Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Senyap Klakson di Amsterdam

16 Desember 2021   04:56 Diperbarui: 16 Desember 2021   05:02 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: travel.kompas.com

SENYAP KLAKSON DI AMSTERDAM

Oleh: Suyito Basuki

 Saat berkunjung ke Belanda September  tahun 2015 yang lalu, ketika di Amsterdam saya memperhatikan lalu lintas di kota itu.  Jalan-jalan protokol di Amsterdam Belanda, tidak saja dilewati oleh bus, mobil, motor, maupun sepeda, tetapi trem-trem juga ikut lalu lalang. Oleh karena itu, di tengah jalan raya, terdapat rel untuk trem-trem supaya kereta api bertenaga listrik itu dapat melintas. Meski lalu-lintas sibuknya tidak ketulungan, tetapi bunyi  klakson dari kendaraan bermotor  yang berkejaran, nyaris tidak pernah terdengar.

Jalan yang tidak begitu luas seperti  Jalan Nieuwe Spiegelstraat, hanya dilewati oleh mobil, motor, sepeda dan para pejalan kaki.  Para pejalan kaki dan orang-orang yang bersepeda mendapat prioritas utama oleh para pengendara kendaraan bermotor.  Pengendara mobil dan motor memberi kesempatan kepada para pejalan kaki untuk melintas atau menikung di jalan lebih dulu.  Mobil, motor akan menunggu para pejalan kaki itu selesai melintas.  Tidak ada bunyi klakson dari kendaraan bermotor, yang mengekspresikan kegusaran atau keterkejutan para pengendara.

Di sebelah kantor Algemene Doopgezinde Societeit (ADS) -- sebuah kantor sinode gereja Mennonite  Belanda di Amsterdam yang mensponsori kunjungan kami-- terdapat sebuah hotel.  Suatu hari saya menyaksikan, ada sebuah truk tanggung yang berhenti cukup lama di jalan kecil Singelstraat yang terletak di depan hotel itu.  Truk tersebut cukup lama berhenti karena sedang menaikkan barang-barang furniture. Karena jalan itu searah dan tidak bisa dilewati bersimpangan 2 kendaraan mobil, maka kendaraan-kendaraan mobil di belakang truk itu berbaris menunggu pekerja-pekerja hotel selesai menaikkan barang-barangnya ke dalam truk. Tidak ada suara klakson dari satu mobil pun! Para pengendara itu terlihat sabar, menunggu truk itu berjalan. Bagi orang Belanda dan rata-rata orang Eropa pada umumnya yang sangat memperhitungkan waktu, time is money kata mereka, kesabaran mereka itu sungguh sangat mempesona!

Bunyi klakson kendaraan bermotor, secara umum memang bisa menjadi pertanda sebagai sebuah peringatan, permintaan permisi mau lewat mendahului, atau bahkan ucapan terima kasih karena sudah diberi jalan untuk mendahului. Tetapi yang sering terjadi di masyarakat kita adalah bahwa bunyi klakson kendaraan bermotor, lebih untuk mengekspresikan keterkejutan dan kemarahan  pengendara!  Misalnya tiba-tiba ada mobil atau motor nyelonong begitu saja, maka klakson dibunyikan; itu pertanda kaget.  Atau kendaraan yang berada di depan terasa mengganggu perjalanan pengendara di belakangnya; bisa jadi klakson dibunyikan untuk menunjukkan kemarahan si pengendara.

Pernah istri saya, sebelum kami menikah, dia mengendarai mobilnya.  Dari sekolah SMA tempat dia mengajar, jalanan turun dan sampailah di pertigaan jalan raya.  Sebagai orang yang baru saja dapat SIM A, agak grogi, maka dia menunggu jalanan agak sepi untuk berbelok ke jalan raya arah rumah.  Tetapi di belakangnya, kendaraan angkot ternyata tidak sabar.  Klakson dari angkot itu berbunyi bertubi-tubi.  Istri saya gugup sekali mendengar suara klakson itu, sehingga mesin mobil malah mati.  Sejak peristiwa itu dia mengalami trauma menyetir mobil, sampai sekarang ini.

Terlalu sering orang membunyikan klakson kendaraannya, selain bisa membuat polusi suara, juga dapat memicu kemarahan pengendara lainnya. Sehingga yang terjadi  kemudian adalah saling berbalas suara klakson para pengendara. Supaya suara klaksonnya lebih dominan, maka suara klakson mobil  yang nyaring lebih disukai. Malah motor pun kadang menggunakan klakson layaknya suara klakson mobil.  Waduh!

Bersikap sabar dengan tidak selalu gampang membunyikan klakson kendaraan, barangkali adalah sebuah kebijaksanaan yang perlu dilakukan. Selain menjaga ketenangan di area perkotaan, namun yang lebih penting, menunjukkan betapa dewasanya seseorang pengendara terhadap pengendara lain.  Masing-masing pengendara terlihat saling sabar, tidak sombong, saling memahami satu sama lainnya! Betapa indahnya jika saja bisa senyap klakson seperti di Amsterdam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun