Kereta Api Wisata Ambarawa dan Bahaya pada Perlintasannya
Oleh: Suyito Basuki
Ada sebuah lagu anak-anak yang sampai hari ini masih diajarkan kepada anak-anak yang bersekolah di Taman Kanak-Kanak (TK). Â Lagu itu bercerita tentang Kereta Api: Naik kereta api tut tut tut/ siapa hendak turut?/ Ke Bandung Surabaya/ Ayolah naik dengan percuma/ Ayo kawanku lekas naik/ Kretaku tak berhenti lama.
Bagi anak-anak yang tempat tinggalnya dekat dengan lokasi stasiun kereta api atau kotanya dilewati oleh jalur kereta api, tentu bentuk kereta api bisa dilihat hampir setiap hari. Â Tetapi bagi anak-anak yang tempat tinggalnya jauh dari stasiun kereta api dan tidak ada jalur rel kereta api di daerahnya, maka akan timbul rasa penasaran pada anak-anak tersebut. Â Seperti apa bentuk kereta api? Â Bagaimana rasanya naik kereta api itu?
Fasilitas Kereta Api Wisata
Adalah sebuah museum yang secara khusus merawat kereta api-kereta api kuno yang pernah digunakan sebagai alat transportasi. Â Kereta api-kereta api ini rata-rata jenis kereta uap yang cara menggerakkannya dengan pembakaran kayu bakar, batu bara dan minyak, sehingga saat kereta api ini berjalan akan mengeluarkan uap dari cerobongnya.
Humas PT Kereta Api Pariwisata atau KAI Wisata Ilud Siregar mengatakan, sebagai mana yang pernah dilansir Kompas.com (29/9/2021) menyebutkan sejarah perkereta apian, khususnya pada jalur Semarang-Kedung Jati -- Solo -- Yogyakarta. Â Terkait dengan rute Kereta Api jalur Ambarawa, Ilud Siregar menerangkan bahwa pada 1862, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Baron Sloet van den Beele mengabulkan permohonan perusahaan KA Nederlandsch Indische Spoorwegmaatschappij (NIS) untuk membangun jalur kereta api. Adapun, rute tersebut adalah Semarang-Kedung Jati-Solo-Yogyakarta, dan jalur cabangnya yakni Kedung Jati-Ambarawa-Secang-Magelang. Pembangunan jalur KA dilakukan untuk kepentingan militer. Lebih lanjut Ilud memberi penjelasan, jalur Kereta Api rute Semarang-Kedung Jati-Solo-Yogyakarta selesai dibangun dan beroperasi pada 10 Juni 1872. Rute cabang selesai pada 1873. Seluruh jalur Kereta Api menggunakan lebar 1435 milimeter (mm).
Jalur kereta api Kedung Jati-Ambarawa-Secang-Magelang saat ini tidak lagi beroperasi. Â Sisa rel yang masih ada inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak Museum Kereta Api yang beralamat di Jl. Stasiun No.1, Panjang Kidul, Panjang, Kec. Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah 50614 sebagai sarana wahana wisata. Â Dengan memanfaatkan Kereta Api tenaga uap dan diesel vintage, Kereta Api Wisata Ambarawa-Tuntang PP, Ambarawa-Bedono PP diluncurkan. Â Dalam instagram @kawisata liburan wisata naik Kereta Api wisata dengan sistem carter, Ambarawa-Tuntang PP. Â Tarif sewa untuk hari weekend dan libur nasional lokomotif deisel + 2 gerbong (maksimal 80 orang) per orang 10 ribu rupiah, lokomotif deisel + 3 gerbong (maksimal 120 orang) per orang 14 ribu lima ratus rupiah, lokomotif uap + 2 gerbong (maksimal 80 orang) per orang 16 ribu rupiah. Â Pemesanan diharapkan oleh pihak museum 3 bulan sebelumnya.
Perlintasan yang Berbahaya
Meski sudah diinformasikan bahwa perjalanan kereta api wisata itu mengambil waktu weekend (Sabtu/ Minggu) dan juga hari-hari libur nasional, tetapi perlintasan tanpa palang semakin hari dirasa semakin berbahaya. Â Sebagaimana diketahui jumlah kendaraan, baik mobil maupun motor semakin hari semakin bertambah. Â Orang lebih cenderung menggunakan alat transportasi pribadi dari pada alat transportasi umum. Â Di samping itu, Ambarawa yang merupakan bagian dari Kabupaten Semarang, menjadi destinasi obyek wisata para pelancong yang berasal daari luar kota. Â Sebut saja obyek wisata: Museum Kereta Api, Palagan Ambarawa, Eling Bening, belum lagi destinasi wisata yang berada di daerah Bandungan seperti Taman Xelosia dan lain-lain atau di Bawen Desa Sumurup dan lain-lain; hal ini yang menyebabkan orang-orang luar kota belum begitu paham daerah Ambarawa dan perlintasan Kereta Api Wisata. Â Inilah yang bisa menjadi potensi kecelakaan pada perlintasan kereta tersebut.