Perjalanan menuju ke Jepara untuk melihat lebih dekat acara Musabaqoh Qiro'atil Kutub (MQK) tahun 2017 di Pondok Pesantren Raudlatul Mubtadiin Jepara dimulai dari Stasiun Solo Balapan. Pagi hari kami berlima sudah tiba dan bersiap di stasiun Solo Balapan karena perjalanan kereta Kalijaga tujuan Semarang akan diberangkatkan tepat pada pukul 5.20 wib. Perjalanan dari kota Semarang menuju Jepara dilanjutkan dengan menggunakan bus. Â
Sesampainya di kota Semarang, kita telah ditunggu teman-teman kompasianer lain yang sudah bersiap untuk menuju ke Jepara. Perjalanan bus saat akan meninggalkan kota Semarang sempat terganggu dengan adanya banjir rob yang mengenangi kawasan jalan Kaligawe -- Semarang sehingga menyebabkan kemacetan yang lumayan parah.
Ditengah perjalanan yang tersendat kita bisa melihat banyaknya baliho yang terpasang dipinggir jalan yang menyambut peserta dan perhelatan MQK, seolah secara langsung membawa atmosfer MQK dalam perjalanan awal kita.
Apa sih MQK itu?
Kita sering mendengar dan familiar dengan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ), namun bagi kalangan umum kita kurang familiar dengan MQK. Musabaqoh Qiro'atil Kutub (MQK) merupakan lomba membaca dan memahami isi kandungan kitab kuning tingkat nasional. Pesertanya berasal dari seluruh pondok pesantren di Indonesia.
Dan tahun 2017 telah memasuki penyelenggaraan MQK yang keenam yang berlangsung mulai tanggal 29 November hingga 7 Desember 2017, dimana kali ini Pondok Pesantren Raudhatul Mubtadiin, Jepara yang menjadi tuan rumahnya.
MQK tahun ini mengusung tema "Dari Pesantren untuk Penguatan karakter dan Kepribadian bangsa". Dalam kesempatan pembukaan pada 1 Desember kemarin, Menteri Agama lukman Hakim Saifuddin menyebut Musabaqoh Qiro'atil Kutub (MQK) tingkat nasional adalah 'olimpiade'nya pondok pesantren.Â
Kegiatan tiga tahunan ini menjadi ajang silaturahmi, lomba, dan kajian kitab kuning bagi kalangan santri dari berbagai daerah dari seluruh penjuru tanah air. Selain itu kegiatan MQK diharapkan menumbuhkan sebuah paradigma para santri untuk bisa mengkaji yang membutuhkan kemampuan logika, rasionalitas, olah pikir serta daya pikir kritis.
Lebih lanjut beliau mengatakan, bahwa MQK nasional merupakan suatu momentum mengenalkan kepada seluruh kalangan, bahwa belajar Islam itu idealnya harus melalui pesantren atau majelis ilmu yang istiqomah. Karena di pesantren diajarkan mengkaji melalui kitab kuning oleh seorang ustadz/ustadzah bahkan pemilik pesantren langsung, bukan belajar asal dari internet yang belum jelas gurunya sehingga kita bisa mengenal dan memahami Islam secara mendalam dan tidak mudah terjerumus ke dalam Islam konservatif dan gampang menyalahkan orang lain.
Kegiatan ini diselenggarakan setiap 3 tahun sekali. Namun mulai tahun ini akan digelar tiap 2 tahun. Kegiatan ini menjadi media memperdalam ilmu sekaligus mengukur kemampuan ilmu Islam. Untuk tahun 2017 total ada 1.083 peserta Musabaqah Qiro'atil Kutub dari seluruh propinsi di Indonesia.