Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Self Sabotage Sebabkan Fake Productivity?

7 Mei 2024   08:27 Diperbarui: 7 Mei 2024   08:44 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktifitas perkantoran (sumber gambar: detik.com)

Self Sabotage Sebabkan Fake Productivity?

Oleh: Suyito Basuki

Pernahkah kita merasa telah membuang waktu dengan sia-sia?  Kita mengerjakan sesuatu aktifitas yang tidak seharusnya kita kerjakan?  Hal ini kemudian menyebabkan kita menjadi merasa bersalah dan putus asa?

Mungkin setiap orang pernah mengalami hal ini.  Kita tertantang untuk mengatasi situasi ini karena setiap kita tentu memiliki tujuan hidup supaya berhasil.  Hidup yang berhasil dapat dicapai jika aktifitas-aktifitas yang kita lakukan benar-benar produktif dan menghasilkan.

Self Sabotage

Sabotage, Bahasa Inggris,  dalam bahasa Indonesianya "sabotase".  Wikipedia memberi pengertian kata sabotase adalah tindakan perusakan yang dilakukan secara terencana, disengaja dan tersembunyi terhadap peralatan, personel dan aktivitas dari bidang sasaran yang ingin dihancurkan yang berada di tengah-tengah masyarakat, kehancuran harus menimbulkan efek psikologis yang besar.  Sedang KBBI memberi penjelasan perihal kata sabotase ini antara lain adalah kata benda yang berarti perusakan milik pemerintah dan sebagainya (oleh pemberontak).

Kata "sabotase" ini nampaknya memiliki pengertian yang negatif karena memiliki penjelasan perbuatan yang merusak, merugikan pihak lain dalam hal ini mungkin pemerintah atau pihak lain.  Bahkan pekerjaan sabotase ini digolongkan oleh kamus sebagai pekerjaan seorang pemberontak.  Lebih ngeri lagi, tujuan akhir dari sabotase ini adalah sebuah kehancuran serta kegagalan.

Dengan demikian, arti dari kata "self sabotage" adalah sebuah perbuatan yang dilakukan oleh diri sendiri yang pada akhirnya menghambat, merusak, bahkan menghancurkan reputasi, karier diri sendiri.  Self sabotage biasanya menunjuk pada tindakan yang berusaha menyenangkan diri sendiri di waktu-waktu produktif, sehingga pekerjaan yang harusnya diselesaikan tidak tercapai.  Jika itu dilakukan terus menerus, maka bisa ditebak, pekerjaan itu tidak akan pernah selesai.  Jika pekerjaan itu berkaitan dengan orang lain, maka kepercayaan orang lain akan menjadi berkurang.  Jika itu terjadi pada sebuah bisnis, ketiadaan kepercayaan dalam sebuah relasi, itu adalah sebuah petaka!

Fake Productivity

Fake productivity pada dasarnya memiliki pengertian banyak kesibukan pekerjaan yang dilakukan tetapi tidak menyelesaikan pekerjaan utama.  Ada yang menyebut fake produktivity ini adalah produktif yang palsu.  Contoh fake productivyty ini misalnya apa?  Seorang pekerja kantoran yang sepanjang waktu kerja di kantor kelihatan sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya.  Tetapi sesungguhnya ia tidak menyelesaikan pekerjaan kantornya.  Ternyata ia mengerjakan tugas sekolah atau kuliah anaknya.  Secara fisik, ia hadir di kantor dan kelihatan sibuk, tetapi saat ditanyakan tugas yang harus diselesaikan, maka jawabannya,"Maaf belum selesai, sedang dikerjakan."

Seorang mahasiswa yang sibuk dengan kegiatan ekstranya, mungkin dia aktivis mahasiswa pecinta alam, aktifis kegiatan pers kampus dan lain-lain.  Sementara skripsi yang harus segera dirampungkannya tidak juga kunjung selesai.  Saat ditanya orang tuanya, sibuk dengan aktifitas kampus ini-itu, sehingga tidak sempat mengerjakan skripsi.  Padahal pengerjaan skripsi butuh konsentrasi dan kontinyuitas.  Jika pengerjaan skripsi diselipi dengan aktifitas-aktifitas yang tidak urgen, maka akan terjadi kemacetan-kemacetan dalam hal pengembangan ide dan dosen pembimbing pun pun berpikiran negatif kepada mashasiswa bimbingannya dengan stigma mahasiswanya malas atau tidak serius dengan tugasnya.  Jika dosen pembimbing berhalangan karena sakit atau meninggal, maka bimbingan skripsi akan lebih rumit karena mungkin akan dilempar ke dosen lain sebagai pembimbingnya dan skrispi dikerjakan kembali dari awal!

Tentukan Prioritas

Prioritas adalah hal-hal yang perlu didahulukan.  Dalam kegiatan sehari-hari kita sering dihadapkan pilihan-pilihan, mana yang perlu didahulukan dan mana yang kemudian dikerjakan sesudahnya.  Kemampuan kita mendahulukan sesuatu yang prioritas akan menjadikan kita menjadi orang yang berhasil dalam pekerjaan, rumah tangga dan bidang lainya.

Jika sudah menentukan prioritas, maka hendaknya dikerjakan dengan sepenuh hati hingga pekerjaan itu selesai.  Aktifitas-aktifitas yang lain, yang tidak prioritas hendaknya tidak dikerjakan.  Jika aktifitas yang bukan prioritas dikerjakan, maka aktifitas itu akan menjadi self sabotage.  Kelihatannya sibuk, tetapi tidak menghasilkan apa-apa.  Energi kita terkuras habis di kegiatan yang bukan prioritas itu.  Kita akhirnya menjadi lelah.  Lelah karena energi yang terkuras, juga lelah karena merasa bersalah karena telah membuang waktu dengan kegiatan yang justru menghambat pekerjaan prioritas atau utama.

Media Sosial Bisa Menyabotase

Pekerjaan prioritas yang harus aku kerjakan, pernah mengalami sabotase.  Siapa yang menyabotase?  Ya diri sendiri, siapa lagi?  Self sabotage hehehe....

Setelah memposting sebuah aktifitas di akun Face Book (FB).  Ternyata banyak rekan FB yang kemudian memberi comment.  Akhirnya hampir menjelang tengah siang, kesibukanku hanya berkutat membalas comment-comment rekan FB sambil tersenyum mengingat-ingat wajah maupun pertemanan selama ini.

Saya sadar bahwa hari itu sebenarnya saya akan mengerjakan sebuah pekerjaan yang sudah lama tertunda dan ditunggu serta minggu depan ini akan digunakan sebagai bahan diskusi sebuah pertemuan zoom meeting dengan beberapa rekan.  Saya merasa ada perasaan bersalah karena menggunakan prime time untuk bersenang-senang dengan kegiatan lain yang sebenarnya bisa dikerjakan di waktu yang luang saja.

Mau sibuk atau produktif? Tentu mau produktif dong.  Menentukan pekerjaan yang menjadi prioritas, menyingkirkan kegiatan-kegiatan lain yang bukan prioritas, kemudian mengerjakan pekerjaan prioritas sesuai dengan tenggat waktu yang ada dengan kesungguhan hati adalah sesuatu yang perlu dilakukan supaya produktif.  Sembari terus mengingat bahwa waktu yang kita miliki sangat terbatas, bisa juga terjadi suatu peristiwa yang tidak kita sangka sebelumnya yang bisa menghambat kita dalam mengerjakan tugas prioritas kita.  Maka tentukankah prioritas apa yang akan kita kerjakan dan segera selesaikanlah itu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun