Mohon tunggu...
Suyatno
Suyatno Mohon Tunggu... Lainnya - wirawiri

Bachelor of Law at UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung 2024

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Merenungi Ambisi Akademik Melalui Logika dan Hati

19 Januari 2025   14:21 Diperbarui: 19 Januari 2025   14:21 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Keluarga di Pantai. Sumber gambar: Pinterest

Hidup sering kali menghadapkan kita pada pilihan-pilihan yang melibatkan perdebatan logika dan hati. Dalam perjalanan menempuh pendidikan, memiliki kesempatan besar untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi adalah salah satu contohnya.  Mengapa demikian? di balik kesempatan tersebut, ada tanggung jawab yang tidak dapat diabaikan, sebuah tanggung jawab yag tidak dapat didelegasikan kepada siapapun.

Bagi penulis yang berasal dari keluarga biasa yang cenderung berpendidikan rendah, setiap langkah pendidikan merupakan hasil dari perjuangan keras dan pengorbanan yang penuh emosional. Rekam jejak pendidikan akan disorot untuk dijadikan figure dalam memotivasi generasi berikutnya. Semnagat orang tua yang bekerja tanpa mengenal lelah, baik saat panas terik ataupun hujan, akan selalu menjadi pahlawan tanpa tanda jasa yang memastikan anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan dengan maksimal. Perjuangan mereka tidak hanya fisik, tetapi juga emosional.  Setiap tenaga dan waktu yang dikorbankan memupuk harapan besar bahwa setiap tetes keringat yang akan berbuah manis terhadap anaknya.


Siapa yang tidak senang memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang megister? Ketika peluang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang magister datang, rasa bangga dan keinginan untuk terus belajar akan menyelimuti hati seseorang. Namun akan jadi berbeda apabila perasaan ini terbentur dengan kesadaran akan tanggung jawab. Impian itu memang indah, tetapi di sisi lain ada keluarga yang berharap bisa menikmati hasil dari perjuangan panjang mereka saat anaknya menyelesaikan pendidikan strata satu dan kemudian bekerja. Dilema ini menunjukkan bagaimana berharganya cinta dan rasa tanggung jawab terhadap orang tua.


Seandainya ada bantuan finansial dari pihak luar sebagai jalan tengah, tetap ada biaya dan pengorbanan yang harus ditanggung oleh keluarga. Dalam hal ini, akses finansial yang lebih baik seharusnya dapat digapai, disamping berambisi mengejar pendidikan untuk pribadi. Keputusan menunda impian demi memberikan kelayakan kepada keluarga agar dapat beristirahat dan menikmati kehidupan masa senja merupakan bentuk kasih sayang yang mendalam. Ini bukanlah tanda menyerah pada impian, tetapi sebuah prioritas yang lahir dari rasa hormat dan cinta.


Hemat penulis, keberhasilan tidak selalu diukur dari seberapa tinggi gelar yang diraih, namun juga dari bagaimana seseorang mampu membuat orang-orang terdekat merasa bahagia. Tanggung jawab terhadap keluarga sebagai prioritas itu juga merupakan bentuk kesuksesan yang mulia. Ada semacam ketukan nurani dalam sebuah pilihan untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga, bahkan jika itu berarti menunda sejenak ambisi pribadi.


Setiap impian memiliki waktunya sendiri. Mungkin hari ini kita tidak bisa menggapai impian, tapi bisa jadi generasi berikutnya dapat mewarisi impian ini untuk diraih. Ketika saat itu tiba, langkah akan lebih sempurna karena tidak ada beban moral yang mengganjal hati. Kita harus paham, bahwa dunia selalu memberikan ruang untuk mereka yang bersabar, yang memahami bahwa kebahagiaan sejati adalah melihat senyum di wajah keluarga yang telah berkorban demi kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun