Mohon tunggu...
wandy musyafa ramadhana
wandy musyafa ramadhana Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa UNIVERSITAS Muhammadiyah Yogyakarta

menulis apa yang saya resahkan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jenis Perang Baru di Era Digital

13 Januari 2021   07:53 Diperbarui: 13 Januari 2021   08:03 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamualaikum sahabat , di kesempatan kali ini saya ingin membahas sebuah polemik yang sedang ramai di perbincangkan , yaitu cerdas dalam digital , seperti yang kita tahu bahwa di era pandemi seperti ini kegiatan interaksi sosial secara langsung sudah sangat jarang terjadi , banyak dari kita yang menghabiskan waktunya dengan memanfaatkan teknologi digital saat ini , yang di mana tanpa kita sadari , apapun informasi yang masuk di era digital ini kita telan secara mentah mentah tanpa mencari kebenaran informasi ini , selain itu kita juga sering bertemu dengan orang yang berbeda pendapat dengan kita , dan menyebabkan polemik yang tak berujung , karna diantara kita akan saling menyalahkan satu dengan yang lainnya.

Adanya budaya digital yang terjadi di Indonesia sendiri , belum bisa membuat masyarakat untuk memiliki pemikiran yang terbuka atau open mind , literasi dalam masyarakat sendiri pun masih bisa dianggap kurang bahkan sangat kurang , banyak masyarkat yang kurang dalam memilah informasi yang ada di era digital saat ini , hal ini bisa mengakibatkan  terjadinya PERANG JEMPOL seperti yang sering kita saksikan dalam beberapa kasus dalam dunia maya .

Saya ingin mengambil beberapa kasus yang mungkin sangat heboh di tahun 2020 kemaren , salah satu nya ada seorang musisi yang membuat steatment kontroversi sehingga membuat musisi ini harus menerima sanksinya , tapi sebelum lanjut kesana banyak orang orang di sosial media yang saling serang terkait kasus ini , ada yang ,membela mati matian dan juga ada yang mencaci mati matian , sebenarnya kita tidak bisa untuk saling menyalahkan satu sama lain , jika kita ambil langkah  lebih jauh untuk menganalisis kasus ini , tentu yang dilakukan oleh musisi ini  ada benarnya , musisi ini jelas sudah muak dengan adanya pandemi covid 19 ini , dan aksi nyata yang sudah dilakukan musisi ini untuk membantu sesama manusia di tengah pandemi sudah banyak , tapi kita juga tidak bisa membenarkan atas steatment yang iya keluarkan , yang di mana isi steatment beliau mungkin menyinggung beberapa pihak.

Kasus selanjutnya pada tahun 2020 kemarin ada sebuah Rancangan Undang Undang yang mungkin didalam masyarakat ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan , ketika rancangan undang undang ini baru saja dibuat sudah panya polemik , pro dan kontra yang sudah menghiasi sejarah digital di Indonesia , dan puncaknya terjadi ketika pemerintah mengesahkan rancangan undang undang itu.

Sebagian orang menganggap bahwa pemerintah mengesahkan rancangan undang undang itu secara sepihak tanpa melibatkan masyarakat , bahkan ada sebuah partai yang menyatakan WALK OUT ketika sidang pengesahan rancangan undang undang itu berlangsung , yang seharusnya pemerintah tau bahwa ketika rancangan ini baru keluar saja banyak polemik yang terjadi , apalagi kalau sudah di sahkan.

Puncak dari pengesahan rancangan ini adalah terjadinya aksi demo besar besaran untuk menolak pengesahaan rancangan undang undang ini , hinga saat ini #tolakOMNIBUSukLAW dan #MOSITIDAKPERCAYA masih banyak beredar dikalangan yang kontra dengan rancangan undang undang ini, tidak memungkiri juga bahwa ada sebagian masyarakat yang menerima dengan disahkan nya rancangan undang undang ini . yang membuat banyak polemik dan saling serang argumen terjadi di dunia digital Indonesia.

Masih detengah pandemi , ada sebuah kasus yang menyangkut sebuah ormas di Indonesia , berita ini mulai marak ketika ketua ormas ini hendak pulang ke Indonesia , banyak yang setuju denga pemikiran  bahwa beliau di deportasi dan ada juga yang tidak setuju dengan kalimat deportasi yang dilayang kan sebagian orang , di luar itu polemik tentang ormas ini berlanjut , ketika pimpinan ormas ini tiba di bandara banyak massa yang hadir untuk menjemput beliau , sehingga banyak fasilitas umum yang mungkin rusak karena tidak sanggup untuk menahan banyaknya massa , tidak hanya di dunia maya , polemik ini terjadi sampai ke dunia nyata .

Hendak nya sebagai warga digital yang cerdas kita harus bisa memilah berita atau informasi yang masuk ke kita , dan budaya literasi di masyarakat harus di tingkatkan , karna ketika kita tidak memahami budaya literasi ini , takutnya ketika terjadi polemik polemik selanjutnya perang jempol yang mungkin akan menjadi perang darah akan berkelanjutan, layaknya pepatah yang mengatakan " mulut mu adalah harimau mu " mungkin di era sekarang " jempol mu adalah harimau mu " ,  " mereka yang mencerna informasi dengan seksama , lalu mengikuti apa yang paling baik di antara nya , mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk dari Allah SWT , dan mereka itulah orang orang bijak yang memiliki akal sehat " (QS Az-Zumar ayat 18) .

Memang untuk menghilangkan polemik yang ada di Indonesia ini sangat lah susah bahkan tidak mungkin , tapi dengan kita sebagai warga digital hendak nya membangun atau meningkatkan lagi budaya literasi , jangan sampai informasi yang masuk ke kita , kita telan dan terima secara mentah mentah , dan budaya untuk mengomentari  sesuatau yang tidak sesuai dengan pendapat kita hendaknya kita sikapi dengan sebijak bijaknya agar tidak ada yang tersinggu dan sakit hati dengan komentar kita .

Modal dasar untuk memiliki kecerdasan digital dan meningkatkan budaya literasi , adalah memiliki pemikiran yang terbuka  atau open mind , ada beberapa tips sederhana yang bisa kita lakukan untuk memiliki kecerdasan digital dan meningkatkan budaya literasi , yang pertama ,siap dalam menerima informasi dari sudut pandang yang berbeda dengan apa yang kita yakini dan apa yang kita pikirkan , karna ketika kita siap akan hal ini otomatis kita bisa menyikapi informasi itu dengan bijak . tips yang ke dua adalah , coba pahami dan bangun empati terhadap argumen kelompok yang berbeda dengan argumen kelompok kita . dan tips yang terakhir adalah , hindari pertemanan yang terlalu homogen , jangan hanya berinteraksi dalam komunitas atau kelompok yang sepemahan dengan kita , kita juga harus membuka interaksi dengan kelompok atau komunitas yang berbeda dengan pemikiran atau pemahaman yang kita miliki.

Ingat bahwa ada pepatah yang berbunyi " lidah lebih tajam dari pada pedang " semua perkataan yang kita keluarkan dengan tidak bijak mungkin akan menyinggung dan menyakiti hati orang lain , dan di era digital sekarang mungkin pepatah itu akan berubah menjadi " jempol lebih tajam dari pada lidah dan pedang " , mungkin saya cukupkan sampai sini untuk membahas warga cerdas digital , kurang lebihnya mohon maaf jika ada kata kata atau kalimat yang tidak benar dan menyinggung sahabat sahabat pembaca , saya tutup Wassalamualaikum.

Disusun oleh :

Wandy musyafa Ramadhana /Ilmu Komunikasi/ Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun