dikira Hantu Kuburan, Berujung Naik Ojek Gratisan

Dikira Hantu Kuburan, Berujung Naik Ojek Gratisan

Oleh: Suyito Basuki

Pak Dri memiliki rumah di dekat kuburan atau makam.  Tepat di belakang rumahnya adalah kebun kosong yang sekarang jadi makam Arimate.  Sebelahnya kebun itu adalah makam Hebron yang lahannya luas.  Selain di depan rumah Pak Dri ada jalan gang, di belakang rumah Pak Dri juga ada akses jalan yang melewati pintu makam Hebron.

Suatu malam Pak Dri pulang dari perjalanan luar kota, bulan purnama bersinar.  Seperti biasa setiap pulang dari luar kota, maka Pak Dri berhenti di tempat pemberhentian bus Blok M.  Blok M bagi kami adalah Blok Madrasah, karena di tempat perhentian bus atau kendaraan umum itu terdapat sebuah sekolah madrasah yang besar di daerah kami.

Tidak berapa lama Pak Dri dihampiri oleh seorang pengendara ojek pengkolan.  Karena sudah pasti tidak ada keluarga yang menjemput, maka Pak Dri langsung naik ojek itu tanpa menawar lebih dahulu karena sudah tahu kira-kira berapa harga atau tarifnya.  Tukang ojek bertanya alamat Pak Dri.  Pak Dri menjelaskan seperlunya.  Tukang ojek paham sehingga segeralah motor ojek meluncur dengan perlahan.

Pak Dri tersenyum, dalam hatinya bersyukur setelah beberapa hari menengok anak yang berada di luar kota, akhirnya ia bisa kembali dengan selamat.  Ia membayangkan bisa kembali bertemu dengan istri dan anak bungsunya.  Dia membayangkan, setelah di rumah nanti ia akan segera mengurus sapi yang beberapa hari ia tinggal.  Dia pun juga akan segera kembali bekerja sebagai tukang bangunan.  Pak Dri terkenal sebagai tukang bangunan yang baik, oleh karena itu tanpa mencari pekerjaan, orang-orang sudah datang ke rumahnya minta dibuatkan rumah atau sekedar merenovasinya.

Ia pun bersyukur anak yang sudah berkeluarga yang beberapa hari ditengoknya sudah bekerja dengan mapan.  Dari anaknya itu, Pak Dri telah mendapatkan dua orang cucu yang manis-manis.  Orang-orang di kampungnya sekarang sering menyebutnya, "Wah Pak Dri sekarang betul-betul sudah bermutu."  Pak Dri tersenyum saja mendengar guyonan itu.  Maksudnya istilah "bermutu" itu ia sudah pahami.  "Bermutu" di sini bukan berarti berkualitas, tetapi sudah memiliki "putu".  Kata "putu" itu dari bahasa Jawa yang artinya "cucu".  Sehingga kata "bermutu" itu artinya "bercucu" atau sudah memiliki cucu.

Dulu sebelum memiliki cucu, Pak Dri sering menyangkal bahwa kasih sayang seseorang kepada cucu melebihi kasih sayang seseorang kepada anak.  Tetapi setelah mempunyai dua orang cucu itu, Pak Dri tidak bisa mengingkari bahwa kasih sayang seseorang kepada cucu melebihi kasih sayang seseorang kepada anak itu memang benar.  Berapa hari saja tidak mendengar suara cucunya ia menjadi gelisah.  Maka pelariannya adalah bertelpon, sms saja tidak cukup.

Waktu merayap tengah malam, motor ojek hampir mendekati rumah Pak Dri.  Pak Dri menunjuk gapura pintu masuk makam, maka tukang ojek mengarahkan motornya masuk melalui pintu gapura makam itu.  Dari pada lewat gang depan rumahnya, Pak Dri memang terbiasa pergi kemana-mana atau pulang ke rumah lebih memilih jalan belakang rumah yang melewati makam.  Selain lebih dekat, jalan di makam itu sudah diaspal.

Sesampai tempat yang dituju, yakni jalan kecil yang menuju rumahnya Pak Dri memberi aba-aba supaya tukang ojek memberhantikan laju motornya.  Motor berhenti, Pak Dri turun dari kendaraan.  Sementara itu tanpa sengaja tukang ojek mengedarkan pandangannya ke sekitar.  Dia kaget bukan kepalang karena baik kanan kiri maupun depan dan belakangnya berupa makam dengan batu nisan dengan latar belakang pohon randu besar-besar.  Sinar bulan purnama menerpa dan memperjelas pemandangan yang membuatnya bergidik itu.