Mohon tunggu...
SUWARTONO SPD
SUWARTONO SPD Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Kurikulum 2013 Sebagai Pendukung Keberhasilan Pendidikan Matematika

28 Mei 2015   11:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:31 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Disusun oleh :

Suwartono

SMA Negeri 1 Jatisrono

ABSTRAK

Implementasi kurikulum 2013 merekomendasikan pembelajaran saintifik dan penilaian autentik dalam setiap kegiatan belajar mengajar seorang guru. Matematika adalah mata pelajaran yang abstrak , artinya jenis mata pelajaran yang di dalamnya tidak hanya memuat unsur pengetahuan saja, tetapi lebih cenderung bentuk yang banyak melibatkan penelitian-penelitian. Maka pembelajaran saintifikyang memuat proses pembelajaran mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengomunikasikan dengan penilaian autentik sangatlah mendukung keberhasilan proses belajar matematika.

Kata kunci : Implementasi Kurikulum 2013, Keberhasilan belajar, Pendidikan matematika

A.PENDAHULUAN

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang pesat, baik materi maupun kegunaannya. Dengan demikian upaya penyusunan kembali atau penyempurnaan kurikulum matematika sekolah perlu mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut serta kemungkinan masa depan (Malik, 1994).

Tercetusnya kurikulum 2013 antara lain karena alasan di atas di samping kebutuhan masa depan bangsa yang harus disesuaikan dengan makna tujuan pendidikan yang tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 juga era globalisasi yang tidak memungkinkan adanya kurikulum berjalan di tempat.

Implementasi kurikulum 2013 pada dasarnya memuat dua hal pokok pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya, yaitu pembelajaran saintifik dan penilaian autentik.

Seperti tertulis pada Permendikbud nomor 103 tahun 2014 bahwa “Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran:

a.mengamati;

b.menanya;

c.mengumpulkan informasi/mencoba;

d.menalar/mengasosiasi; dan

e.mengomunikasikan.”maka proses pembelajaran pada implementasi kurikulum 2013 hendaknya tidak keluar dari kaidah tersebut.

Sedangkan penilaian yang digunakan seperti yang tercantum dalam Permendikbud nomor 104 Pasal 2 ayat 3 bahwa “ Bentuk penilaian autentik sebagaiman dimaksud pada ayat 1 mencakup penilaian berdasarkan pengamatan, tugas ke lapangan, portofolio, projek, produk, jurnal, kerja laboratorium, dan unjuk kerja serta penilaian diri.

Mengingat bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sifatnya abstrak maka metode pembelajaran saintifik dan model penilaian yang direkomendasikan pada kurikulum 2013 kiranya akan sangat mendukung keberhasilan pendidikan matematika di masa yang akan datang

B.PEMBAHASAN

1.Implementasi Kurikulum 2013

Pada hakekatnya Kurikulum 2013 diterapkan untuk mengantarkan anak usia satuan pendidikan yang ada saat ini agar dapat eksis mengarungi hidup pada abad 21. Guru matematika semestinya juga mampu mengantarkan anak didiknya hidup nyaman di abad 21. Oleh karenanya tentu menjadi sangat urgen dan strategis para guru matematika segera memahami Kurikulum 2013 dan penerapannya. Harapannya agar sejak dini para guru matematika dapat andil dalam mewujudkan generasi bangsa Indonesia yang mampu eksis pada abad 21 sebagai individu, bagian dari warga masyarakat Indonesia maupun warga masyarakat dunia (Wardani, 2015).

Implementasi Kurikulum 2013 akan sangat penting segera dilaksanakan mengingat kebutuhan yang mendesak mengingat beberapa alasan dicanangkannya kurikulum ini. Sebagai dasar pelaksanaan nyata adalah pada proses pembelajaran, yaitu pembelajaran saintifik dan pada penilaiannya, yaitu penilaian autentik.

Pelaksanaan pendekatanpembelajaran saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang berbasis keilmuan dengan proses-proses terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar/ mengasosiasi dan mengomunikasikan. Pendekatan pembelajaran ini sangatlah sesuai dengan karakter pelajaran matematika yang bersifat abstrak dengan banyaknya pemodelan dari kenyataan pada kehidupan sehari-hari ke bentuk simbol dan sekian banyaknya rumus-rumus di dalamnya. Jalan pikiran yang dimiliki oleh seorang peserta didik akan sangat sesui dengan langkah-langkah pembelajaran tersebut. Sehingga diharapkan pada mata pelajaran matematika khususnya unsur keilmuan dan praktik akan sangat lebih terserap oleh pada peserta didik.

Pada penilaian autentik adalah penilaian yang menyeluruh. Penilaian ini disesuaikan dengan proses pembelajarannya, sehingga akan menunjukkan proses belajar dan peniaian yang akurat dan menyeluruh.

2.Keberhasilan Pendidikan

Keberhasilan pendidikan adalah tolok ukur keberhasilan kurikulum yang sedang berjalan. Keberhasilan belajar yang diamanatkan pada Kurikulum 2013 pada intinya bukan hanya keberhasilan pada unsur pengetahuan/ kognitif saja. Bahkan urutan keberhasilan pada Kurikulum 2013 diukur mulai dari keberhasilan sikap, keberhasilan ketrampilan dan keberhasilan pengetahuannya. Hal ini terkandung maksud bahwa dalam rangka revolusi mental bangsa Indonesia, diharapkan pada masa menyambut abad 21 seluruh lapisan masyarakat Indonesia mempunyaii sikap yang jelas dan terinspirasi dasar negara Pancasila, memiliki ketrampilan yang sesuai dengan jaman dan didukung pengetahuan yang memadai. Sehingga pada saatnya nanti bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, kuat dan stabil.

Khusus pada pendidikan matematika, Kurikulum 2013 ini sangat sejalan dengan skarakter dan jenisnya yang bersifat abstrak. Belajar matematika bukan hanya sekedar tahu, tetapi proses sangatlah penting. Mengingat hal tersebut pembelajaran dengan pendekatan saintifik bersamaan dengan penilaian autentik sangatlah mendukung keberhasilan pendidikan matematika.

3.Karakter Pendidikan Matematika

Matematika adalah jenis mata pelajaran yang abstrak. Apakah artinya 1+1=2?

Pertanyaan tersebut mempunyai makna yang sangat luas. Apabila tidak ada kata “artinya”, maka 1+1=2 adalah jenis pengetahuan yang sangat sederhana dengan makna pengetahuan yang rendah, karena orang dapat menghafal saja, menghitung jari, atau tindakan lain yang mengartikan hal tersebut. Lain halnya apabila artinya 1+1=2 diperoleh pada saat seorang guru Sekolah Dasar kelas 1 menanyakan berapa jumlah mobil yang parkir di halaman sekolah. Maka jawaban seorang siswa adalah 2 buah mobil merupakan pengertian yang sangat bermakna. Karena pada saat guru mengatakan “ Bukankah hanya ada satu buah mobil saja “, maka siswa tersebut dapat menjawab “ Tadi satu buah, pak. Tetapi selepas istirahat Bapak Kepala Sekolah datang membawa mobil, jadi jumlahnya ada 2”. Kalau siswa dapat mengartikan hal ini, 1+1=2, maka pada kesempatan pertanyaan lain tanpa diberi pengertian oleh guru, anak tersebut akan dapat menjawab dengan tingkat ketrampilan dan pengetahuan yang lebih tinggi.

Contoh di atas hanya menggambarkan bagaimana perilaku guru yang menggambarkan penerapan pembelajaran saintifik. Begitu pentingnya proses mengamati, sehingga timbul pertanyaan, mengumpulkan informasi, menalar dan mengomunikasikan hal-hal yang diterima peserta didik akan lebih bermakna dibanding pendekatan lain, apalagi pembelajaran konvensional. Sehingga karakter pembelajaran matematik memang sangatlah sesuai dengan pendekatan pembelajaran saintifik.

C.KESIMPULAN

Implementasi Kurikulum 2013 yang merekomendasikan pendekatan pembelajaran saintifik dengan penilaian autentik sangat mendukung keberhasilan pendidikan matematika. Hal ini dikarenakan sifat pelajaran matematika adalah abstrak, bukan pengetahuan belaka. Matematika di dalamnya sangat banyak mengandung simbol-simbol dan rumus-rumus. Tanpa adanya proses pembelajaran yang mengaran pada penemuan maka pembelajaran matematika tidak akan terserap sempurna oleh peserta didik kita.

Daftar Pustaka

Kemdikbud. 2014. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Dikdasmen (SMP/MTs, SMA/MA, SMK/SMAK). Jakarta : Kemdikbud

Kemdikbud. 2014. Permendikbud Nomor 104 Taahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Dikdasmen /MTs, SMA/MA, SMK/SMAK). Jakarta : Kemdikbud

Malik, A. 1994. Matematika di Sekolah-sekolah Indonesia Dahulu, Sekarang, dan Masa Depan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Madia pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Semarang. Semarang

Shadiq, F, dkk. 2015. Pedagogik dan Didaktik dalam Pembelajaran Matematika. Diklat Online PPPPTK Matematika Yogyakarta

Slamet, A. 2015. Kebijakan Manajemen Perubahan. LPMP Provinsi Jawa Tengah

Sumardyono. 2015. Karya Tulis Ilmiah Edisi Revisi 3. Diklat Online PPPPTK Matematika Yogyakarta.

Wardhani, S. 2015. implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Matematika SMP/SMA/SMK. Etraining Terstuktur PPPPTK Matematika.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun