Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Anak Saya Dapat "Jackpot" dari Pasiennya

20 Juli 2022   08:08 Diperbarui: 20 Juli 2022   08:14 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak Saya dapat "Jackpot" dari Pasiennya

Oleh: Suyito Basuki

"Pah aku dapat Jackpot."  Demikian si Junior, anak lelaki saya yang bekerja di sebuah klinik kesehatan di luar kota memberi kabar saat percakapan lewat telpon tadi malam.  Dalam hati saya kaget,"Jackpot apaan?" Tanya saya kepadanya.

Pengertian saya tentang "Jackpot" itu sebuah hadiah berupa uang hasil perjudian.  Mungkin seseorang memberi sebuah lotre kemudian nomornya keluar, sehingga orang tersebut akan mendapat uang yang cukup besar.  Saya pernah membaca artikel orang-orang di luar negeri yang mendapat "Jackpot" atau lotre menjadi kaya secara mendadak.

Klinik Anak Berkebutuhan Khusus

Sejak Februari 2022 yang baru lalu, anak lelaki saya bekerja di sebuah klinik kesehatan di luar kota di daerah Jawa Timur.  Klinik kesehatan tersebut menangani anak-anak yang berkebutuhan khusus.  Ada beberapa istilah teknis yang menyebutkananak-anak yang berkebutuhan khusus tersebut. 

Dalam hal ini saya hanya mengatahui anak berkebutuhan khusus tersebut adalah anak autis, tuna rungu dan gangguan wicara.  Tentu masih ada beberapa istilah yang menunjukkan kebutuhan-kebutuhan khusus tersebut.

Tahun 2021 yang baru lalu, anak saya lulus dari sebuah Poltekkes Negeri di Surakarta dengan program studi Ocupasi Therapy (OT).  Mahasiswa pada program OT ini dipersiapkan untuk menangani pasien anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dan para lansia.  

Anak saya menyelesaikan studinya dengan meneliti dan menuliskan penelitian berkenaan dengan pengaruh sebuah senam bagi kesehatan para lansia di Kabupaten Boyolali.

Meski program studi OT ini ada hanya di Poltekes Solo dan Universitas Indonesia ini, mencari pekerjaan sesuai dengan bidang OT tersebut saya perhatikan gampang-gampang susah.  

Mengapa demikian?  Setiap rumah sakit belum tentu membutuhkan tenaga OT ini.  Rumah sakit negeri di kota kami hanya memiliki 1 orang tenaga OT.  

Sementara itu, beberapa klinik di kota-kota besar membutuhkan tenaga OT karena penanganan anak-anak yang berkebutuhan khusus semakin lama menjadi sebuah kebutuhan.

Keahlian Khusus

Penanganan anak-anak yang berkebutuhan khusus memang memerlukan keahlian khusus.  Selain keahlian yang memang telah diajarkan di sekolah atau universitas tempat mereka belajar, juga diperlukan ketelatenan dan kesabaran dari seorangp perawat bidang OT ini.  

Seperti misalnya merawat anak autis yang mungkin memiliki gerak tubuh lebih aktif dibanding aanak-anak biasanya, maka seorang perawat OT harus memiliki kesabaran dan komunikasi yang persuasif kepada pasiennya.

Dari pengamatan yang saya lakukan terhadap anak saya sebagai perawat OT, saat dia diminta menangani pasien privat di kota kami atau praktek magang,  maka saya dapatkan nilai-nilai seorang perawat OT ini.  

Kebetulan salah satu pasien yang dirawat anak saya waktu itu memiliki gangguan wicara.  Meski sebenarnya terapi pada gangguan wicara ini ada ahlinya yang telah dipersiapkan secara tersendiri dengan program studi Therpy Wicara (TW) tetapi di lapangan seorang perawat OT harus bisa melakukan perawatan pada bagian terapi wicara tersebut karena perkuliahan OT tentu bersinggungan dengan perkuliahan TW. 

Selain itu, penanganan sebuah pasien yang berkebutuhan khusus kadang memerlukan penanganan secara Fisio Therapy (FT).  Anak saya rupanya juga bisa melakukan penanganan FT pada pasiennya. 

Di kampus rupanya dia juga belajar  serba sedikit soal penanganan FT ini.  Di lapangan, dia banyak belajar penanganan FT dari rekan kerja dan dari literatur yang ia baca.

"Jackpot" yang Diterima

Saat saya tanya apa yang dimaksud dengan "Jackpot" yang ia terima?  Ternyata jawabannya berbalik 180 derajat dari apa yang saya pikirkan. 

Rupanya istilah "Jakcpot" itu sebuah istilah yang biasa digunakan di kliniknya atau mungkin di komunitas OT untuk mengatakan bahwa perawat mendapati pasiennya beol di celana.  

Tentu saja jika orang tua atau pendamping anak yang berkebutuhan khusus itu berada di lokasi, pastilah mereka yang akan mengurus keperluan membersihkan atau mengganti pempers anak tersebut.  

Namun jika orang tua atau pendamping tidak ada di tempat, tiba-tiba saja nak tersebut beol, siapa yang bertanggung jawab untuk membersihkan dan mengganti popoknya?  Ya tentunya perawat OT yang sedang melakukan terapi kepada mereka.  Jadilah mereka mendapatkan "Jackpot" sebuah hadiah yang tidak terduga.

Saat anak saya menceritakan kisah itu kepada pemilik klinik yang juga lulusan prodi OT, pemilik klinik kemudian malah bercerita bahwa saat ia menangani pasien autis dan sekaligus tuna rungu, yang terjadi adalah dia harus ikut membersihkan kotoran di mobil dan harus rela kena cipratan-cipratan kotoran tersebut saat membersihkan anak yang sedang ditanganinya.  

Itulah yang saya sebut di atas, seorang perawat OT selain memerlukan keahlian khusus dalam menangani pasien juga perlu sikap yang sabar dan telaten dalam melaksanakan pekerjaannya.

Semoga Hadiah Beneran

Saya sampaikan ke anak saya, bahwa setiap pekerjaan mengandung resiko masing-masing.  Dalam melakukan pekerjaan apa pun pasti ada suka dan dukanya.  Saya berusaha menghibur anak saya supaya tidak patah semangat dalam melakukan pekerjaannya.

Untunglah anak saya sudah tahu resiko-resiko terhadap pekerjaannya.  Dia mentertawakan beberapa pengalaman yang ia alami.  Penggunaan istilah "Jackpot" rupanya sebuah cara dimana ia tetap bergembira dan bersemangat dalam pekerjaannya.

Semoga saja, para perawat anak berkebutuhan khusus, termasuk anak saya, mendapat "Jackpot" yang konotasinya sebuah hadiah beneran karena kerja profesional mereka dan kesabaran serta ketelatenan mereka dalam pekerjaannya.  Entah hadiah berupa apa itu, yang penting betul-betul hadiah dalam arti secara literal, bukan hanya sekedar kiasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun