Dalam kehidupan sehari-hari, saya sering menemui keberadaan perokok di berbagai tempat seperti di kantor, pasar, hingga ruang publik yang kemudian sudah menjadi pemandangan umum. Kebiasaan merokok ini sering kali dimulai dari dorongan lingkungan atau ketersediaan rokok itu sendiri. Bagi para perokok, aktivitas ini memberikan sejumlah manfaat yang mereka rasakan, seperti mengurangi stres, memberikan kenikmatan tersendiri, hingga memudahkan interaksi sosial.
Sebagai orang yang tidak merokok, saya beberapa kali mengamati kawan yang merupakan perokok. Tidak jarang, ketika seseorang berkenalan dengan orang baru, basa-basi seperti menawarkan rokok atau meminjam korek menjadi pembuka atau pemantik percakapan, sudah seperti pendahuluan. Situasi ini kerap saya temui dalam berbagai kesempatan. Namun di balik manfaat yang dirasakan oleh perokok, ada dampak lain yang sering kali tidak disadari oleh mereka, tapi dalam hal ini saya menyadari satu hal dari seorang perokok.
Rokok Sebagai Penunda Waktu
Salah satu pengaruh yang sering tidak disadari adalah bagaimana rokok dapat memengaruhi manajemen waktu, baik bagi perokok itu sendiri maupun orang di sekitarnya. Contoh sederhana adalah ketika kita sedang berkumpul dengan teman yang merokok. Saat akan mengajak ia (perokok) pergi atau pamit, sering kali kita mendengar ungkapan seperti "nanti dulu, nanggung rokoknya bentar lagi habis" atau "bentar ya, satu batang lagi nanti kita pergi". Tanpa kita sadari, perokok sering kali menunda aktivitas bersama hanya karena keinginan untuk menyelesaikan rokoknya terlebih dahulu.
Pengaruh Terhadap Komitmen Waktu
Tidak sampai disitu, kebiasaan ini juga dapat mempengaruhi komitmen waktu saat hendak menghadiri suatu acara atau menyelesaikan urusan penting. Misalnya, saat kita memiliki janji bertemu di waktu tertentu, namun karena kebiasaan merokok, waktu tersebut sering kali tergeser.Â
Ada teman saya, sebut saja Samsul, kami pergi bersama untuk melihat usaha donat yang akan kami jadikan pemasok. Ia dengan santainya masih menghisap rokok padahal kami sepakat untuk pulang saat waktu sore tiba. Alhasil kami pun tanpa disadari, saya yang tidak merokok turut terpengaruh oleh kebiasaan perokok ini, bahkan hingga menyebabkan ketidaknyamanan atau keterlambatan.
Realita yang Harus Dihadapi
Fenomena ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok bukan hanya memberikan pengaruh positif seperti yang dirasakan oleh perokok itu sendiri, tetapi juga memiliki konsekuensi sosial yang jarang orang sadari. Ini menjadi sebuah realita yang perlu diperhatikan oleh para perokok, terutama dalam menjaga hubungan dan komitmen dengan orang lain yang tidak merokok.
Sadar atau tidak, kebiasaan ini acapkali menjadi penghambat dalam berbagai situasi sosial. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita mulai lebih peka terhadap dampak kebiasaan merokok ini, bukan hanya untuk kesehatan, tetapi juga dalam konteks hubungan sosial dan pengelolaan waktu yang lebih baik.