Mendengar lagu itu lalu bergeraklah ibu-ibu itu dalam joget lamban. Â Saat lagu masuk ke irama koplo, maka jogetnya menjadi semakin hot. Â Lihat videonya, gerakan jogetnya jian menggemaskan. Â Penonton yang berada di pinggir jalan terpancing ikut berjoget juga. Â Anak-anak muda yang sejak siang melihat arak-arakan karnaval ikut berjoget menyesuaikan irama. Â Coba deh lihat videonya, akan terlihat joget anak-anak muda itu luwes menandingi joget ibu-ibu peserta karnaval.
Lagu itu terus mengalir, ternyata lagu itu berjudul Selndang biru.
selendang biru yang ada di pundakmu
luntur tanpa warna membekas di bajuku
selendang biru yang ada di pundakmu
hilang tidak akan kembali, kembali ke tanganku
hilang bersama rasa cintaku
Menurut catatan RRI.com, lagu Selendang biru saat ini sering terdengar di hajatan perkawinan. Â Lagu yang menceritakan pudarnya hubungan dua anak manusia yang berbeda jenis dalam memadu cinta. Â Semula cinta mereka kuat, namun karena berjalannya waktu, cinta itu sirna, hanya membekas warna selendang biru di pundak saja.
Tema lagu putusnya sebuah hubungan cinta ciptaan Gun Kriwol ini sebenarnya banyak mendasari lagu-lagu campur sari atau irama koplo lainnya. Â Didi Kempot yang dijuluki sebagai Bapak Patah hati banyak mencipta lagu dengan tema lagu ini. Â Ambil contoh saja lagu "Sewu Kutha", "Kalung Emas", "Pamer Bojo", dan "Banyu Langit" diciptakan Didi Kempot berangkat dari tema patah hati itu. Â Lagu-lagu lain seperti "Mbok Aja Dibanding-bandingke" ciptaan Abah Lala yang dinyanyikan Farel Prayoga, "Rungkad" ciptaan Vicky Prasetyo yang pernah dinyanyikan Putri Ariani di hadapan Presiden Jokowi di Istana Negara saat upacara Hari Kemerdekaan RI tahun lalu juga memiliki tema yang sama, tema patah hati!
Pernah sebelumnya saat menghadiri hajatan pernikahan, saat penonton minta ditembangkan lagu Selendang Biru oleh penyanyi panggung saya salah persepsi. Â Aku pikir lagu Selendang Biru itu lagu yang pernah diciptakan Ki Narto Sabdo, maestro dhalang dari Semarang itu. Â Karena Lagu Selendang Biru ciptaan dhalang kebanggaan warga kota Semarang yang pernah populer pada masanya dengan iringan gamelan itu, akrab dengan pandemennya. Â Lagu Selendhang Biru itu memiliki syair Jawa tulen: