Lapangan Pancasila Salatiga, Semakin Ramai Saja
Oleh: Suyito Basuki
Alun-alun atau Lapangan Pancasila Salatiga telah mengalami metamorfosa. Â Pada era 1980-an, alun-alun yang namanya mengingatkan akan dasar negara Indonesia, yakni Pancasila ini, hanyalah sebuah lapangan rumput menjadi tempat anak-anak sekolah melakukan kegiatan olah raga atau obade persiapan sebuah upacara nasional yang tengah dipersiapkan. Â Kadang alun-alun ini menjadi titik kumpul karnaval atau arak-arakan masyarakat dalam memperingati hari tertentu. Â Jika tidak ada kegiatan apa-apa, maka lapangan Pancasila ini hanya menjadi tempat lewat anak-anak sekolah mengambil jalan pintas saat pergi atau pulang sekolah dengan berjalan kaki.
Mulai Berubah
Pada Era 2000-an, alun-alun Pancasila ini mulai berubah. Â Penataan-penataan trotoar mulai dilakukan oleh Pemkot Salatiga. Â Alun-alun Pancasila mulai ramai dengan pedagang kulineran yang memasang tenda di sore hingga malam hari. Â Saat pagi hari, tenda-tenda itu akan dibersihkan oleh pemiliknya, karena di siang hari lapangan akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan pemerintahan maupun kemasyarakatan. Â Setiap pagi mulai banyak orang-orang maupun anak sekolah yang berolah raga, dari berjalan kaki, lari-lari kecil, hingga olah raga bela diri.
Pemkot Salatiga kembali menata dan merevitalisasi alun-alun Pancasila yang terletak di Kelurahan Kalicacing Kecamatan Sidomukti Salatiga ini. Â Pada tanggal 16 Januari 2020, Walikota Salatiga, Yulianto, SE, MM. meresmikan Alun-alun Pancasila ini setelah pembangunannya. Â Diharapkannya, alun-alun Pancasila ini menambah ruang hijau yang ada di kota Salatiga. Â Untuk memberi waktu tanaman tambahan bertumbuh, maka sejak peresmian tersebut selama 6 bulan kemudian, alun-alun sementara ditutup untuk masyarakat. (diskominfo.salatiga.go.id, 20 Januari 2020)
Di Lapangan Pancasila ini terdapat 3 patung pahlawan nasional yakni Laksmana Madya Yos Sudarso, brigadier Jendral Sudiarto dan Marsekal Agustinus Adisutjipto. Â Kesemua pahlawan nasional ini kelahiran Salatiga.Â
Laksamana Madya TNI AL (Ant.) Yosaphat Soedarso lahir 24 November 1925 dan meninggal 15 januari 1962. Â Ia gugur di atas KRI Macan Tutul dalam peristiwa pertempuran Laut Aru setelah ditembak oleh kapal patroli milik armada Belanda. Â (id.wikipedia.org)
Brigadir Jendral Sudiarto dengan nama lengkapnya Brigadir Jenderal Siswosoelastro Soediarto ini lahir di Salatiga pada 25 Desember 1925. Â Bersama Slamet Riyadi, ditugaskan memadamkan pemberontakan di Maluku Selatan. Â Sudiarto lebih memilih berjuang Bersama tentara Indonesia daripada melanjutkan studi di Amerika Serikat. Â Kisahnya terkenal dengan pengorbanannya yang memilih ikut berjuang daripada melanjutkan studinya ke Amerika Serikat.