Belajar telah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Bahkan untuk beberapa orang, belajar menjadi kegiatan adiktif dan memberikan perasaan bangga dan puas dalam memenuhi rasa penasaran. Sekarang, tidak jarang kita menemui para pelajar memiliki mimpi untuk melanjutkan studinya hingga ke negeri tetangga maupun negera yang terletak jauh di benua lain.
Dengan motivasi mendapat fasilitas, lingkungan dan tantangan yang lebih menarik untuk didapat. Jepang menjadi salah satu destinasi yang banyak diminati para pelajar. Beberapa kota seperti Tokyo, Kyoto dan Osaka menjadi kota-kota yang cukup terkenal bagi pelajar Indonesia. Eits,bukan hanya kota-kota tersebut, Kota Sendai juga memiliki daya tarik sendiri. Yuk, kita mengenal lebih tentang Kota Sendai!
Sendai, City of Trees
Sendai -- ibukota prefektur Miyagi -- merupakan sebuah kota di Jepang bagian utara. Kota ini terkenal akan lingkungan yang hijau dan asri. Hal ini membuat Kota Sendai memiliki julukan sebagai City of Trees.Udara sejuk khas pegunungan menjadi hal yang dapat dinikmati di kota ini.
Sendai ini juga bukan kota yang penuh dengan hiruk pikuk perkotaan modern. Tidak banyak mall-mall maupun gedung-gedung hiburan lainnya yang dapat mengganggu konsentrasi belajar. Stasiun menjadi salah satu pusat perkotaan di kota itu. Walaupun kota Sendai terkesan berada di daerah yang tidak terlalu metropolitan , tetapi kota ini memiliki universitas dengan peringkat 20 besar di Asia menurut the QS UniversityRankings, yaitu Universitas Tohoku.
Banyak Eksperimen Banyak Experience
Awal terbentuknya, Tohoku Imperial University adalah universitas yang terkenal dengan Fakultas Kedokteran dan Engineering. Namun pada suatu ketika, terjadi bencana di daerah pertambangan yang menyebabkan kerusakan lingkungan.Â
Sejak saat itu, perusahaan tambang tersebut bekerja sama dengan pemerintahan untuk membuka Faculty of Agriculturedan Faculty of Science, dengan tujuan ingin memperbaiki kerusakan lingkungan tersebut. Faculty of Agriculturemelakukan kerja sama dengan sekolah pertanian di Sapporo, yang kemudian sekarang menjadi Universitas Hokkaido. Sedangkan proses perkembangan Faculty of Sciencemembutuhkan perjuangan lebih, karena bidang sains yang kurang terkenal di Jepang. Bahkan dari jumlah kuota empat puluh siswa, hanya tiga bangku yang terisi.
Selain menghadapi permasalahan jumlah mahasiswa, Universitas Tohoku juga harus mencari dana untuk penelitian. Maka, Universitas Tohoku melakukan kerjasama dengan perusahaan untuk membiayai penelitian. Akhirnya, Universitas Tohoku membangun laboratorium-laboratotium dengan kolaborasi antar disiplin ilmu.
Hingga saat ini, Universitas Tohoku dengan visinya " Research-first, open-door policy " yang menyediakan fasilitas laboratorium yang memadai. Tenaga pengajarnya pun adalah pelajar jepang di Eropa, yang sudah pasti sangat berkompeten. Selain kualitasnya, para dosen di Universitas Tohoku juga sangat peduli dengan para mahasiswanya. Kebiasaan disiplin dan produktif milik masyarakat Jepang juga menjadi dorongan dalam belajar lebih.