Mohon tunggu...
Dimas Suyatno
Dimas Suyatno Mohon Tunggu... Wiraswasta - Suka jalan-jalan di akhir pekan

Suka trevelling, tinggal di Solo | @dimassuyatno Bisa dihubungi via email thezatno@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sepotong Cerita Menuju Kompasianaval

17 November 2012   01:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:13 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya berangkat juga ke Kompasianaval.. Bahkan jauh sebelum acara Kompasianaval saya sudah datang, keliling ibukota menyambangi sanak saudara. kalau istilahnya jokowi silaturahmi dan miderprojo. Dan tentunya dilanjutkan dengan wisata ala orang desa. Saya berangkat bersama istri, Dewi Anggrahini yg juga barusan jadi Kompasianer dengan naik kereta. Ada alasan khusus kenapa saya memilih kereta. Kata teman saya katanya kereta kelas ekonomi sekarang lebih tertib, tempat duduknya sama dengan jumlah penumpang, pengawasannya lebih ketat dan tidak ada pengamen. Betul saja, saat akan naik penumpang diarahkan langsung ke nomer urut gerbong. Nomer duduk pun harus sama dengan tiket. Beda dengan dulu, "uyel-uyelan" saling berebut tempat duduk; bahkan terpaksa berdiri jikalau tdk kebagian tempat. Ada cerita seru di kereta, seorang bapak sempat adu mulut dengan seorang ibu yang memiliki nomer kursi yang sama.  Saya sempat berfikir ini pasti karena kesalahan komputerisasi, karena sistem online yang belum sempurna. Setelah tidak menemukan jalan "damai", akhirnya mereka memanggil petugas  KA. Dua tiket diminta, dan ...jeng..jeng...ternyata si bapak salah jadwal. Harusnya di berangkat esok hari. Alhasil dengan terpaksa Bapak yg naik dari Stasiun Klaten ini diturunkan di stasiun Tugu Jogja. Seorang penumpang yang duduk didepanku bilang, memang sekarang lebih ketat. Saat pemeriksaan nama ditiket beda dengan nama di KTP saja akan diturunkan paksa. KAI memang lebih tertib, cuman memang pedagang dan pengamen masih ada. Lanjut cerita selanjutnya...hari pertama saya sempatkan ke TMII. Kami berdua plus adik ponakan naik kendaraan umum. Saya kurang tau, menurut ponakan saya si sopir memotong jalur. Sehingga kami turut bukan di pintu utama TMII atau pintu utara, tapi dipintu "belakang". Ketika mau turun dari mikrolet, sempat ragu, jangan-jangan ditipu. Sopir bilang potong jalan untuk ngejar jam dan ngasih tau kalau nanti lewat pintu "khusus". Bener saja kami jalan melewati perumahan karyawan TMII dan masuk dari pintu masuk yang biasa digunakan karyawan. Akhirnya masuk TMII tanpa tiket masuk. Demikian sekilas cerita ...sampai ketemu di Kompasianaval sesaat lagi. Spoiler for foto jepretan usil :

[caption id="attachment_223954" align="alignnone" width="640" caption="DUGEM : Jurusan cileDUG - GEMolong"]

13531151011064897775
13531151011064897775
[/caption] [caption id="attachment_223955" align="alignnone" width="640" caption="Perasaan karikaturnya nggak mirip Jokowi"]
1353113384645326099
1353113384645326099
[/caption] [caption id="attachment_223959" align="alignnone" width="640" caption="*Foto nggak penting..abaikan"]
1353113691594470365
1353113691594470365
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun