[caption caption="(Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersama sejumlah menteri termasuk Gubernur NTT Frans Lebu Raya serta rombongan, ketika meninjau proyek IPP PLTS 5 MWp di Desa Oelpuah, Kupang Tengah, NTT, pada Minggu, 27 Desember 2015. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana) "][/caption]“Independent Power Producer Pembangkit Listrik Tenaga Surya (IPP PLTS) 5MWP terbesar dalam sejarah Indonesia, berada di Kupang. Proyek ini yang pertama bisa dikerjakan dalam 9 bulan merupakan bauran energi, kombinasi ramah lingkungan. Pemerintah ingin memperbesar penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT). PLTS seperti ini, nantinya akan dikembangkan terutama di pulau-pulau yang sulit terjangkau oleh pembangkit listrik dari sumber fosil. Pemerintah akan terus bekerja mewujudkan pemenuhan kebutunan listrik nasional.”
Demikian kalimat yang disampaikan oleh presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo dalam facebook fanpagenya menyambut peresmian IPP PLTS di Kupang, 27 Desember 2015 kemarin.
Hebatnya, dua blogger kompasiana turut menjadi saksi sejarah baru ini. Adalah Iskandar Zulkarnaen dan R. Gapel Fadli yang berkesempatan mengikuti kunjungan kerja bersama presiden Jokowi.
Mengutip reportase R. Gapel Fadli, PLTS berkekuatan 5 MWp (megawatt peak) hasil karya anak bangsa ini menjadi PLTS terbesar se-Indonesia, Presiden Joko Widodo berujar, penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) baik tenaga surya maupun tenaga hidro akan terus dikembangkan. Kombinasi seperti ini ramah lingkungan. “Provinsi NTT saat ini masih kekurangan listrik. Kebutuhan kapasitas listrik untuk NTT ini adalah sebesar 50 MW. Meski PLTS ini hanya memiliki kapasitas kekuatan sebesar 5 MW tapi, nanti pada tiga bulan mendatang akan segera merapat kapal listrik apung ke sini, dengan membawa daya listrik berkapasitas 60 MW. Artinya, kalau semua sudah berjalan, maka kebutuhan listrik di NTT akan tercukupi,” urai Presiden Joko Widodo yang didampingi Menteri Energi Sumber Daya Mineral Sudirman Said, Gubernur NTT Frans Lebu Raya, dan Dirut PT LEN Industri Abraham Mose.
Sebelumnya Presiden Joko juga menyinggung soal energi terbarukan dalam peresmian PLTP Kemojang V
"Sebagai negeri yang masuk kategori kawasan cincin api, sejatinya menyimpan banyak potensi panas bumi. Harus disikapi sebagai berkah tersembunyi, dan kita harus mengolahnya. Bahkan sampah, kotoran ternak dan sejenisnya merupakan potensi energi. Sebagai bahan bakar, ia ramah lingkungan. Kandungan CO2 hasil pembakarannya sangat kecil. Aman.
Gas rawa yang tersembunyi di balik gambut juga merupakan potensi energi yang leluasa dikembangkan, terutama di luar Pulau Jawa, untuk pembangkit skala kecil. Kita sudah punya cukup banyak hasil studi dan penelitian sehingga tahu peta persebaran potensinya, baik di Jawa, Sumatera maupun Kalimantan. Tinggal kita olah dan maksimalkan. Semoga kelak negeri kita makin maju. Adalah tugas kiita semua: pemerintah, swasta dan masyarakat untuk bersama-sama mengeksplorasi sambil menjaga kelestarian lingkungan.” ungkap Jokowi sebagaimana ditulis dalam fanpage beliau sesaat sebelum meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas (PLTKP) Kemodang V di Garut, Jawa Barat. Proyek ini merupakan proyek lanjutan dari beberapa proyek percepatan penggunakan energi terbarukan sebelumnya.
[caption caption="Proyek Panas bumi Pertamina (foto: liputan6.com)"]
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit V Kamojang memiliki kapasitas 30 MegaWatt yang dibangun Pertamina Geothermal Energy (PGE). Ini merupakan bentuk optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan sebagaimana disampaikan oleh Direktur Hulu pertamina, Muhammad Husen "Proyek dari Pertamina Geothermal Energy ini bagian dari tekad Pertamina mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan, terutama panas bumi,".
PLTP Unit V Kamojang yang dikelola PGE merupakan pengembangan dari empat unit PLTP yang sudah ada dengan kapasitas terpasang. Pembangkit PLTP di Kamojang sendiri mulai beroperasi pada 1982 dengan kapasitas sebesar 30 MW. PGE juga terus melanjutkan pengembangan lapangan panas bumi di Lahendong, Sulawesi Utara, dan pengembangan itu untuk pasokan uap ke PLTP Unit IV Lahendong yang dioperasikan PT PLN (Persero) dengan kapasitas terpasang 20 MW. PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menargetkan produksi listrik dari panas bumi sebesar 2.300 megawatt (MW) hingga 2025, “Jadi, apabila seluruh proyek tersebut tuntas kelak kapasitas produksi listrik panas bumi Pertamina Geothermal akan mencapai 2,3 gigawatt (GW),” kata Rony Gunawan, Presiden Direktur Pertamina Geothermal.
Selain dua proyek tersebut, masih banyak proyek yang disiapkan pemerintah untuk mendukung penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) sebut saja PLTP Sarulla Unit-1 berkapasitas 110 MW, Ulubelu Unit-355 MW, dan Karaha 30 MW. Ketiga proyek ini di targetkan akan siap beroperasi pada tahun 2016. Ini baru bagian kecil dari 12 PLTP yang sempat mangkrak.