Oleh: Suyito Basuki
Besok tanggal 2 Mei 2022 umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri. Setelah berpuasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan, tibalah saatnya merayakan kemenangan dalam menahan diri dari berbagai hawa nafsu di bulan puasa sebelumnya.Â
Kata Idul Fitri memiliki makna kembali ke hakikat suci. Pantaslah kegembiraan itu dirayakan dengan berkunjung ke kerabat dan saudara sambil berucap salam lebaran satu sama lain.
Di masyarakat Jawa, perkunjungan dalam rangka lebaran ini disebut "ujung-ujung". Ujung-ujung ini merupakan pengulangan kata dari kata "ujung" merupakan bentuk krama dan ngoko sekaligus yang berarti ngabekti srana ngambung sarta nyembah dhengkul; sujud (Bausastra, Yogyakarta: Kanisius, h. 813).
Dalam bahasa Indonesia berarti: berbakti dengan menyembah lutut; posisi sujud. Dalam kata yang lain, ujung ini disebut sungkem atau sungkeman.
Ucapan yang Lazim Digunakan
Oleh karena itu bagi tamu yang biasanya mengunjungi yang lebih tua atau dituakan, saat datang akan melakukan aktivitas jengkeng atau sujud di depan orang yang dikunjungi sambil menundukkan kepala dan bersalaman.
Pada saat itulah maka ucapan berlebaran itu disampaikan. Dalam bahasa Jawa krama Inggil, ucapan itu sebagai berikut: Ngaturaken Sugeng Riyadi (mengucapkan selamat merayakan hari raya Lebaran).
Ucapan itu akan dilanjutkan dengan bahasa Arab: Minal Aidin Wa Faidzin. Meski di negara Arab, ucapan ini kurang populer, tetapi dalam budaya lokal, khususnya Jawa, kata ini sering digunakan dalam ucapan Lebaran.