Mohon tunggu...
Suyadi Tjhin
Suyadi Tjhin Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa

Who Moved My Cheese?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Signifikansi Epistemologi Pendidikan dalam Jemaat

4 Februari 2019   12:10 Diperbarui: 4 Februari 2019   12:34 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.sagemontchurch.org

 Mengapa Epistemologi Pendidikan Dalam Jemaat

Epistemologi pendidikan dalam jemaat diperlukan karena banyaknya berita atau ajaran yang beredar bebas sekarang, sehingga jemaat tahu dan memiliki sedikit pengetahuan untuk menjustifikasi berita atau ajaran tersebut sehingga dapat menilai sejauh mana berita tersebut benar dan dapat dipercayai.   

Jemaat mengerti bahwa sebuah ajaran walaupun ajaran yang diambil dari Alkitab namun bisa salah, karena tergantung pada tafsiran atau teolognya.  Hal ini sudah dibuktikan dalam sejarah, misalnya adanya perbedaan pendapat tentang bentuk bumi antara pihak gereja dengan pihak ilmuwan dan ternyata pihak gereja salah dan pengetahuan benar. 

Kesalahan gereja bukanlah kesalahan Alkitab. Untuk itu ilmu pengetahuan yang ada serta otak atau intuisi yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia tetap harus dipertimbangkan atau dilihat, karena seluruh ilmu pengetahuan dan otak serta nurani manusia seperti yang disebutkan Frame sebagai perspektif situasional dan eksistensial merupakan karunia Allah atau wahyu umum Allah. Namun Alkitab tetap harus yang menjadi perspektif yang tertinggi otoritasnya.  Untuk itu perlu ada analogis yang baik serta mencari sintesisnya. 

Berdasarkan Roma 1: 18-20 memberitahukan bahwa seharusnya seluruh ilmu yang ada menyatakan kebesaran Allah, seperti John M. Frame mengatakan bahwa, "All knowing is Theologizing" (seluruh ilmu pengetahuan adalah teologi).  Hal ini sekaligus untuk mengkarififikasi banyak persepsi jemaat bahwa iman Kristen atau Alkitab tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan atau science.    

Mendidik dasar dan sitematika pemikiran teologi jemaat, sehingga jemaat memiliki dasar berpikir yang sistematis khususnya sebagai kaum evangelikal, sehingga jemaat tidak asal berkata "pokoknya" atau dasar berpikir satu sisi saja tanpa melihat sisi yang lain.  Kadang-kala ada iman yang menolak logika, namun imannya juga iman yang buta yang diturunkan dari ajaran tradisi gereja dimana pokoknya jemaat ikut dan percaya saja.

Kesimpulan

Di era globalisasi atau informasi ini, epistemologi sangatlah diperlukan untuk menjustifikasi sebuah berita atau ajaran, hal ini disebabkan banyaknya berita hoax atau ajaran yang tidak bertanggungjawab atau biblikal, misalnya pluralisme, post-modernisme,humanisme, dan lain-lain. Didalam berepistemologi secara sederhana minimal ada tiga hal yang harus diajarkan jemaat  yakni sumber, standar, dan  metode.  Sedangkan terhadap ajaran-ajaran dalam kontek iman evangelikal dapat memakai epistemologi John M. Frame dengan triperspektivalisme, antara lain: perspektif normatif, perspektif situasional, dan perspektif eksistensial, serta Alkitab tetap sebagai normatif atau perspektif yang memiliki otoritas tertinggi. 

Sumber:

  1. Putu Putrayasa.  Desain Ulang Hidup Anda.  Jakarta: Gramedia, 2013.
  2. http://fisikaumm.blogspot.com/2010/01/galileo-dan-sejarah-pengungkapan-bumi.html.
  3. Frame, John M.  The Doctrine of  The Knowledge of God.  Grand Rapids, Michigan: Baker, 1987.
  4. Frame, John M.  Doktrin Pengetahuan Tentang Allah. Jilid 1: Objek Pengetahuan dan 
  5. Justifikasi Pengetahuan.   Diterjemahkan oleh  Fenny V., Rahmiati T.  Malang: SAAT, 1999.
  6. ________.  Doktrin Pengetahuan Tentang Allah. Jilid 2: Metode Pengetahuan. Diterjemahkan oleh Fenny V., Rahmiati T.  Malang: SAAT, 2000.
  7. James K. Dew Jr., dan Mark W. Foreman, How Do We Know?: An Introduction to Epistemology (Downers Grove, Illinois: IVP Academic, 2014).
  8. Diller, Kevin.  Theology's Epistemological Dilemma: How Karl Barth and Alvin Plantinga Provide A Unified Response. Downers Grove, Illinois: IVP Academic, 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun