Mohon tunggu...
Suyatno
Suyatno Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fresh Graduate

Hai, nama saya Suyatno. Hobi saya adalah menulis. Saya menyukai menulis karena bagi saya menulis menjadi ruang untuk mengekspresikan ide dan kegelisahan atas sesuatu. Tulisan saya banyak terinspirasi dari nilai-nilai dan etik yang saya temukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, menulis juga bagi saya adalah tempat belajar yang menarik karena dengan menulis saya dapat melihat kekurangan yang ada pada diri saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Santri Kalong dan Pesantren

15 Januari 2024   15:25 Diperbarui: 15 Januari 2024   15:45 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pondok pesantren telah menjadi bagian penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Bangsa yang besar ini dikenal dengan masyarakatnya yang ramah dan sopan. Hal tersebut tidak lepas dari adanya pondok pesantren sebagai sentra pendidikan akhlak di tengah-tengah masyarakat. Sebagaimana yang kita tahu, Nabi diutus oleh Allah SWT untuk memperbaiki akhlak manusia dan menyempurnakannya. Oleh sebab itu, pendidikan agama adalah penting untuk diajarkan kepada seseorang sedini mungkin bahkan sejak di dalam kandungan. Pondok pesantren telah menjadi wadah dalam memberikan pendidikan agama kepada masyarakat, khususnya anak-anak. Mereka yang akan menjadi generasi penerus tentu perlu diajarkan pendidikan agama yang baik, agar suatu saat nanti budaya dan ciri khas bangsa Indonesia tidak luntur oleh perkembangan zaman.

 

Pentingnya pondok pesantren tidak hanya soal membentuk akhlakul karimah. Di zaman sekarang pondok pesantren juga memfasilitasi pengajaran ilmu formal, jadi setiap orang yang mondok tidak hanya dibekali ilmu agama. Tapi juga dibekali dengan pengetahuan umum sehingga memiliki pengetahuan yang komprehensif, dan ketika mereka lulus nanti, menjadi bagian dari masyarakat, maka akan siap secara lahir maupun batin. Keberadaan pondok pesantren saat ini bisa kita temui di kota maupun di desa. Kemudahan akses yang terbuka lebar seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Namun di era globalisasi ini, banyak dari anak-anak sampai orang dewasa terpengaruh oleh budaya luar. Dimana budayanya cenderung mengabaikan nilai-nilai agama, sehingga berdampak pada kebiasaan mereka yang bergeser secara signfikan menjauhi ajaran-ajaran agama.

Menghadapi tantangan ini, salah satu solusi yang menurut penulis harus digunakan adalah mengenalkan pendidikan agama dan budaya pesantren kepada masyarakat luas. Perilaku tawadhu, mendahulukan akhlak sebelum ilmu, mencintai dan menghormati orang tua atau guru, serta fastabikul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan) adalah beberapa nila-nilai luhur yang harus dimiliki setiap orang. Dalam mengenalkan nilai-nilai ini diperlukan media atau sosok yang menjadi garda terdepan dalam mengajarkan nilai agama kepada masyarakat. Salah satunya adalah ajeungan atau Kyai Kampung yang senantiasa mengajarkan kebaikan kepada masyarakat pedesaan, khususnya anak-anak. Melihat pengajaran agama di desa kadang kala cukup memprihatinkan. Sebab disamping terbatasnya tenaga pendidik, juga kadang kala harus bertahan dengan sarana dan prasarana seadanya. Sosok Kyai Kampung merupakan garda terdepan untuk "memerangi" pengaruh negatif budaya luar dengan terus mengajarkan nilai nilai agama.

Kyai Kampung adalah sosok sentral dalam sebuah masyarakat pedesaan. Beliau adalah seorang pengajar kesalehan, membimbing masyarakat berakhlakul karimah secara individual dan secara sosial. Kyai Kampung tidak mempunyai lembaga pesantren, tetapi memiliki kedudukan dan tugas seperti halnya pemimpin pesantren. Kyai Kampung mengajarkan nilai agama dan budaya pesantren melalui pengajaran di masjid-masjid, langgar dan madrasah sebagai tempat pendidikan bagi anak-anak sampai bagi orang tua. Keiklasan, kesabaran dan ketekunannya menunjukan sikap dan nilai-nilai luhur pondok pesantren. Mengajar dan mendidik santrinya tanpa mengharapkan bayaran atau imbalan dan hidup sederhana semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT. Mereka hanya mengingikan apabila kelak santrinya menjadi orang sukses, ia menjadi orang sukses yang dermawan. Ketika menjadi pejabat, ia menjadi pejabat yang baik dan jujur.  

Anak-anak atau remaja yang nyantri kepada Kyai Kampung disebut sebagai Santri Kalong. Kalong berarti kelelawar, dan kelelawar beraktivitas ketika malam hari. Sama halnya dengan Santri Kalong yang hanya ngaji ketika malam hari (biasanya mulai sebelum magrib) ketika siang mereka sekolah formalseperti anak pada umunya. Mayoritas Santri Kalong tidak mukim di pondok pesantren, melainkan tinggal di rumah masing-masing. Konsepnya adalah seorang anak yang ketika siang belajar di sekolah, kemudian ketika malam mereka pergi ke langgar, masjid, atau bahkan kediaman (rumah) Kyai Kampung untuk belajar mengaji Al Quran, fiqh, aqidah, akhlak dan seterusnya. Selepas mengaji selesai mereka akan kembali ke rumahnya masing-masing. Santri Kalong adalah santri yang mendapatkan pendidikan agama yang hanya melalui pengajaran konvensional di sekitar tempat tinggalnya.

Santri kalong menjadi pintu masuk pengenalan budaya pesantren. Melalui pengajaran oleh Kyai Kampung anak-anak yang tidak mondok di pondok pesantren bisa menerima kemulian ajaran agama. Secara langsung Kyai Kampung membina anak-anak muda, memperbaiki akhlaknya, sholatnya, tingkah laku, dan tutur katanya. Dengan adanya pendidikan agama di langgar dan masjid-masjid harapannya kedepan mereka (anak-anak) tertarik dengan dunia pondok pesantren. Ada beberapa juga orang tua yang mengirimkan anaknya ke pondok pesantren melalui Kyai Kampung. Rata-rata mereka orang tua meminta saran atau rujukan kepada Kyai Kampung, dimana pondok pesantren yang baik untuk anaknya. Dari sini terlihat peran Kyai Kampung sebagai figur yang mengenalkan nilai luhur pondok pesantren dan pendidikan agama kepada masyarakat pedesaan.

Status Santri Kalong sebenarnya adalah media pengenalan nilai-nilai pondok pesantren. Di era globalisasi saat ini, anak-anak terus melihat berbagai tontonan yang kurang mendidik. Sehingga harus ada nilai yang membantu mereka sebagai suatu filter untuk menyaring mana yang baik dan mana yang buruk. Sering kali perilaku anak-anak dan remaja dipengaruhi oleh pergaulan dan lingkungannya. Ini karena jiwa mereka penuh dengan rasa ingin mencari tahu. Jika kita melihat pada hari ini, bagaimana mirisnya pergaulan anak-anak dan remaja. Banyak yang menyusahkan, melawan, dan tidak menghormati orang tua. Oleh sebab itu, untuk menepis segala hal negatf dari suatu pergaulan, anak-anak perlu diajak untuk mengaji, mendatangi langgar atau masjid dan nyantri kepada Kyai Kampung. Sehingga ketika mereka sudah megenal pendidikan agama, insyaAllah mereka tidak akan mudah salah bergaul karena akhlaknya sudah dihiasi oleh kebaikan.

Pesantren ibarat sebuah rumah yang di dalamnya terdapat cahaya dan santri kalong adalah pintu rumahnya. Untuk bisa mendapatkan pancaran cahaya tersebut tentu harus masuk ke dalam. Jika ingin masuk ke rumah, maka harus melalui pintu, dan yang membukakan pintu tersebut adalah kyai kampung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun