Renungan Minggu Pagi: Menyerahkan Rencana dalam Kehendak Kemurahan Tuhan
Oleh: Suyito Basuki
Usai penahbisan pendeta yang kami layani di daerah Sumberejo Lampung Sumatra sepuluh tahun yang lalu, ada sebuah peristiwa yang membuat kami terkejut. Â Kami bertiga yang melayani penahbisan pendeta itu mewakili Badan Pekerja Harian Sinode gereja kami Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ). Â Mendadak kami mendengar kabar bahwa Pemb. Pdt. Bambang Buntara salah seorang rekan pelayanan yang mengabdi di daerah Lampung mengalami kecelakaan yang cukup parah. Â Rekan pelayanan tersebut yang sebelumnya mengikuti acara penahbisan, bagian kepala terbentur aspal. Â Hal itu yang mengakibatkan sehari kemudian setelah dirawat di rumah sakit Lampung, ia meninggal. Â Saat berita meninggal, kami baru akan melakukan perjalanan pulang ke Jawa. Â Kami menjadi sedih, karena belum lama berbincang tentang persiapan makalah dan tugas-tugas yang harus ia persiapkan untuk persiapan pendadaran dan visitasi dalam rangka penahbisannya sebagai pendeta kelak, tetapi kenyataan berbicara yang lain. Â Hamba-Nya telah dipanggil oleh Tuhan yang adalah pemilik-Nya.
Sesungguhnya seperti itulah kehidupan kita. Â Kita tidak tahu tentang hal-hal yang akan terjadi dalam kehidupan kita pada esok hari, bahkan saat hari ini yang akan kita lalui. Â Fakta yang terjadi dapat berkata lain dengan apa yang kita pikirkan dan kita rencanakan. Ada sebuah lagu yang medeskripsikan ketidaktahuan kita akan hari-hari mendatang yang bakal terjadi:Â
Tak ku tahu 'kan hari esok
Namun langkahku tetap
Bukan surya yang kuharapkan
karna surya 'kan lenyap...
Lagu ini diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dalam Kidung Pasamuwan Jawi nomor 65, saya dan bersama rekan menyanyikannya:
Aku tan ngerti mengkone