RESTO DE WEREDVAN JANSJE MENGUPAYAKAN MANUSIA SETARA
Oleh: Suyito Basuki
Tahun 2015 yang lalu, saya bersama beberapa rekan berkunjung ke Belanda selama 9 hari.  Itu terjadi karena atas sponsor dari Sinode Gereja Mennonite Di Belanda dan difasilitasi oleh sebuah LSM Mennonite Central Comitee (MCC) di  Indonesia.  Saya sendiri utusan dari sinode gereja kami, yakni Sinode GITJ (Gereja Injili di Tanah Jawa) yang berpusatkan di kota Pati, Jawa Tengah.  Kami berkunjung di beberapa kota antara lain Leuwardeen, Haarlem, Amsterdam dan beberapa kota lainnya.  Di kota Haarlem yang saya perhatikan, ada sebuah resto yang bernama de Weredvan Jansje.  Jansje adalah nama seorang wanita yang sejak kecil tinggal di rumah piatu yang dikelola oleh gereja mennonite di Haarlem.  Saat ia meninggal, hartanya yang tersisa kemudian diserahkan kepada gereja supaya dapat digunakan untuk kebutuhan pelayanan sosial atau diakonia.
Terinspirasi dengan Jansje, gereja mennonite di Haarlem kemudian membuat sebuah resto dengan memakai nama Jansje itu. Â Sebenarnya lokasi di jalan Grote Houtstraat Haarlem, daerah pertokoan tempat restoran itu berada, tidak diijinkan didirikan sebuah resto, karena bisa menjadikan riuh rendah daerah itu. Â Tetapi karena resto de Weredvan Jansje memiliki tujuan sosial dan gerejawi, maka pemerintah mengizinkan resto itu dibuka, dan itu berarti resto de Weredvan Jansje menjadi satu-satunya resto yang ada di daerah itu.
Meski kami yang sedang melakukan kunjungan ke gereja-gereja mennonite di Belanda, bisa menemukan menu-menu yang tertera di daftar menu resto de Weredvan Jansje di resto-resto lain di kota Haarlem, tetapi kami akan tetap merasakan suatu perbedaan. Resto de Weredvan Janse ini mempekerjakan orang-orang yang disabilitas. Â Sebut saja salah seorang dari mereka adalah Sonja (36 th). Â Sonja memiliki tinggi badan berkisar 110 cm. Â Dari wajahnya dan logat bicaranya, orang bisa melihat dengan jelas bahwa wanita muda ini menyandang disabilitas, barangkali semacam autis atau keterbelakangan mental lainnya.Â
Resto de Weredvan Jansje yang merupakan bagian pelayanan diakonia gereja mennonite di Haarlem ini, memang sengaja mempekerjakan orang-orang yang semacam itu, supaya mereka yang memiliki keterbelakangan  mental tetap merasa dimanusiakan, dibuat setara sebagai manusia dan tetap dapat melakukan sesuatu yang membuatnya menjadi orang yang berguna.  Memang terhadap pekerja resto ini ada seorang karyawan yang mengarahkan mereka supaya pekerjaannya menjadi efektif dan efisien.  Meski pada awal-awalnya resto de Weredvan Jansje ini merugi secara finansial, tetapi mereka tetap merasa untung karena berkesempatan melihat orang lain yang tersisih bisa tersenyum karena mereka diterima dan dimanusiakan dengan wajar!
Terbitnya Undang-Undang no. 8 th 2016 tentang penyandang disabilitas yang diresmikan oleh Presiden Jokowidodo yang adalah merupakan penyempurnaan Undang-Undang  no. 4  th 1997, memberikan legitimasi  terhadap usaha-usaha pemerintah atau lembaga apa saja di masyarakat untuk mengupayakan kesetaraan para penyandang disabilitas ini dengan sesamanya manusia.  Dalam Undang-Undang no. 8 th 2016 Pasal 2 terdapat perspektif maupun tindakan terhadap para penyandang disabilitas ini berdasarkan asas:  Penghormatan terhadap martabat; otonomi individu; tanpa diskriminasi; partisipasi penuh; keragaman manusia dan kemanusiaan; kesamaan kesempatan; kesetaraan; aksesibilitas; kapasitas yang terus berkembang dan identitas anak; inklusif; dan perlakuan khusus dan pelindungan lebih.
Oleh karenanya, proyek-proyek sebagaimana yang dikerjakan oleh Resto de Weredvan Jansje  semacam ini mungkin perlu dilakukan di mana pun dan oleh siapa pun, saat orang memikirkan untuk memuliakan orang lain di sekitarnya: barangkali ada orang-orang yang mengalami nasib yang tidak bagus dalam hidupnya, karena memiliki tingkat kesehatan fisik maupun mental yang kurang memadai.  Penerimaan terhadap mereka dengan tulus dan usaha-usaha membantu mereka supaya dapat melakukan sesuatu, sehingga mereka merasa berguna, barangkali hal-hal itulah yang perlu dilakukan untuk membuat sebuah kesetaraan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H