Mohon tunggu...
suyitno
suyitno Mohon Tunggu... Teknisi - Dari pengalaman kita punya cerita

Jangan patah semangat jadilah manusia yang dimanusiakan orang lain dan jadilah lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terbujuk Secangkir Kopi

1 Oktober 2021   12:00 Diperbarui: 1 Oktober 2021   18:50 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi @hotroxxkustom


Matahari mulai menitik diatas kepala.

Angin berhembus menyapu debu di tanah.

Gemuruh suara mesin pun terhenti seketika.
Hanya terdengar langkah kaki berlarian.
 
Aku pun terbujuk berlari demi secangkir kopi yang sudah dinanti sejak pagi.

Keringat mengucur didahi.

Rasa lelah terobati meski beban berat masih menanti.

Hitam warnamu.
Pahit rasamu.
Tapi nikmatmu sampai keulu hati.
Dan menyatu dalam diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun