Srawung Rasa: Pameran Seni Rupa Rekatkan Anak Bangsa
Oleh: Â Suyito Basuki
Bertempat di Peace Village, desa Sinduharja  Ngaglik Sleman Yogyakarta, sejak tanggal 20-26 Desember 2021 ini diselenggarakan pameran seni rupa.  Terdapat 29 orang perupa menyertakan karya lukisnya dalam pameran tersebut, termasuk Godod Sutejo dan Yeny Wahid putri mantan presiden Abdurahman Wahid.  Sebagaimana yang tertulis di buku panduan acara, panitia menyebutkan bahwa pameran ini bertujuan membangun tali komunikasi masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan yang telah terkotak-kotak dengan fitnah dan kebencian.  Dengan demikian akan tercipta rasa damai dan suka ria.  Selain itu, pameran ini juga dalam rangka menyemarakkan Muktamar NU yang akan berlangsung di Lampung tanggal 23-25 Desember 2021.
Ketua IKAISO (ikatan istri seniman Yogyakarta), Titin Sidin yang adalah anak dari pelukis terkenal Tino Sidin memberikan komentarnya bahwa pameran ini menurutnya sangat bermanfaat untuk memotivasi para perupa supaya berkarya setelah masa pandemi covid selama 2 tahun yang sangat berdampak bagi para perupa khususnya.  Syukur-syukur menurut Titin Sidin lebih lanjut, para perupa  diberi hubungan dengan kolektor/penikmat seni untuk kemudian bisa mengoleksi karya seni mereka dan ini akan menyebabkan para  pelaku seni rupa di Yogya menjadi bergairah kembali.
Yeny Wahid, saat bersama melukis di Peace Village, memberi komentar kepada Godod Sutejo yang pada waktu itu melukis keris-keris.  Godod Sutejo yang adalah anggota Tim 9 Keris  Yogyakarta ini memang sedang mempersiapkan sebuah pameran keris dengan disain yang unik yang dibuatnya, hal ini dalam upayanya agar generasi milenial sekarang ini juga mencintai keris sebagai hasil karya para leluhur yang memiliki nilai seni sangat tinggi.  Yeny Wahid yang dalam pameran menyertakan lukisan yang berjudul "Srawung" mendukung penuh usaha Godod Sutejo karena selain batik dan wayang, keris sudah diakui badan Unesco PBB sebagai warisan budaya yang bernilai seni tinggi.
Godod Sutejo dalam pameran ini menampilkan lukisannya dengan tajuk Candi Keemasan Borobudur. Lukisan berukuran 150cmx150cm dengan bahan akrilik on kanvas.  Menurutnya, Borobudur adalah merupakan salah satu keajaiban dunia, masa keemasannya dirasakan mulai hari ini.  Lebih lanjut menurutnya, borobudur merupakan penyambung hubungan antar umat karena selain memang simbolik agama budha, tetapi  juga untuk rekreasi segala umat.  Sehingga dengan demikian menurut pelukis senior ini, nyambung semua dan merupakan ajang silahturahmi antar umat, menjadi  pemersatu karena kesantunan umat budha yang selalu andap asor dan bersifat ngemong, demikian ujarnya.  Direncanakan bulan Januari 2022 nanti, menurut pelukis yang lahir di Wonogiri 1953 lulusan ASRI dan ISI Yogyakarta ini,  juga akan diadakan pameran lukis, harapannya semoga bisa memberikan dan memotivasi masyarakat untuk hidup damai berdampingan meski berbeda agama, suku, ras dan golongan.
Beberapa pelukis menampilkan lukisannya dengan unik. Sigit Srinthil pelukis Jogja ini menampilkan lukisan realistis dengan muka Gusdur sebagai obyeknya. Â Gusdur yang bertelanjang dada dilukis di antara dedaunan pisang. Â Sigit Srinthil yang masih aktif melukis dan mengikuti beberapa pameran ini memberi judul lukisannya: "Mupus". Â Dalam Bausastra Kamus Bahasa Jawa: nyelehake ati lan pikirane (narima) marang lelakon sing disandhang (ditemah) (Bausastra, Kanisius, hal. 644). Dalam terjemahannya bahasa Indonesia kira-kira: Â "mupus" berarti meletakkan hati dan pikirannya, menerima peristiwa yang sedang dialami.