Mohon tunggu...
Suyatno
Suyatno Mohon Tunggu... Lainnya - wirawiri

Bachelor of Law at UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung 2024

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menertawakan Diri Sendiri

5 Oktober 2024   12:52 Diperbarui: 5 Oktober 2024   12:56 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan, kita pasti pernah berada pada titik di mana rutinitas sehari-hari terasa seperti jalan di tempat. Mulai dari bangun pagi, mencari kesibukan, berurusan dengan tugas yang sama, hingga sore tiba dan mengulanginya lagi esok harinya. Segala sesuatu terasa monoton, dengan alih-alih bergerak maju, kita justru malah seperti terjebak dalam lingkaran yang tiada habisnya.

Saat keadaan tersebut melanda, berbagai pikiran aneh mulai muncul di kepala. Ada kalanya kita hanya ingin berdiam diri tanpa melakukan apa-apa, sekadar mengistirahatkan tubuh dan pikiran dari segala beban, atau bermain mobile legend untuk menyegarkan pikiran tapi nyatanya di troll oleh beban tim yang sok asik. Di lain waktu, mungkin kita juga berbicara dengan diri sendiri, melontarkan pertanyaan-pertanyaan konyol yang sebenarnya tidak butuh jawaban. "Apakah selamanya aku terus begini?" atau "Kapan aku benar-benar bisa menikmati hidup?" dan kita pun mulai tertawa kecil mendengar pikiran-pikiran itu. Apakah ini tanda stres? Bisa jadi tapi ini juga cara sederhana untuk menjaga kewarasan di tengah rutinitas yang terasa stagnan.

Menertawakan diri sendiri adalah bentuk "shock therapis" yang unik. Saat kita menyadari betapa seriusnya kita memandang segala hal dengan segala idealnya, sesekali tertawa atas kekonyolan diri sendiri bisa jadi penyegaran mental. Ketika rutinitas yang sama terus-menerus kita lakukan dan mulai memicu kebosanan, hal-hal kecil seperti mengolok-olok diri sendiri, memberikan demotivator, atau suggest bisa menjadi terapi. Ini bukan bentuk penyangkalan, tapi merujuk pada cara untuk bagaimana melepaskan beban sejenak.

Bayangkan, setiap hari kita melakukan rutinitas, menyelesaikan tugas, dan berpikir keras tentang masa depan, tetapi kadang kita lupa untuk menikmati momen. Lupa bahwa hidup tidak bisa bim salabim langsung ada, tapi juga tentang proses dan kemampuan diri, termasuk hal-hal "radikal" ditengah stress yang menguasai. Untuk memaksa diri kita bertarung dengan rasa takut agar bisa melompat lebih jauh.

Kenapa memilih menertawakan diri sendiri sebagai pelarian stress? Ya kalau menertawakan orang lain bisa saja dosa. Tapi bukan itu, menertawakan diri sendiri adalah bahwa kita bisa mengontrol respons kita terhadap situasi. Daripada stres menghadapi keadaan yang belum potensial atas harapan kita, kita bisa memilih untuk melihat sisi lucu dari situasi tersebut. Misalnya, ketika kita dicemooh oleh orang karena belum memiliki pekerjaan tetap, kita bisa berkata, "Tuhan itu memberikan waktu salah satunya untuk dinikmati, cara menikmati waktu ya dengan bekerja seadanya seperti ini," lalu tertawa kecil. Ini membantu meredakan ketegangan dan memberikan sudut pandang baru yang lebih santai.

Tak jarang, menertawakan diri sendiri juga bisa menjadi pengingat bahwa hidup tidak selalu harus serius. Kalau kata teman penulis "Nikmati aja dulu masa sekarang, jangan ambil pusing apa lagi ingin bunuh diri kaya di berita berita sekarang". Dengan nada bercanda sambil tersenyum tipis. Kita adalah manusia, bukan mesin. Ada kalanya kita lelah, bosan, bahkan depresi untuk menentukan tujuan hidup. Di saat-saat seperti itu, tawa bahkan yang ditujukan untuk diri sendiri bisa menjadi penyelamat yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun